Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Mohamad Wahid Supriyadi, 58 tahun, penugasan sebagai Duta Besar untuk Rusia dirasa lebih ringan. Tanpa harus memeras keringat, undangan dari pelbagai penjuru Rusia membanjiri meja kerjanya. Dari 18 negara bagian yang ia kunjungi selama satu setengah tahun bertugas, separuhnya adalah undangan pemerintah atau masyarakat setempat. Rupanya, popularitas Presiden Sukarno-lah rahasianya.
Wahid menyadarinya ketika baru sepekan bertugas. Saat itu, ia diminta berpidato di salah satu universitas ternama, RUDN University (People's Friendship University). Ketika berbicara soal hubungan Indonesia-Rusia pada masa Sukarno-Nikita Khrushchev, tiba-tiba Rektor Vladimir Fillippov meraih mikrofon. "Dia bilang universitas ini berutang kepada Sukarno. Sukarno-lah yang memberi nama universitas ini dengan People's Friendship University," ujar Wahid, Jumat dua pekan lalu.
Wahid mengalami hal serupa saat menghadiri Turnamen Badminton Veteran di Sochi tahun lalu. Dia terkejut ketika panitia memutar lagu Rayuan Pulau Kelapa dalam bahasa Rusia. "Seorang anggota panitia menuturkan bahwa lagu itu sangat terkenal di zaman Sukarno."
Bahkan, saat Wahid menghadiri acara di Museum of Ocean World di Kaliningrad, Juni lalu, seorang pria sepuh mendatanginya dan menyerahkan akordeon tua peninggalan kakeknya. Pria itu, kata Wahid, mengatakan bangga akhirnya Indonesia hadir di Kaliningrad, lalu mengisahkan kenangan masa kecilnya ketika Sukarno datang ke Rusia pada awal 1960-an. "Legacy Sukarno ternyata memudahkan pekerjaan saya. Bahkan baru kali inilah saya merasa benar-benar menjadi seorang 'pejabat' duta besar," ujar mantan Duta Besar untuk Uni Emirat Arab dan konsul jenderal di Melbourne, Australia, ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo