Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Nia Dinata : Selalu Berulang

18 September 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nia Dinata

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Produser sekaligus sutradara Nia Dinata, 48 tahun, bekerja sama dengan lima penulis baru untuk menulis skenario serial drama terbarunya, Switch. Ia mengatakan ada beberapa hal yang membuatnya gemas terhadap para penulis muda tersebut. "Aku paling marah kalau lihat tulisan typo," kata Nia saat ditemui di Djakarta Theater, beberapa waktu lalu.

Ia menilai kesalahan terjadi karena mereka menulis dengan ritme cepat. Nia juga sering menemukan kalimat tanpa tanda baca. "Saya bilang, 'Gila ya, kalian memangnya enggak diajari di sekolah? Kalau gue sih dulu udah dirobek,'" ujar ibu dua anak ini.

Menurut Nia, seorang penulis seharusnya lebih peka dan memperhatikan detail. Ia juga kerap terganggu oleh naskah cerita yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang tak sesuai dengan ejaan. "Mereka biasa pakai bahasa alay. Untuk dialog sih tidak apa-apa, tapi pas action dan tulisan lainnya wajib formal," katanya. Nia juga kerap dibuat kesal ketika para penulis lupa akan karakter dan latar belakang penokohan.

Untuk mengatasi masalah itu, Nia tak lelah menggelar lokakarya bagi para penulis baru. “Tapi kenapa ya dari tahun ke tahun kesalahan yang dibuat selalu sama," tuturnya, heran. Meski demikian, perempuan yang menulis sendiri naskah cerita film Arisan!, Meraih Mimpi, dan Berbagi Suami itu mengaku tak kapok bekerja sama dengan penulis muda.

Produser sekaligus sutradara Nia Dinata, 48 tahun, bekerja sama dengan lima penulis baru untuk menulis skenario serial drama terbarunya, Switch. Ia mengatakan ada beberapa hal yang membuatnya gemas terhadap para penulis muda tersebut. "Aku paling marah kalau lihat tulisan typo," kata Nia saat ditemui di Djakarta Theater, beberapa waktu lalu.

Ia menilai kesalahan terjadi karena mereka menulis dengan ritme cepat. Nia juga sering menemukan kalimat tanpa tanda baca. "Saya bilang, 'Gila ya, kalian memangnya enggak diajari di sekolah? Kalau gue sih dulu udah dirobek,'" ujar ibu dua anak ini.

Menurut Nia, seorang penulis seharusnya lebih peka dan memperhatikan detail. Ia juga kerap terganggu oleh naskah cerita yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang tak sesuai dengan ejaan. "Mereka biasa pakai bahasa alay. Untuk dialog sih tidak apa-apa, tapi pas action dan tulisan lainnya wajib formal," katanya. Nia juga kerap dibuat kesal ketika para penulis lupa akan karakter dan latar belakang penokohan.

Untuk mengatasi masalah itu, Nia tak lelah menggelar lokakarya bagi para penulis baru. “Tapi kenapa ya dari tahun ke tahun kesalahan yang dibuat selalu sama," tuturnya, heran. Meski demikian, perempuan yang menulis sendiri naskah cerita film Arisan!, Meraih Mimpi, dan Berbagi Suami itu mengaku tak kapok bekerja sama dengan penulis muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus