Sang penyandang cacat

PUTRA Deng Xiaoping, Deng Pufang, tak mau melongok masa lalunya. Itu karena ada kegetiran. Dialah korban Revolusi Kebudayaan Cina tahun 1966. Waktu itu Pengawal Merah mendorongnya dari bangunan setinggi delapan meter. Ia pasrah untuk mati. Tapi takdir menentukan lain. Putra sulung orang nomor satu di Cina itu cuma lumpuh, dan harus berkursi roda sampai sekarang. Pekan lalu, Ketua Federasi Penyandang Cacat Cina ini ke Indonesia membawa tim kesenian penyandang cacat Cina. Pufang sedang mengumpulkan dana bagi penyandang cacat, agar mereka bisa bekerja dan hidup secara layak. Di Cina sendiri ada pendidikan gratis sembilan tahun bagi penyandang cacat. Lalu, ada 40.000 pabrik yang khusus dibangun bagi penyandang cacat, dan telah menampung 700.000 orang. Tapi, di dunia ini, kata Pufang, ada 500 juta orang cacat. ''Mereka kebanyakan masih menderita, karena dalam bekerja harus lebih banyak berkorban dibandingkan dengan orang yang normal,'' katanya. Pufang sempat mengunjungi Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra Tanmiyat di Bekasi dan SLB Tunarungu Santi Rama di Jakarta Selatan. Ia selalu menekankan bahwa kecacatan itu tak usah membuat rendah diri.