PIALA Dunia berakhir sudah. Dan berakhir pulalah kebiasaan Hetty Koes Endang bangun siang. Gara-gara keranjingan nonton bola di televisi itu, penyanyi multibisa ini tak pernah bangun pagi. Apalagi, favorit Hetty, tim Argentina, bisa masuk ke final. "Argentina itu," kata Hetty, "ibarat Persib Bandung. Tersendat-sendat tapi maju terus." Sedangkan Maradona, "Itu sama dengan Adjat Sudrajat," celotehnya kepada Effendy Saat dari TEMPO. Perumpamaannya jalan terus. Kamerun, menurut Hetty, sama dengan kesebelasan Manokwari. "Ibarat kendaraan, lampu merah ditabrak, lampu kuning ditabrak, apalagi lampu ijo, diterobos terus," kata cewek yang masih sorangan ini. Nah, dalam perkara lampu ini, Hetty punya kisah. Pekan lalu, ia mengendarai mobil Volvo bersama ibunya di kawasan Gunung Sahari, Jakarta. Begitu mau membelok, mobilnya disemprit. Prikik. Wasit, maksudnya polisi, memberi tanda agar Hetty meminggirkan kendaraannya. Ternyata, memang betul ia salah jalan, tak memperhatikan lampu dan rambu-rambu lalu lintas. Tapi Hetty merasa tak seperti pemain Kamerun, main serudak-seruduk. Ia protes. "Rambunya tidak kelihatan, tertutup pohon," alasan Hetty ketika itu. Pak polisi tak peduli dan meminta Hetty menunjukkan SIM. Rupanya, polisi ini suka nonton televisi, terutama tayangan musik. "O, Mbak Hetty too, silakan jalan terus, Mbak," kata polisi itu, seperti ditirukan Hetty. "Saya ucapin terima kasih dan jalan terus." Jadi, memanfaatkan kepopuleran? "Lo, saya tidak minta diistimewakan. Saya tidak salah jalan kalau rambunya jelas. Saya selalu menaati peraturan lalu lintas, tak pernah prikik," tambahnya diiringi derai tawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini