Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA satu perkara yang membikin penasaran Prakash Padukone, si jago tua bulu tangkis dari India: Liem Swie King. “Kok, dia tidak hadir? Padahal saya ingin bertarung melawan dia,” ujar Prakash, 50 tahun, setibanya di Jakarta, Jumat dua pekan lalu. Hingga pensiun pada akhir tahun 1980-an, mantan pebulu tangkis nomor satu dunia itu masih berutang satu kekalahan kepada King. Dia ingin mengimpaskannya. Sialnya, King punya acara keluarga yang tak bisa ditinggal.
Prakash meramaikan invitasi “The Legend Duel 2005” bersama para legenda bulu tangkis lain, seperti Han Jian dari Cina, Morten Frost Hansen dari Denmark, dan Rudy Hartono dari Indonesia. Dalam laga yang berlangsung di Mangga Dua Square, Jakarta, pada 16 Juli malam, dia membagi angka sama melawan Iie Sumirat. Prakash gembira dengan reuni langka itu. Toh, dia tetap penasaran pada King, yang amat ia kagumi. “Mudah-mudahan dia tidak sengaja menghindari saya,” ujarnya bercanda.
Sejak pensiun dari turnamen, juara All England 1980 itu mendirikan klub bulu tangkis di Bangalore, India. Dia masih aktif melatih dan mengantar anak asuhnya ke berbagai turnamen. Bagaimana kondisi olahraga bulu tangkis saat ini menurut Prakash? Dia menyergah: “Mengecewakan. Di zaman saya, juara turnamen mendapat hadiah US$ 10.000 (Rp 97 juta). Sekarang masih segitu juga.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo