EMPAT puluh tahun lamanya kedua janda Mao Tsetung situ
menyimpan dendam-cemburu. Dan kekuasaan yang pernah begitu besar
digenggam Jiang Qing (Chiang hing), istri keempat Mao, jadi
alat ampuh untuk menghancurkan lawannya He Zizhen, istri ketiga
Mao. (Istri Mao yang kedua, Yang Kaihui, sudah tewas ditembak
kaum nasionalis Cina. Dengan istri pertamanya--atas pilihan
orang tua --Mao tak pernah hidup bersama).
He Zizhen adalah istri yang mendampingi Mao selama Long March
atau perjalanan gerilya ribuan mil (1934) yang kesohor itu. Tapi
ia kemudian jatuh sakit dan Mao 'menyingkirkan'-nya dengan cara
mengirimkan He ke Moskow untuk 'belajar' sambil berobat, 1937.
Setahun sebelum bintang film Jiang Qing memasuki partai komunis
di Yenan.
He kembah ke negerinya 1947 dan dirawat lagi di rumah sakit
untuk para kader komunis yang top di Beijing. Dan Jiang
Qin--yang dini hari He "tak mengenal belas kasihan serta penuh
kebencian" -- ketika Revolusi Kebudayaan meletus (1965),
me'rumah'-kan saingannya itu. He terguncang jiwanya.
Sebelah tangannya mengalami kelumpuhan pada 1977. Tapi di tahun
itu rontok juga kekuasaan Jiang Qing--setahun sesudah kematian
Mao.
Menurut Ny. Roxane Witke dalam bukunya Conlrade Chiang Ching,
"Chiang Ching selalu mencerca dan menghina He Zizhen dalam
setiap kesempatan." Misalnya, Jiang Qing menyebut, sewaktu Long
March musuhnya itu sakit ingatan dan "selalu memukuli anak yang
diperolehnya dari Mao dengan bengis," katanya.
Jauh sebelum itu, begitu He kembali ke Cina, sebetulnya ia sudah
bisa melihat bahwa Ketua Mao "dikelilingi oleh orang-orang
busuk. Di antaranya Jiang Qing--yang selalu bicara dengan
penuh penghinaan."
Tapi He sendiri baru bisa muncul ke tengah publik tahun lalu,
lewat wawancaranya dengan majalah Cina Dangdai. Tentu saja
sesudah Jiang Qing dipenjarakan dan akan segera diadili dalam
waktu dekat ini. Dan He, mungkin akan muncul sebagai saksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini