Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengajak Dian Dipa Chandra alias Candil, 41 tahun, ngobrol tentang penganan Lebaran bakal ramai. Ini bukan lagi tentang ketupat, rendang, dan opor, yang menjadi menu khas pada hari besar itu. Ini tentang tape uli Betawi yang mesti ada di meja makan. Bukan pula sembarang tape uli, tapi harus bikinan kerabatnya—biasa ia panggil Encing. "Tapenya yang putih atau ijo, terus dicampur uli, juaraaa!" kata Candil, 5 Juli lalu.
Kecintaan Candil pada penganan made in sang encing bermula sejak ia bocah. Saat itu tape uli sudah ia nikmati ketika mengunjungi famili sewaktu Idul Fitri. Tanpa sadar, kenikmatan menu satu itu terus terbawa sampai kini. "Apalagi kalau tapenya dingin dari kulkas, terus ulinya masih anget empuk begitu. Ooh...!" ujar Candil.
Kadang Candil sampai lupa diri jika menghadapi menu idaman tersebut. Dia bisa menyantap dalam porsi banyak. "Minimal dua piringlah. Tapi usai makan itu yang enggak enak. Perut begah. Ha-ha-ha...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo