"KALAU menurut isyu, 'kan saya sudah punya isteri lagi. Isteri
gelap sebanyak delapan orang dan perempuan simpanan enampuluh
orang," ujar lelaki yang telah menduda lebih dari setahun itu.
Bapak dari 5 anak, bekas Gubernur Sulawesi Utara yang terkenal
itu, Willy Lasut, pagi itu mengenakan safari batik warna dasar
putih bergaris-garis hitam dan bercelana pendek. Sejak 2
Nopember lalu dia berada di Jakarta, dan tinggal di rumahnya
yang dulu di kompleks militer di bilangan Jatinegara. Dipanggil
Hankam? "Tidak. Untuk menemui teman-teman saja," katanya.
Lalu, anak-anaknya siapa yang mengurus? "Anak-anak saya sudah
besar-besar. Yang masih sekolah saya tinggalkan di Manado. Di
sana banyak famili." Rumah yang di Manado itu dikontraknya untuk
setahun -- tidak sampai seminggu setelah dia diberhentikan dari
jabatannya bulan lalu. Berukuran 6 x 12 meter dan banyak
dikunjungi para famili.
Tapi betulkah isyu tentang isteri gelap itu? "Isyu itu berasal
dari para pejabat yang justru mempunyai isteri gelap," katanya,
sambil menggulung tembakau kesayangannya yang dulu, tembakau
shag Warning. "Saya ini 'kan anggota majelis. Sedikit-sedikit
naik mimbar. Apa cocok begitu?" Dia anggota aliran Kristen
Charismatic.
Namun Lasut kemudian mengaku, sampai sekarang dia masih
menyimpan surat lamaran dari 5 perempuan yang bersedia jadi
isterinya selagi menjadi gubernur. "Saya simpan cuma untuk bukti
-- sebab jangan-jangan mereka memutar-balik dan mengatakan
sayalah yang mengejar-ngejar mereka. "
Sebagai duda, rupanya kedudukan Lasut sama sulitnya dengan para
janda. Menurutnya, beberapa hari setelah kematian isterinya,
sudah ada yang mengincar jabatan 'nyonya gubernur'. Namun dia
tidak menanggapi -- maklum masih berduka. Dan perempuan itu
lantas bilang dia dikejar-kejar Lasut.
Tapi apa dia akan menduda terus? Anak-anaknya yang telah dewasa
sudah menganjurkan agar sang ayah kawin lagi -- dan bukankah
Lasut sudah punya calon? Dia mengaku. "Saya sungguh-sungguh
mencintainya," ucapnya, tanpa menyebut nama si dia. "Hanya saja,
karena berasal dari kalangan sederhana, dia tidak berani menjadi
nyonya gubernur." Tapi itu 'kan dulu. Sekarang sesudah bukan
gubernur lagi, bagaimana? "Saya belum menghubungi lagi wanita
yang sangat saya cintai itu. Dan bagi saya, perkawinan itu bukan
asal kawin begitu saja. Syarat pokok untuk menjadi suami-isteri
menurut agama harus diperhatikan benar," katanya, sambil
membujuk cucunya yang tiba-tiba menangis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini