JURAGAN baru bertemu juragan lama. Gepeng, turun dari sedan Laser putih memakai baju kaus bertuliskan USA, bercelana jeans. Tangannya bergelang emas, di jarinya ada tiga cincin emas, dan lehernya pun berkalung emas. Ini juragan barunya. Sementara itu, yang ditemui, juragan lama -- siapa lagi bila bukan Teguh hanya memakai kaus oblong putih dan bersarung batik. Peristiwa pekan lalu itu tanpa tepuk tangan dan ketawa penonton, sebab memang bukan terjadi di panggung Srimulat. Tapi di rumah Teguh di Kampung Sumber, barat laut Solo. Dan sejak itulah Ketoprak Srimulat, yang mangkal di Taman Sriwedari Solo, pindah ke tangan Gepeng. Sebaliknya, ada pula yang pindah dari Gepeng ke Teguh, yakni uang sejumlah Rp 10 juta. Yang dibeli Gepeng sebenarnya hanya sebagian ketoprak. Yaitu gamelan, kostum, dekorasi, kursi 900 buah, lampu panggung, dan sound system. "Tidak bayar kontan, saya mencicilnya dua kali," kata Gepeng, masih tanpa melucu. Adapun para pemain ketoprak itu sendiri tidak termasuk yang dioperkan. Cuma ada perjanjian, lagi pula tak tertulis, Gepeng masih akan memakai beberapa pemain lama. Juga gedung, tak ikut pindah tangan, masih tetap milik Pemda Solo. Rencana juragan baru, "Setelah sebulan main di gedun, ketoprak ini akan berkeliling," ujar Gepeng. Ketoprak dijual Teguh karena, "Selalu merugi. Tiap harinya saya tombok sampai Rp 70.000." Bila Gepeng, yang kini berada di luar Srimulat, berani membeli ketoprak ini, karena ia merasa menguasai persoalannya -- ia bekas pemain sandiwara tradisional jenis ini. Lagi pula, duda empat anak ini yakin bahwa dirinya telah menjadi merk dagang. Maka, ditempelkanlah namanya pada ketoprak. "Saya tidak cuma memimpin, tapi juga ikut main," katanya. "Kini namanya, Ketoprak Gepeng."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini