Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bagi Yang Makan Lalap

Karya tulisan Gregory Djaja pada lomba karya penelitian ilmiah bagi remaja '80, berjudul insektisida & bahayanya menguraikan kriteria perbandingan bagi pemakaian obat anti hama insektisida.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERHATIANNYA terhadap masalah pertanian dan tanaman mungkin tergugah oleh ayahnya, seorang karyawan perkebunan di Bogor. Tapi ia juga menyadari bahwa banyak orang Jawa Barat memang suka makan sayuran mentah sebagai lalap. Sedang petani sayur-mayur dilihatnya selalu menggunakan insektisida untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Maka Gregory Djaja, siswa kelas 3 IPA, SMA Regina Pacis di Bogor, melakukan penelitian. Hasilnya dikirim hanya kepada panitia Lomba Karya Penelitian Ilmiah bagi Remaja tahun 1980 (TEMPO 30 Agustus). Berdasarkan karya tulisnya itu yang berjudul "Insektisida dan Bahayanya", ia terpilih sebagai salah satu di antara sepuluh finalis lomba itu. Ia sempat jalan-jalan ke Cipanas dan menyaksikan para petani di kebun kubis sedang menyemprot tanaman. "Saya melihat tetesan insektisida menempel di sayuran itu," tuturnya. "Padahal 3-4 hari lagi sayur itu akan dipetik." Para petani menyemprotkan insektisida itu berkali-kali, tidak sesuai dengan aturan memakainya. Pengamatan ini baginya menimbulkan dua hipotesa. Pertama, cara pemakaian insektisida semacam itu bakal membahayakan bagi konsumen sayuran itu. Zat racun yang terdapat dalam insektisida tetap terkandung pada tanaman dengan kadar yang cukup tinggi. Kedua, cara seperti itu bakal menimbulkan hama yang resisten terhadap insektisida itu. Hingga setiap saat dibutuhkan insektisida yang lebih kuat. Ini berakibat bertambah besar pula bahaya bagi manusia dan lingkungan. Untuk membuktikan hipotesanya itu ia melakukan penelitian selama dua bulan. "Wah, saya tidak pernah berhitung berapa biaya penelitiannya," jawab Gregory atas pertanyaan TEMPOO. "Paling-paling buat ongkos pulang pergi ke Cipanas." Sedang penelitian di laboratorium ia lakukan di sekolah. Cregory banyak dibantu L.I. WendiKazif, gurunya. Ia mulai dengan menghimpun semua data tentang insektisida yang beredar di Indonesia. Berdasarkan itu ia memperoleh sejumlah kriteria pembanding bagi pemakaian obat anti hama itu. Cukup Mengejutkan Kemudian ia meneliti mekanisme penyerapan oleh daun tanaman itu sendiri. Dan ia mengadakan berbagai tes untuk mengukur pengendapan (residu) insektisida. Untuk itu ia mengumpulkan berbagai sample dari petani yang sayurnya baru disemprot, sedang dipanen atau yang sedang dijual di pasar. Juga ia membagi sample itu dalam tiga golongan. sayur yang dicuci, dimasak dan yang tidak dicuci. Dari Cipanas ia kumpulkan kol dau bunga kol. Dari Lembang juga kol dan bunga kol ditambah sawi, sedang dari Sukabumi kol dan sawi. Hasilnya cukup mengejutkan. Sayuran dari Lembang dan Sukabumi mengandung kadar endapan insektisida fosfor organik yang relatif rendah, namun semua angka menunjukkan jauh di atas nilai ambang yang diizinkan, sekalipun bagi sayuran yang dicuci atau dimasak. Nilai ambang ini, misalnya, bagi tiap 500 gr contoh hanya diizinkan 0,25 - 0,5 mg. Tapi kol dari Cipanas sebanyak itu yang sudah dimasak masih menunjukkan angka endapan setinggi 38,75 mg, atau 75 kali lebih di atas nilai ambang. Kol yang dari Lembang dan Sukabumi tidak begitu gawat, meskipun untuk contoh yang dimasak menunjukkan angka 15,5 mg dan 14,5 mg. Bayangkan, betapa lebih besar bahayanya bagi orang yang suka makan lalap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus