SEMASA muda: rambut hitam, keriting, tersisir rapi ke belakang,
dengan konde cioda. Giginya bagus, senyumnya manis. Kebaya yang
menutupi tubuhnya yang padat, nampak rapi dengan serangkai
kalung dan subang mutiara. Itulah Miss Surip, penyanyi kroncong
terkenal di Pasar Gambir sebelum tahun 40-an. Penggemarnya waktu
itu menyebutnya: Miss Surip. si Mata Roda. Lagu-lagu tophits-nya
antara lain kroncong Gadis Mataram dan kroncong Moritsku.
Pernah dalam sebulan dia mendapat 50 Gulden hanya dengan
menyanyi empat kali saja di Princen Park ( kini Taman Hiburan
Lokasari) Mangga Besar. Pernah pula main film bersama almarhum
Rukiah ( ibu penyanyiu Rahmat Kartolo) dalam Penyebrangan, dan
menddapat honor 125 Gulden.
"Tapi pernah pula saya jatuh melarat" , ujar Miss Surip yang
kini biasa dipanggil mbah Surip saja. "Ketika saya dan suami
coba-coba berdagang. Bukan untung yang didapat, tapi malah jadi
buntung". Si Mata Roda sekarang, 56 tahun, giginya tinggal
tiga. Agak sedikit bungkuk dan rambut lebih banyak yang putih.
Tinggal di sebuah rumah kontrakan di salah satu kampung di
Jakarta, kecil, berlantai semen dan dinding yang ditempel dengan
kertas semen,dicat kapur hijau muda. Anaknya 8 orang, yang hidup
enam. Suaminya, Suharto, 55 tahun,kini memberi les privat
musik. Rupanya Suharto bisa main segala macam alat: dia mengajar
organ, gitar, piano, trompet. mBah Surip sendiri sesekali main
film kalau ada yang minta, dan main di TV dalam acara sandiwara
Keluarga mBah Surip. Dan ini ternyata banyak penggemarnya,
terutama anak-anak. Hidup mBah Surip!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini