Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tampang boleh londo, lidah bisa bersilat ala Cak Markeso. Itulah Nadine Chandra Winata, 21 tahun, Putri Indonesia 2005. Gadis jelita kelahiran Hannover itu ayahnya asli Jember, Jawa Timur. Sejak kecil sang ayah, Andi Chandra Winata, selalu mengajak Nadine dan saudara-saudaranya pulang kampung untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.
Pekan lalu, Nadine mudik enam hari ke rumah ayahnya di Jalan Anggrek nomor 10, Jember. Bersama kedua adik kembarnya, Marcel dan Mischa, Nadine berkunjung ke sejumlah lokasi warga miskin dan panti asuhan. ”Kami ingin berbagi bahagia bersama mereka,” kata ayah sekaligus manajer Nadine kepada wartawan Tempo Mahbub Junaidi.
Saat mengunjungi warga di kolong jembatan Sungai Bedadung, tanpa ragu Nadine menyapa dalam bahasa Madura. ”Beremah, Pak? Bapak alako apa?” Maksudnya, ”Apa kabar, Pak? Bapak kerja apa?” Pak tua yang disapa Nadine kaget bukan kepalang. Baru kali itu dia disapa cah ayu londo yang pintar bercakap Madura.
Pak Tua segera menyahut dalam bahasa Madura yang fasih. Giliran Nadine yang kelimpungan karena kosakata Maduranya tak seberapa. Toh, suasana di kolong jembatan tetap meriah dalam bahasa gado-gado: Madura, Jawa, dan Bahasa Indonesia. Sekitar 30 menit berlalu, Nadine berpamitan dengan mantap: ”Keso’on..., terima kasih..., matur nuwun.…”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo