OBOR di tangan kanan, kaki pun bergoyang. Lalu larilah Perucha, janda kembang Almarhum Sjumandjaja, sepanjang Jalan Thamrin, Jakarta. Dari bundaran air mancur di depan Hotel Indonesia sampai ke gedung RRI, yang jaraknya sekitar 1 km. Itulah rencana perjalanan "obor persahabatan dunia" -- acara memperingati Tahun Perdamaian 1986 oleh PBB -- di Indonesia, Rabu pekan ini, yakni setelah mampir di Malaysia, dan sebelum menuju Australia. Dan untuk ini ia, bintang film dan bekas juara renang, mempersiapkan diri dengan serius. "Sejak sebulan lalu porsi jogging saya meningkat," kata Perucha, 30. "Saya berlatih di Pulau Opak Kecil, di Teluk Jakarta. Tempat tenang, dan saya bisa sekalian latihan menyelam." Jangan salah paham, latihan menyelam sekadar selingan. Meski obor itu berkeliling ke-39 negara, tidak dijadwalkan masuk ke laut. Perucha sendiri, misalnya, tak bermaksud sambil membawa obor mencebur ke kolam air mancur, baik yang di depan Hotel Indonesia maupun yang di dekat Monas. Perucha tak sendiri. Ada artis satu lagi, yang lagi beken-bekennya. Dia, Niniek L. Karim, 37, pemenang Piala Citra tahun ini untuk pemeran pembantu wanita. Dan karena itulah, bintang yang sehari-hari adalah dosen di Fakultas Psikologi UI ini dipilih panitia. "Inilah konsekuensi sebagai artis yang tidak saya perhitungkan sebelumnya," kata ibu dua anak ini. Semula Niniek mencoba menghindar. "Kenapa harus saya? 'Kan banyak yang lebih muda dan lebih cantik," tuturnya, menirukan ketika ia menjawab permintaan panitia. Jawaban panitia, kata Niniek, "Bukan cantik dan bukan mudanya. Tapi, orangnya harus Niniek." Maka, Niniek pun terpaksa berlatih. "Seminggu saya berlatih olah tubuh, supaya lebih segar," katanya. Latihan lari? "Wah, tidak secara khusus. Wong saya tidak bisa lari. Dan saya cuma lari tak lebih dari 100 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini