Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JENDERAL besar itu tampak ringkih. Tubuhnya makin kurus. Tulang mukanya menonjol di bagian pipi dan dahi. Siang itu, ia berusaha keras untuk tersenyum. Sedikit gemetar, ia melambaikan tangannya. Kamis pekan lalu, Soeharto, bekas orang kuat yang berkuasa di Republik 30 tahun lebih itu, meninggalkan Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Ia pulang ke Cendana setelah kembali dirawat selama enam hari. Akhir Juli lalu, ia terkapar akibat stroke di otak kirinya. Dua minggu kemudian, mantan presiden yang berusia 78 tahun ini kembali dilarikan ke rumah sakit di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu. Kali ini, penyebabnya pendarahan di usus besar. Sabtu dua pekan lalu, saat ia hendak melakukan salat subuh, darah meleleh dari lubang anusnya.
Menurut seorang anggota tim dokter, itu merupakan efek samping dari obat stroke yang diberikan untuk mencegah penyumbatan darah. Tak dinyana, di usus besar Soeharto ada luka kecil berdiameter tiga milimeter. Akibatnya, obat itu lalu menjebol ususnya. Soeharto kembali menghuni kamar VVIP (very very important person) nomor 603,RSPP.
Menurut Ketua Tim Dokter Ahli Presiden dr. Ibrahim Ginting, kondisi Soeharto membaik. Ususnya sudah seratus persen sembuh. Memorinya juga oke. "Sama saya masih kenal," katanya. Ia juga masih mengenali sanak keluarga dan para penjenguknya. Mantan Menteri Koperasi Bustanil Arifin, yang baru berkunjung, bilang bahwa bekas junjungannya itu sudah bisa tertawa lepas dan berjalan dari sudut kamar ke tempat tidurnya.
Sejatinya tak secerah itu. Menurut catatan anggota tim dokter, setelah terserang stroke, beberapa bagian tubuh jenderal pensiunan berbintang lima itu tak lagi berfungsi dengan baik. Bicaranya cadel, kaki dan tangan kanannya sulit dikontrol, memorinya melemah. Ia juga tak lagi mampu mengontrol saluran pelepasannya. Karena itu, ia harus mengenakan pampers. "Jadi seperti balita," kata dokter itu.
Secara medis, kini kondisinya memang membaik, meski dalam banyak hal belum pulih benar. Kalau berjalan, Soeharto masih harus dipapah. Bicaranya mulai jelas, "Meski masih lamban dan agak cadel," kata sumber tadi. Kemajuan fungsi otaknya telah mencapai 85 persen dari kondisi normal. Tapi daya pikirnya masih lemah. Ia masih sulit menangkap maksud lawan bicaranya. Jadi, palu hakim bakal makin sulit menjangkaunya.
Rotasi Baret Hijau di Ambon |
SATU batalyon kesatuan Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) Yonif 413 Sambernyowo dari Jawa Tengah ditarik pulang. Kabar itu terbetik sejak Selasa pekan lalu dari Bumi Seribu Pulau, yang masih terus tercabik-cabik kerusuhan berbau agama. Berita itu makin mengonfirmasikan insidenmeski dibantah Markas Besar TNI di Cilangkapyang meletus dua pekan lalu.
Saat itu, warga Mardika dan Batumerah bentrok. Celakanya, aparat ikut turun gelanggang. Kesatuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian RI berdiri di pihak Mardika, sedangkan Batumerah didukung pasukan baret hijau itu. Baku tembak pecah. Hasilnya, seorang anggota Kostrad, Prajurit Dua Achmad Naisomudin, mati tertembak, sementara 16 serdadu lain luka-luka.
Hawa Ambon pun makin panas. Rumor dan saling tuding makin kencang beredar di antara kedua pihak: Kostrad mendukung "ikat kepala putih" (muslim) dan Brimob membekingi "ikat kepala merah" (nonmuslim). Kelompok merah dituding kepanjangan tangan Republik Maluku Selatan (RMS). Kelompok putih dicurigai sebagai antek pemerintah. Ketua Tim Advokasi dari Gereja Protestan Maluku, Semi Waeleruni, dan Sekretaris Badan Koordinasi Umat, Machmud Rengirfurwarin, membenarkan gejala pemihakan aparat itu.
Tapi Panglima Daerah Militer XVI/Pattimura Brigjen Max Tamaella menyangkal tudingan "perang antarpasukan" di balik penarikan Kostrad itu. Menurut Tamaella, penarikan itu dilakukan karena sudah "jatuh tempo". Korps baret hijau itu sudah lima bulan bertugas di sana. Lagi pula, selain Kostrad, ditarik kesatuan lainnya seperti Zeni Tempur (Zipur) 5, 9, dan 10.
Saat ini, yang disiagakan adalah pasukan dari kesatuan Yonif 411 Solo, paskhas (pasukan khas), marinir, dan Brimob berkekuatan empat batalyon. Mereka disebar di titik-titik rawan konflik, yang hingga kini telah merenggut 117 jiwayang lebih banyak harus dihentikan.
Kursi Utusan Golongan untuk Rudy |
SETELAH sempat kisruh, Komisi Pemilihan Umum menetapkan 65 lembaga yang akan menduduki kursi utusan golongan MPR. Ada beberapa perbedaan dari draf kontroversial hasil Tim 15tim verifikasi KPUsebelumnya. Nama organisasi Bina Lingkungan Hidup Indonesia dan Masyarakat Perhutanan Indonesia, tempat Agus Miftachsalah satu anggota tim itubercokol, lenyap dari daftar. Persatuan Wartawan Indonesia, yang ramai diprotes berbagai organisasi wartawan, akhirnya dipangkas.
Menurut kalkulasi anggota KPU dari Golkar, Mahadi Sinambela, daftar itu lumayan menguntungkan Habibie dalam pertarungan menuju Istana. "Kebanyakan organisasi dari golongan agama pagi-pagi sudah mendukung Habibie," katanya. Di sana, ada Badan Kontak Majelis Taklim yang dipimpin Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Hajah Tuty Alawiyah. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) akhirnya digeser oleh Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) pimpinan konglomerat Siti Hartati Murdaya, yang dikenal dekat dengan Bung Rudy Habibie. Beringin berancang-ancang mendulang 25-30 suara dari kursi hasil kecelakaan UUD 1945 ini.
Golongan Lembaga Kursi
Golongan | Lembaga | Kursi |
Agama a. Islam | MUI, Dewan Dakwah Islamiyah, NU, Muhammadiyah, PP Wanita Syarikat Islam, Ittihadul Muballighin, KAHMI, Al Irsyad Al Islamiyah, Al Jami’atul Wasliyah, Badan Musyawarah Ulama dan Umat Islam, Matlaul Anwar, Al-Ittihadiyah, Badan Kontak Majlis Taklim, Hidayatullah, Persis | 15 |
b. Protestan | PGI, Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia | 2 |
c. Katolik | KWI | 1 |
d. Hindu | PHDI | 1 |
e. Buddha | Walubi | 1 |
Veteran, Perintis Kemerdekaan dan Pejuang | LVRI, Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia, DHN Angkatan ‘45, Persatuan Keluarga Besar Pelajar Pejuang, IKBLA-Arief Rahman Hakim | 5 |
Ekonomi, Badan-Badan Kolektif Lainnya | Dekopin, Inkud, Kopindo, HKTI, HNSI, SBSI, Kadin, Hipmi, Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah | 9 |
Perempuan | Kowani, Perwari, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia, PP Wanita Islam, Persatuan Wanita Kristen Indonesia | 5 |
Etnis Minoritas | Suku Kubu/Anak Dalam (Jambi), Badui (Ja-Bar), Dayak (Kalimantan), Sangir/Miangas (Sulawesi), Irian (Irianjaya) | 5 |
Penyandang Cacat | Dewan Nasional Penyandang Cacat Indonesia, Badan Pembina Olahraga Cacat Indonesia | 2 |
Budayawan, Ilmuwan, dan Cendekiawan | ISEI, Himpunan Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan YME, Parfi, Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta, Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan, ICMI, PIKI, Taman Siswa | 9 |
Pegawai Negeri Sipil | Korpri, Federasi Serikat Pekerja BUMN, Persatuan Wredatama RI, Departemen Dalam Negeri, Departemen P dan K | 5 |
Mahasiswa/Pemuda, LSM | Walhi, YLKI, Ikatan Eksekutif Keuangan Indonesia, Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia, Ikadin | 5 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo