Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Yang runtuh dan anti gempa

Gempa bumi menghancurkan 90% bangunan di tasikmalaya. karena daerah itu ada di jalur gempa, maka bangunan sebaiknya memakai konstruksi tahan gempa. (dh)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMPA bumi di beberapa wilayah Jawa Barat awal bulan ini tak begitu mengejutkan. Tapi mengherankan bahwa kerusakan dan korban yang ditimbulkannya begitu besar dibanding getarannya yang hanya 6,4 skala Richter. Bahkan di beberapa tempat, disebutkan sampai 90% bangunan yang ada hancur. Dan ternyata dari sekian ribu rumah yang runtuh atau rusak berat akibat gempa itu sebagian besar terdiri dari bangunan lama atau bangunan baru tanpa konstruksi tulang beton. Ini misalnya terlihat jelas pada runtuhan bangunan di sepanjang jalan antara Garut (kota) dan Singaparna. Bahkan di sini terlihat pula, bangunan yang ambruk sama sekali terbuat dari batako. Sebaliknya, meskipun satu bangunan bertingkat tapi bila berkonstruksi beton, tak mengalami kerusakan. Menyaksikan sisa-sisa bangunan itulah Dr. David Hutchison, seorang ahli bangunan berkbangsaan Selandia Baru yang diperbantukan pada Dinas Penyelidikan Masalah Bangunan (DPMB) di Bandung, berkesimpulan kerusakan karena gempa terjadi karena konstruksi bangunan yang tidak semestinya. Di beberapa tempat misalnya ia melihat sisa adukan tembok tidak pada perbandingan selayaknya, bahkan kadang-kadang tanpa semen. Begitu pula, rangka diletakkan begitu saja di atas dinding tembok tanpa jangkar. Adukan perekat antara satu bata dengan bata lainnya sangat lemah hingga mudah terlepas. "Ini bukan saja pada rumah-rumah penduduk," kata David, "tapi juga kantor-kantor dan bangunan SD Inpres yang ikut roboh. " Menilai daerah gempa di Ja-Bar itu termasuk pada jalur gempa, ahli bangunan itu menilai di daerah ini bangunan dari tembok tidak cocok. (lihat juga box). Hal ini agaknya sesuai dengan anjuran Presiden Soeharto pekan lalu, yang menghendaki agar bangunan itu diganti dengan bangunan yang banyak menggunakan bahan kayu dan bilik-bilik bambu. Ini tentu karena dinilai bahan-bahan bangunan itu akan tahan terhadap gempa. Lagi pula, tambah Sesdalopbang Solichin GP, pemakaian kayu dan bambu akan mendorong penduduk untuk meningkatkan usaha penghijauan. Kosala Kasali Kampanye memakai bahan bangunan anti gempa ini pernah dilakukan di Bali tak lama setelah pulau itu digoncang gempa pertengahan 1976. Dipelopori Building Information Centre (BIC) kepada penduduk Bali waktu itu diingatkan bahwa bangunan dari kayu yang tahan gempa justru telah digunakan nenek moyang di zaman dulu. Malahan telah disebut-sebut di dalam pustaka lontar Hasta Kosala Kosali Hasta Bumi. Dalam pustaka itu sekaligus diterakan bahan ramuan rumah, ukuran rumah dan pekarangan, ukuran bahan bangunan dan perincian lainnya. Melanggar ketentuan ukuran itu, sanksinya sudah menunggu: akan hancur bila gempa datang. Ternyata kampanye itu cukup berhasil. Penduduk yang tadinya berlomba mempercantik rumah dengan bangunan-bangunan tembok, mulai membangun rumah mereka dengan bahan tahan gempa. Bahkan rumah jabatan Gubernur Bali juga dibangun dengan cara serupa itu. Di Jawa Barat agaknya kampanye serupa itu segera dimulai. Namun pertama-tama yang penting adalah menyadarkan penduduk yang ada di jalur gempa itu bahwa bencana sewaktu-waktu akan menyerang mereka. Sebab sampai sekarang masih banyak penduduk yang belum menyadari hal itu. "Kami tak menyadari Tasikmalaya berada pada jalur gempa," tutur Sekwilda Tasikmalaya, Adang Rusman SH.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus