Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Akan Saya Terobos Semua

"Pertamina hulu itu yang paling tidak punya performa baik, tapi gajinya paling tinggi. Targetnya tidak ada yang terpenuhi. Yang namanya eksplorasi di luar negeri itu bodong semua. Intinya adalah impor, impor, dan impor."

8 Desember 2014 | 00.00 WIB

Akan Saya Terobos Semua
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

FAISAL Basri menggeser-geser layar telepon selulernya dengan ibu jari hingga ia menemukan sebuah pesan dari seorang wartawan. Begini isinya: "Banyak yang pesimistis dengan Anda karena Anda dianggap kroni Kuntoro Mangkusubroto." Pesan itu langsung membuat dua sudut mulut Faisal merungut. "Yang seperti ini tidak perlu ditanggapi," katanya. Kuntoro yang dimaksud adalah bekas Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Faisal saat ini memegang komando dengan mandat yang jelas: melakukan bersih-bersih tata kelola minyak dan gas dalam waktu enam bulan, termasuk mafia di dalamnya. "Kalau tidak ada yang masuk penjara, artinya saya gagal," ujar Faisal, yang ditunjuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pada 16 November lalu sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi.

Itu merupakan pesan keras dari Faisal dalam memimpin Tim Reformasi, yang terdiri atas 14 orang. Sejak ditunjuk, hampir setiap hari dia sibuk dengan urusan data rahasia dari berbagai sumber dan rapat kerja. Ia juga harus rela cuti menulis. "Kesibukan ini membuat jam tidur saya hanya tiga jam," katanya.

Dia bersandal gunung, tanpa kaus kaki, sehingga jari-jari kakinya bergerak tampak jelas selama wawancara dengan Heru Triyono, Ayu Prima, Gustidha Budiartie, Bernadette Christina, dan fotografer Dhemas Reviyanto dari Tempo.

Wawancara Rabu dua pekan lalu itu dilakukan di dua tempat. Pagi di Hotel Grand Mercure, di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, dilanjutkan malamnya di restoran Potato Head Garage, Sudirman, Jakarta Selatan. Suaranya yang serak khas terdengar berapi-api bila berbicara tentang mafia minyak dan gas—diselingi embusan asap rokok dan minum kopi. "Penelusuran tidak akan ada batas. Akan saya terobos semua," ucap Faisal sambil mengelus-elus jenggotnya yang berantakan dan beruban.

Kapan Anda menerima tawaran menjadi Ketua Tim Reformasi?

Pada 15 November, di bandara di Yogyakarta, Mas Dirman (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said) membisiki saya. Awalnya tidak secara jelas tim yang dimaksud apa. Tapi memang fokusnya migas. Ketika makan pagi, dengan Buya (Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah), baru saya dikasih tahu tentang Tim Reformasi ini.

Ke Yogyakarta itu untuk fit and proper test? Kenapa ada diskusi dengan Syafii Maarif?

Tidak ada proses itu. Saat itu kami memang sedang jalan ke Yogyakarta bersama Amin Sunaryadi, Wawan (Widyawan Prawira Atmaja), dan Nizar Suhendra. Kami berdiskusi dengan Buya, yang kami anggap sebagai orang baik yang lurus dan netral.

Tawaran itu langsung Anda terima?

Saya tidak dalam posisi menolak. Saya memang inginnya di luar kementerian, biar leluasa bergerak, tidak struktural.

Siapa yang memiliki ide membentuk Tim Reformasi?

Sepertinya dari Mas Dirman, yang sudah dikomunikasikan dengan Presiden (Joko Widodo).

Yang memilih ke-14 anggota tim itu Anda sendiri?

Terserah saya semua. Ini kedua kalinya saya "dijebak" begini, ha-ha-ha…. Pertama kalinya saat Boediono menjadi Menteri Keuangan. Dulu saya juga dijebak beliau untuk menjadi Ketua Tim Eksternal Monitoring Inpres. Waktu itu saya memilih figur-figur yang "gila", seperti Chris Kanter dan Rachmat Gobel.

Apa pertimbangan utama Anda memilih orang untuk masuk tim?

Saya ingin ada pegiat antikorupsi, ada orang kampus, ada orang migas juga, seimbang. Kemudian keluar nama-nama itu: Daniel Purba (Pertamina), Parulian Sihotang (SKK Migas), Chandra Hamzah (mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi), Djoko Siswanto (BPH Migas), dan lainnya. Pasti ada kritik terhadap pilihan ini. Tapi saya yakin tim ini kuat untuk mengungkap mafia-mafia yang beredar.

Ada pihak yang mengatakan di tim Anda sendiri sebenarnya ada mafia....

Siapa memang orangnya? Anda mengira Daniel Purba? Kalau dia itu sudah tidak punya akses lagi ke Petral (Pertamina Energy Trading Limited).

Benarkah Daniel Purba adalah titipan Ari Soemarno—mantan Direktur Utama Petral?

Apa kuasa Ari Soemarno, sih? Sudirman Said juga dibilang orang Soemarno. Saya tekankan SS (Sudirman Said) tidak ada urusan dengan Soemarno. Dia tidak terbatas. Kalau pakai titipan-titipan begitu, saya tidak mau. Ngapain?

Kabarnya Daniel dekat dengan seorang pedagang solar terbesar di Asia (Tempo menyebutkan sebuah nama)—juga sebagai penadah solar selundupan dari Indonesia?

Saya tidak tahu. Yang jelas, Daniel orang yang tahu banyak. Dia oke banget. Itu yang saya percaya dari informan saya.

Orang juga mengaitkan Rini Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara, dengan Ari Soemarno. Jangan-jangan, lewat Rini, Ari bisa mengintervensi tim Anda sehingga pembenahan tata kelola migas tidak total....

Kalau mau intervensi, mereka tidak akan memilih saya. Tidak akan memilih Amin Sunaryadi juga—yang cuma tunduk sama Tuhan. Dia orang gila. Terlalu berisiko main-main sama saya dan Amin.

Anda pernah merasa diintervensi?

Bodo amat soal itu. Salah sendiri menunjuk saya. Buat saya, tidak ada batas. Akan saya terobos semua.

Tapi seberapa penting Menteri Rini Soemarno hadir dalam pengumuman pembentukan Tim Reformasi? Bukankah migas bukan soal Pertamina saja?

Saya melihatnya sebagai bentuk wujud cairnya interaksi antarmenteri. Bu Rini merasa terbantu oleh tim ini.

Pembentukan Tim Reformasi dianggap pencitraan untuk pemerintah….

Tidak juga. Memang saya bisa diatur? Jadi tesis itu gugur.

Banyak yang pesimistis terhadap tim ini karena Anda adalah kroni Kuntoro Mangkusubroto, yang dianggap neolib….

Kalau neolib itu sudah "dosa turunan" dosen ekonomi di UI (Universitas Indonesia). Saya tidak ingin tanggapi. Banyak yang tidak suka sama saya. Yang penting saya kerja saja.

Sudah dua pekan tim berjalan. Apakah ada pembagian kelompok kerja atau ada subunit?

Ada dua kelompok sementara ini. Satu, kelompok yang berbicara tentang gambaran makronya, hulu-hilir, aspek holistiknya. Kelompok kedua, termasuk saya di dalamnya, lebih kasuistik, kasus per kasus. Seperti misalnya Petral dan BBM (bahan bakar minyak).

Apa temuan awal tim Anda?

Temuan sementara adalah tidak benar bahwa Pertamina langsung beli minyak dari NOC (National Oil Company)—sebagaimana klaimnya. Ini menimbulkan pertanyaan. Seperti ada yang ditutupi. Kita minta transaksi lima tahun terakhir ke Pertamina. Siapa saja yang berperan, minyaknya dari mana saja, pergerakan minyaknya ke mana, apakah dari Angola langsung ke Jakarta, apakah dari Irak. Itu semua harus diteliti.

Tim Anda bisa masuk sampai pengadaan atau importasi, baik impor minyak maupun BBM. Kapan belinya, siapa pembelinya, berapa harganya?

Kami akan mencari. Itu untuk mematahkan klaim dari Pertamina dan Petral, yang mengatakan bahwa mereka langsung beli dari NOC, tanpa trader. Padahal trader itu bukan barang haram. Semua punya trading company, seperti Chevron dan Shell. Saya melihat bill of lading (surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut) dengan invoice-nya (surat tagihan) beda.

Apa sebenarnya masalah yang sudah diidentifikasi dari Pertamina?

Pertamina hulu itu yang paling tidak punya performa baik, tapi gajinya paling tinggi. Targetnya tidak ada yang terpenuhi. Yang namanya eksplorasi di luar negeri itu bodong semua. Intinya adalah impor, impor, dan impor.

Anda melihat ada keinginan berubah dari Pertamina sendiri?

Tidak bisa bilang begitu. Harus dipaksa berubah. Bukan ingin atau tidak ingin. Dibikin aturan baru, kalau tidak ikut, ya, singkirkan.

Saham Petral di awal: 40 persen Pertamina, 20 persen Hutomo Mandala Putra, kemudian 20 persen Bob Hasan. Sekarang komposisinya masih seperti itu?

Saat ini 99,99 persen Pertamina.

Lalu ke mana saham Bob Hasan dan Tommy Soeharto?

Keluarga Pak Harto itu tahu diri. Pasti dilibas sama pemerintah, kan Soeharto jatuh. Terjadi perubahan modus para mafia. Dulu kita masih eksportir, boleh jadi dulu perannya lebih banyak menjual minyak. Tahun 2000-an ke sini berubah. Lebih ke impor. Kita tidak tahu peran pemilik saham lama itu jadi apa sekarang.

Apakah mereka melepas saham kemudian jadi trader?

Tidak ada temuan trader itu pelaku lama.

Sebenarnya ada berapa kelompok yang bermain di sektor migas ini?

Belum bisa dipetakan. Kalau ketemu rantainya, baru enak. Belum diidentifikasi sampai ke orang. Belum mendapat nama-nama mafia migas juga yang beredar selama ini. Tapi kami punya metode untuk sampai mengidentifikasi orang. Kita lihat polanya dulu. Kalau pola sudah konsisten antara harga aktual dan data MOPS (istilah MOPS selama ini dikenal di Indonesia dengan mid oil platts Singapore, yang dijadikan patokan harga BBM di Indonesia). Misalnya mau pemilu, harga di-mark up karena diperas, itu kelihatan dari data. Akan kita lihat juga kapan kilang shutdown.

Tata kelola seperti apa yang akan dibuat tim?

Salah satunya kami ingin pemerintah punya formula yang transparan terhadap BBM sehingga publik bisa menguji.

Selama ini?

Tidak jelas. Karena itu, kami akan mengkaji Petral menyeluruh. Kami mau tahu dapat diskon berapa (dari pembelian minyak). Kemudian diskon itu larinya ke mana. Termasuk proses pengolahan dari bensin RON (Research Octane Number) 92 menjadi RON 88 yang dilakukan di luar Indonesia. Proses perubahan RON ini yang diduga memicu pembengkakan harga.

Dengan empat tugas, yakni melakukan kajian kebijakan tata kelola migas dari hulu ke hilir, memotong mata rantai birokrasi yang tidak efisien, mempercepat revisi UU Migas, dan meminimalkan pemburu rente di industri migas Tanah Air, mana yang jadi prioritas?

Jangan mengira kami bisa menyelesaikan semua. Harus fokus juga. Tidak akan selesai kalau semua disentuh. Jadi pusat saraf yang tersumbatlah yang kami coba selesaikan.

Apa ukuran keberhasilan tim Anda?

Kalau tidak ada yang masuk penjara, saya gagal. Tapi target kami bukan nama. Tapi akan kami serahkan rekomendasi juga ke penegak hukum, seperti KPK.

Anda yakin enam bulan bisa selesai?

Kami tidak bekerja dari nol. Sudah ada beberapa data dari akademikus dan UKP4 tentang cara yang harus dilakukan untuk mengelola migas. Data juga datang dari sumber-sumber yang tidak terduga.

Tim Reformasi bakal menyiapkan laporan bulanan?

Ada atau tidak ada kasus, akan kami laporkan. Kalau ada temuan yang harus segera direkomendasikan, ya, kami buat. Misalnya soal BBM. Kalau sudah jelas semua, akan direkomendasikan soal formula yang transparan dalam perhitungan BBM.

Sudah ada pihak yang pedekate ke (mendekati) Anda, merayu biar tidak kena sikat Tim Reformasi?

Ada yang mendekati, tapi dari pihak yang selama ini tercampakkan. Jadi ada trader yang kalah terus curhat sama saya. Dia memang berkepentingan, tapi untuk terjadi perubahan. Yang mendekati saya hampir semua yang teraniaya.

Maksudnya mafia trader yang teraniaya?

Saya tidak bilang mafia.

Calon mafia?

Bukan.

Target dari tim Anda adalah rekomendasi. Sekuat apa rekomendasi itu sehingga bisa dilaksanakan?

Tentu tidak mengikat dan tidak bisa juga memaksa untuk dilaksanakan. Tapi rekomendasi ini akan dibuat seoperasional mungkin. Saya punya keyakinan rekomendasi itu akan dieksekusi. Dari awal sudah kelihatan keseriusan Kementerian ESDM.

Beberapa pihak mencurigai bahwa hasil kerja Anda nanti akan tebang pilih....

Kami akan transparan. Walaupun tentu saja kami harus serahkan ke menteri dulu, baru ke publik. Tapi tidak ada indikasi "nanti gue sensor dulu" dari menteri. Tidak ada itu. Memangnya orang seperti Teten (Masduki, aktivis antikorupsi) dan saya bisa disetop? Kan, tidak bisa.

Jaminannya apa tidak disensor oleh Menteri Sudirman Said?

Tidak ada. Jaminannya hanya trust! Berdasarkan pengenalan saya yang sudah cukup lama ke Mas Dirman.

Sudah ada pihak yang menekan Anda dengan ancaman atau teror?

Ada pesan pendek. Isinya saya disuruh jangan minum sembarangan. Tapi saya sudah biasa. Dulu rumah saya juga pernah diancam bom.

Ngomong-ngomong dari mana uang operasional tim Anda?

Sepertinya masuk anggaran 2015. Tapi tidak seorang pun dari kami bertanya honornya berapa, ha-ha-ha…. Kalau teh sama kopi saja ada kok di kantor (Jalan Plaju, Jakarta Pusat).

Faisal basri
Tempat dan Tanggal Lahir: Bandung, 6 November 1959 Pendidikan: Master of Arts Bidang Ekonomi Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat (1988), Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta (1985) Karier: Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (2014), Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (2000-2001), Pendiri Partai Amanat Nasional (1998-2000), Ketua Dewan Etik Komite Pemantau Korupsi Nasional (2000), Pendiri Institute for Development of Economics & Finance (Indef) (1995-2000), Tenaga ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi (1995-1999), Ketua Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1995-1998), Koordinator Bidang Ekonomi Panitia Kerja Sama Kebahasaan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (1993-1997), Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1993-1995), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1987-1988), Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1981), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1981-sekarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus