CENDEKIAWAN, Politikus, Diplomat, Ulama pun bisa. Semua itu tergambar kembali dari tubuh yang kurus pendek dengan janggut tebal, pada malam peringatan 10 tahun kelahiran Haji Agus Salim di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta, Minggu pagi lalu. Dihadiri sekitar 300 undangan, yang terdiri dari teman seperjuangan, kerabat, anak cucu, dan cicit Almarhum, peringatam itu juga memperkenalkan buku Seratus Tahun Haji Agus Salim. Pejuang kelahiran Bukittinggi yang meninggal dalam usia 70 tahun pada 4 November 1954 itu memang dikenal selalu muncul di hampir setiap arena, baik sebelum maupun sesudah Kemerdekaan. Mulai dari sebagai salah seorang pendiri PSII, menteri luar negeri, utusan ke berbagai perundingan internaslonal, sampai pengajar kebudayaan Islam di Universitas Cornell. Setelah cucu cicitnya tampil menyanyikan lagu dengan kata-kata ciptaan Almarhum, pada peringatan itu juga diumumkan berdirinya Universitas Islam Haji Agus Salim di Bukittinggi. Selain Menko Kesra Alamsyah memberikan sambutan atas nama pemerintah, dibacakan juga sambutan tertulis salah seorang keponakan Almarhum, Emil Salim. Menteri PPLH ini tak hadir karena sedang bertugas di luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini