NYONYA Rohmah Oerip Soemohardjo Soebroto keliling Indonesia,
Tempat yang dikunjunginya antara lain Manado. "Saya mendapat
tawaran Pak Harto untuk jalan-jalan ke luar negeri," kata Nyonya
Rohmah, yang walaupun rambutnya sudah putih semua tapi semangat
dan daya ingatannya masih kuat. Tapi saya belum tahu banyak
tentang Indonesia, hari itu saya milih keliling Indonesia saja."
Beberapa hari tinggal di Manado, bahkan bisa bertemu dengan
Nyonya Ratulangi, Nyonya Rohmah diantar dokter pribadinya.
Maklum usianya sudah tiga perempat abad. Seminggu setelah
kembali dari perjalanannya di Manado, janta lende{a} Oerip
Soemohardjo ini meninggal dunia. Sesaat setelah anak angkat dan
cucu angkatnya kembali ke rumah masing-masing (suami isteri
Oerip tidak mempunyai anak), hari Sabtu 29 Oktober tengah malam
itu ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumahnya di
Semarang. Kebetulan cuma ada Mbok Soe, pembantu yang telah
puluhan tahun bekerja untuk Almarhumah.
Suaminya dikenal sebagai Kepala Staf Angkatan Perang pertama RI
yang berhasil menyatukan eks Peta dan KNIL. Pangkat Almarhum
Oerip semasa di KNIL adalah mayor, pangkat yang cukup tinggi
untuk golongan inlander waktu itu. Bagaimana dan siapa Oerip
Soemohardjo bisa dilihat dalam biografi kecil hasil karya
isterinya. Judul buku sederhana sekali: Oerip Soemoharjo
(22-2-1893 - 17-11-1948). Ditulis dalam bahasa Belanda, dan
sudah dialihbahasakan oleh Nugroho Notosusanto dari penerbitan
Moesson (penerbit yang mencetak majalah Tongtong di Den Haag).
Almarhumah, masih ada garis keturunan dengan R.A. Kartini,
lahir di Jepara 75 tahun yang lalu. Setelah tamat Mulo Rohimah
melanjutkan pelajaran ke sekolah guru. Ayahnya juga guru, bahkan
jugai gutu Bhasa Jawa dan Melayu untuk Oedp, Sollohardjo .
Nyonya Roh rnah bisa disebut 'Ibu' oleh para taruna Akabri
--Almarhumah juga memberi kursus guidance and counselling di
akademi tersebut. Dia inilah rasanya contoh paling baik dari
nyonya ABRI yang melaksanakan peran isteri yang sesungguhnya.
Ketika dimakamkan di Ungaran, hadir antara lain Wapangab
Jenderal Soerodo. Presiden Suharto dan Sri Sultan Hamengkubuwono
mengirimkan karangan bunga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini