Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nikita Willy
Bisnis Aman
SITUASI ekonomi yang tengah lesu tak bikin Nikita Purnama Willy, 21 tahun, ikut-ikutan patah semangat. Kata dia, investasi miliaran rupiah yang ia dan keluarganya tanamkan di properti masih aman. "Karena aku tidak pinjam ke bank," tutur pemain serial Putri yang Ditukar ini. Sejak enam tahun silam, bersama sang ibu, Yora Febrine, Nikita telah membangun sejumlah cluster dan menyewakan apartemen.
Bisnis penting, tapi menjaga hubungan baik dengan para penyewa tak pernah ia abaikan. Niki dan ibunya mengaku berusaha merawat silaturahmi tersebut sehingga akhirnya saling mengenal dengan baik. Repotnya, karena kenal baik itu, giliran mau menaikkan tarif sewa-terutama pada masa sulit ini-dia jadi merasa tidak enak. "Kasihan (mereka) harus tambah biaya," ujarnya.
Toh, Nikita yakin semua akan baik-baik saja. Badai pasti berlalu. Apalagi, "Masih banyak yang berminat sewa. Itu sudah bagus," ucapnya.
Olga Lydia
Makan Terus
BANYAK pekerjaan dan berkumpul dengan teman-teman adalah dua hal yang membuat nafsu makan Olga Lydia, 38 tahun, bisa meningkat. Dan ia tidak pilih-pilih jenis menu. Apa yang tersedia di hadapan akan ia santap dengan nikmat. "Saya suka makan, tapi kalau lagi sendirian jadi malas. Kerap lupa makan malahan," kata wanita kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976, tersebut. Saat ditemui dalam sebuah acara di Gedung Arsip, Jakarta, dua pekan lalu, misalnya, Olga memang tak berhenti menikmati menu yang disajikan. Ada mi khas Singkawang, rujak, nasi kucing, dan banyak lagi. Maklum, saat itu banyak rekan Ketua FFI 2015 tersebut yang tengah meriung.
Tidak khawatir bakal gendut? Mantan duta komodo ini tampaknya tidak cemas akan hal itu. Berat badannya stabil di angka 51 kilogram seperti saat ini. Selain makan, Olga mengimbanginya dengan banyak olahraga dan minum air putih. "Belakangan, olahraga emang kedodoran. Tapi selalu saya usahakan bisa terus bergerak," tutur Olga. Barangkali ia punya moto: bergerak-bergerak-bergerak!
Anies Baswedan
Diangkat Telunjuk
"SEBAGAI orang yang rasional, saya skeptis," ucap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Rasyid Baswedan. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat mengisahkan pengalaman menariknya di tengah mengikuti acara Sail Tomini di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pekan lalu. Saat itu, setelah makan siang bersama Presiden Joko Widodo dan beberapa pejabat lain, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menunjukkan potongan batu kotak berwarna putih kehijauan yang disebut batu sojol. "Pak, ini lho batunya bisa buat ngangkat (orang)," ujar Anies, menirukan ucapan Longki, saat ditemui di kantornya pada Selasa pekan lalu.
Tentu Anies ingin bukti. Pertama, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yang dipilih untuk diangkat Anies dan tiga orang lain dengan telunjuk. Percobaan pertama gagal. Lalu mereka diminta membasuh tangan dalam air rendaman batu sojol. Dan, hup, kali ini mereka enteng saja melakukannya. Masih skeptis, lantas Anies mengajukan diri untuk diangkat. Kali ini Kepala Kepolisian RI Badrodin Haiti, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir, serta Staf Komunikasi Presiden Ari Dwipayana yang menjadi relawan. Sama, tubuh Anies pun dengan mudah didorong ke atas. "Saya tidak bisa menjelaskan lagi. Jadi saya suruh saja Menristek meriset soal batu itu. Bagian saya apresiasi budayanya," kata Anies terbahak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo