Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Undangan halal bihalal

Eddy marzuki nalapraya, dikenal sebagai "tukang tangkap" mendapat undangan dalam acara halal bihalal dari orang-orang yang pernah di tangkap & mendapat sindiran-sindiran yang dilontarkan kepadanya dalam acara tersebut. (pt)

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA semula cuma Marzuki. Tapi karena malu dipanggil Si Juki, di depan nama itu ditambahkannya Eddie. Dan belakangan, nama itu ditambahi pula dengan Nalapraya. "Entah dari mana asalnya," ujar Brigjen Eddie Marzuki Nalaypraya, Kastaf Skogar Ibukota, tentang namanya sendiri. Jenderal berusia 49 tahun itu, yang selama ini dikenal sebagai "tukang tangkap", orangnya bisa menyenangkan. Lucu, tidak kaku. Karena itulah agaknya kalangan orang-orang yang pernah ditangkapnya mengundangnya dalam acara halal bihalal. Undangan pertama dari Forum Studi dan Komunikasi (FOSKO) 22 Agustus, di Hotel Sabang, Jakarta. Berikutnya, 25 Agustus, dari Badan Kerjasama Pembelaan Mahasiswa Indonesia di Pusat Mahasiswa Salemba UI. Di kedua tempat itu tentu saja Eddie disindir-sindir. Di Hotel Sabang misalnya, Ketua Umum DMUI Biner Tobing dalam sambutan singkatnya berkata: "Sebetulnya malam ini saya mau bicara keras, tapi karena ada Pak Eddie, ya nggak jadi." Hadirin tertawa, Eddie tertawa. Di Salemba Adnan Buyung Nasution yang biasa jadi pembela mahasiswa yang diadili juga menyindir. "Secara manusia, kita bisa herkumpul bersama-sama. Tetapi secara prinsip, antara yang ditangkap dengan yang menangkap dan yang membela, tetap ada perbedaan." Mendengar semua itu, tentara yang juga dikenal sebagai penggemar dan pembina musik dangdut serta pencak silat itu, tidak marah. Tapi ketika lebaran kemarin ada imam yang mengucapkan kata kafirin -- konon dengan nada ditingggi-tinggikan -- dalam salatnya, Eddie marah dan juga sedih. Sebab ia merasa kata-kata itu ditujukan kepada petugas keamanan yang berada di tempat itu. "Saya merasa turut dicap kafir," katanya. Padahal ia sendiri sembahyang lima kali sehari. Orang tuanya haji pula, meski ia sendiri belum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus