Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ingram, 44 tahun, adalah pemegang tiga penghargaan Grammy. Sejak remaja, ia belajar berbagai alat musik secara otodidak. Permata asal Ohio, Amerika Serikat, ini baru bersinar ketika ditemukan oleh dua superstar musik, Ray Charles dan Quincy Jones. Dari situ, karirnya terus melejit. Kesuksesan ini, katanya, amat didukung oleh istrinya, Debbie, yang juga menjadi salah seorang manajernya. "Tanpa dia, tak mungkin saya bisa mencapai semua ini," katanya mengomentari ibu dari enam anaknya itu. Bagaimana pandangan Ingram tentang musik dan kehidupan, berikut wawancara khususnya dengan Hermien Y. Kleden dan Wendi Ruky dari TEMPO.
Setelah 20 tahun berkarir, ada perubahan dalam musik Anda?
Tidak. Setiap lagu itu ibaratnya seorang bayi yang punya sidik jari masing-masing. Setiap lagu saya adalah suatu individu yang berbeda satu sama lain.
Dari mana Anda mendapatkan inspirasi musik?
Kehidupan. Kita bangun setiap pagi, lihat matahari terbit selalu di tempat yang sama. Itulah hidup, itulah cinta. Itu saja sudah cukup untuk jadi sumber inspirasi. Yang lain-lain cuma bumbu penyedap.
Cinta, itukah pesan dalam musik Anda?
Ya. Tuhan itu kasih.
Anda religius, ya?
Oh, sama sekali tidak.
Atau spiritual?
Tepat. Tuhan itu adalah spirit. Semua orang yang percaya Tuhan mestinya percaya pada kebenaran spiritual. Saya sama sekali tidak religius. Saya bukan penganut agama mana pun. Apa saya butuh agama untuk menerangkan siapa yang menaruh matahari di langit? Buat saya, hal itu lebih spiritual sifatnya.
Ada komentar yang menilai lagu-lagu Anda cengeng?
Ya, bagus itu. Berbeda pendapat itu bagus. Saya tidak mengharapkan semua orang menyukai musik saya. Anda suka, syukur. Kalau tidak, ya, tidak apa-apa.
Apakah penghargaan Grammy penting buat Anda?
Tentu. Saya sudah memenangi Grammy Award tiga kali dan dinominasikan 17 kali. Kalau nanti saya dapat lagi, itu tak banyak bedanya. Selama sisa hidup, saya akan tetap menjadi pemenang Grammy. Tapi bukannya saya ingin diingat sebagai pemenang Grammy. Fokusnya tetap ke musik saya.
Pernah terpikir untuk berhenti bermusik?
Tidak pernah. Musik adalah hidup saya. Saya tidak perlu menyanyi, tapi musik itulah yang tidak bisa saya hilangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo