Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Presiden Erdogan Telah Berubah

24 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puluhan anggota jemaah duduk mengelilingi Muhammed Fethullah Gulen di kampnya yang asri di Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, pertengahan Juni lalu. Di satu sore pada bulan Ramadan itu, ia mengajarkan tafsir Al-Quran Surah An-Nahl 125 yang membahas adab berdakwah. Sebagian anggota jemaah bersandar di sofa sekeliling tembok, memonitor lewat layar lebar. Di ruangan terpisah, ada puluhan anggota jemaah perempuan.

Aktivitas sehari-hari Gulen, 76 tahun, tampak tak terganggu oleh sejumlah insiden dan unjuk rasa di Gedung Putih, yang meminta pria yang akrab disapa Hocaefendi itu diekstradisi ke Turki. Gulen menjadi buruan nomor wahid pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan atas tuduhan terlibat kudeta militer yang gagal pada 15 Juli 2016. Pendiri sekaligus pemimpin Gerakan Hizmet (gerakan pengabdian) ini juga dianggap melindungi para eksil target pemerintah Turki yang bermukim di Negeri Abang Sam.

Muslim Sunni bermazhab Hanafi yang lahir di Desa Korucuk, Distrik Hasankale, Provinsi Erzurum, Turki, itu menganggap kudeta tersebut rekayasa belaka, yang justru menguntungkan posisi Erdogan. "Saya menentang setiap upaya menjatuhkan Erdogan melalui cara-cara tak demokratis," kata Gulen kepada Wahyu Muryadi dari Tempo di kampnya.

Sore itu, ketika saat berbuka tiba, semua yang hadir disuguhi makanan takjil sebiji kurma dan segelas plastik air putih. Penulis buku-buku tasawuf dan sejarah Nabi Muhammad ini semula hanya memberi waktu bersilaturahmi sambil berbuka puasa plus berfoto bersama. Tak ada wawancara. Namun, di luar dugaan, di sela perbincangan selama sejam dengan hidangan teh, kurma, dan kacang-kacangan, Gulen justru sepakat diberitakan. Ia pun membetulkan jubahnya yang berwarna biru tua seperti overcoat, bersedia difoto-dan baru pertama kali ber-video selfie. Wawancara khusus berlangsung di ruang tamu bersebelahan dengan kamar tidur Gulen. Didampingi Alp Aslandogan, tangan kanannya, doktor ilmu komputer yang memimpin lembaga swadaya masyarakat Alliance for Shared Values, Gulen bicara blakblakan soal kudeta setahun lalu. Aslandogan menerjemahkan jawaban Gulen yang berbahasa Turki. "Anda beruntung bisa diterima dan langsung wawancara, padahal beliau sakit diabetes dan jantung," kata Aslandogan.

Anda dituduh terlibat kudeta gagal terhadap Erdogan. Apa reaksi Anda?

Saya mengutuk upaya kudeta itu pada malam terjadinya kudeta dan membantah terlibat. Namun Presiden Erdogan, tanpa penyelidikan apa pun, malah menuduh saya. Ini jelas salah dari perspektif Islam ataupun prinsip keadilan universal.Bagaimana Anda bisa menuduh seseorang terlibat kejahatan besar tanpa ada penyelidikan apa pun? Setelah insiden 15 Juli, saya menegaskan kembali komitmen saya terhadap demokrasi dan perdamaian, lalu mengumumkan bahwa saya menentang setiap upaya menjatuhkan Erdogan melalui cara-cara tak demokratis. Saya juga sempat menulis artikel di New York Times, yang mengirim pesan bahwa pergantian pemerintah harus melalui pemilihan umum, bukan peluru.

Lalu siapa sebenarnya yang bertanggung jawab?

Saya tidak pada posisi dapat menunjuk orang atau kelompok tertentu sebagai pelaku kudeta. Namun para pengamat dan komentator menyatakan ada kemungkinan yang bertanggung jawab adalah sekelompok petinggi militer ultranasionalis yang sengaja membuat gerakan seolah-olah seperti kudeta. Kudeta palsu itu dirancang untuk membantu membersihkan tubuh militer dari orang-orang yang dituduh bersimpati kepada saya, dan dalam prosesnya justru akan menurunkan kredibilitas militer di mata publik serta membantu Erdogan menguatkan genggamannya terhadap militer. Saya meminta Erdogan mengizinkan penyelidikan internasional atas kejadian itu. Saya bersumpah, jika mereka dapat membuktikan saya bersalah, saya akan membeli sendiri tiket pulang ke Turki. Namun Erdogan tidak merespons tantangan saya.

Seperti apa kepemimpinan Erdogan? Apakah dia pemimpin korup, despot, atau tiran?

Para ahli hukum memperdebatkan kelayakan Erdogan menjadi presiden karena latar belakang pendidikannya. Pihak yang lain mempertanyakan ketidakadilan serta dugaan kecurangan dalam pemilu lalu. Terlepas dari semua itu, jika memang masyarakat Turki lebih memilih seorang penggembala sebagai pemimpin, saya menghargai pilihan mereka. Namun, secara pribadi, saya memandang Erdogan tidak memenuhi syarat sebagai presiden. Terkait dengan gaya otoriter Erdogan, para pengamat dari seluruh dunia sudah berpandangan bulat: sejak kemenangannya yang ketiga pada pemilu 2011, Erdogan telah menjadi semakin otoriter. Ia sudah berada di jalan yang sama dengan para pemimpin otokrat terburuk dalam sejarah dunia.

Bukankah Anda dulu berteman baik dengan Erdogan?

Sebenarnya saya tidak pernah dekat secara pribadi dengan Erdogan. Kami mendukung partainya karena persamaan prinsip. Alasannya sama dengan ketika kami mendukung partai politik lain di masa lalu, seperti partainya Suleyman Demirel, partai Turgut Ozal, juga partai Bulent Ecevit. Mereka semua menjanjikan demokrasi dan kebebasan lebih besar serta mengusahakan bergabungnya Turki ke Uni Eropa. Erdogan juga menjanjikan semua hal tersebut ketika mencalonkan diri.

Anda mulai berseteru dengan Erdogan setelah mengusulkan penyelidikan kasus dugaan korupsi di pemerintahannya pada 2013 (saat itu Erdogan menjabat perdana menteri)?

Saya tidak pernah meminta aparat kehakiman menyelidiki siapa pun. Jika penyelidikan berjalan sebagaimana mestinya, kita seharusnya sudah mengetahui apakah para penyelidik kepolisian dan kejaksaan telah melakukan pekerjaan mereka dengan benar atau menyalahgunakan kekuasaannya. Namun penyelidikan tersebut justru dihentikan. Para jaksa dan penyelidik kepolisian dipenjara. Bahkan para hakim pun dipenjara.

Analogi apa yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan Anda dengan Erdogan?

Jika mencari analogi, Anda bisa melihat kasus-kasus dalam hidup para tokoh agama dan negara dari berabad-abad silam. Keempat imam dari mazhab besar, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Ibnu Hanbal, Imam Malik, Imam Rabbani, bahkan ayah dari Maulana Jalaluddin Rumi mengalami nasib yang sama seperti kami sekarang, yaitu diminta memberikan dukungan tanpa syarat kepada para tokoh politik dan melepaskan integritas kami.

Ratusan orang Turki berunjuk rasa di depan Gedung Putih meminta supaya Anda diekstradisi dari Amerika Serikat. Siapa yang mensponsori gerakan ini?

Mayoritas masyarakat Turki di Amerika Serikat menentang pemerintah Erdogan. Dalam pemilu terakhir, ketika warga Turki di luar negeri boleh memilih, yang menang di Amerika adalah partai oposisi. Ada sebagian orang dan organisasi di Amerika bekerja erat dengan AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi atau Partai Keadilan dan Pembangunan). Artinya, sangat mungkin mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah Turki. Saya sudah tinggal di Amerika selama hampir 20 tahun. Pemerintah Amerika menjamin keamanan semua warganya, baik penduduk maupun tamu pendatang, tanpa kecuali.

Sejauh mana pemerintah Amerika Serikat melindungi Anda?

Saya merasa aparat keamanan mengikuti perkembangan upaya pemerintah Erdogan menyekap atau menculik orang-orang yang terafiliasi dengan Hizmet di seluruh dunia. Saya yakin aparat di sini juga telah diperingatkan tentang potensi ancaman tersebut, dan mereka sudah mengetahui apa yang sedang kami hadapi. Mereka memiliki cara-cara pengawasan elektronik dan cara lain untuk mendeteksi ancaman. Aparat keamanan lokal sangat waspada ketika para pengunjuk rasa muncul di dekat kamp kediaman ini.

Masih ingin kembali ke Turki?

Saya rindu tanah air, tentu saja ingin pulang dan mengunjungi tempat yang saya cintai itu. Tapi saya tidak ingin kunjungan saya menyebabkan masalah. Saya tidak akan bisa pulang selama pemerintah sekarang masih berkuasa.

Pemerintah Erdogan menahan begitu banyak orang, dari profesor hingga jurnalis. Anda merasa terganggu?

Kebebasan berekspresi sangat penting bagi demokrasi. Kebebasan secara luas membuat kita benar-benar menjadi manusia. Kita tidak bisa berbicara tentang kemanusiaan tanpa kebebasan. Karena itu, saya mengutuk pemenjaraan para jurnalis dan akademikus yang mengungkapkan pandangannya.

Mengapa Anda menerima orang-orang yang diburu pemerintah Turki di kamp ini?

Tidak ada seorang pun yang tinggal permanen di kamp ini selain saya dan beberapa anggota staf. Orang-orang yang diincar rezim Erdogan dapat berkunjung kemari dan tinggal di sini sebagai tamu untuk sementara waktu. Namun ini bukan berarti saya mendukung kudeta terhadap Erdogan. Saya sudah menegaskan komitmen saya terhadap demokrasi bahkan sejak 1994, ketika lingkaran dalam Erdogan masih ragu terhadap demokrasi dan menuduh saya mengkhianati idealisme Islam.

Para pengikut Anda mengatakan kamp ini sering diteror...

Orang-orang yang terafiliasi dengan pemerintahan Erdogan telah berkali-kali mengganggu kamp kediaman ini dan teman-teman kami. Dua kali helikopter yang disewa media pro-Erdogan sengaja terbang rendah mengganggu kami dengan kebisingannya. Seorang penduduk setempat dibayar media Turki untuk mengikuti teman-teman kami, memotret mereka, lalu mengunggahnya di media sosial disertai fitnah.

Setelah unjuk rasa kian marak, Anda akan meminta perlindungan lebih ketat kepada Amerika?

Setiap kali kami memberi tahu aparat keamanan setempat tentang adanya pengunjuk rasa yang sedang menuju ke sini, mereka cepat bertindak. Sejauh ini kami belum melihat adanya ancaman langsung terhadap keamanan kami, dan kami percaya pemerintah Amerika melindungi kami.

Apa misi Anda membentuk Gerakan Hizmet yang kemudian dicurigai pemerintah Turki?

Presiden Erdogan, mantan presiden Abdullah Gul, para menteri dan anggota parlemen dari AKP sejak dulu memuji lembaga dan proyek layanan Gerakan Hizmet hingga akhir 2013. Mereka tiba-tiba berubah haluan ketika ada kasus korupsi pada Desember 2013, yang berujung pada penyelidikan terhadap kabinet Erdogan. Namun, bukannya membiarkan lembaga peradilan menjalankan tugasnya, mereka justru menghentikan penyelidikan dan meletakkan para aparat kehakiman di bawah kendali politik mereka.

Para pendukung Erdogan menuduh Anda sebagai tokoh bermuka dua: tokoh spiritual yang lembut tapi juga teroris....

Hingga akhir Mei 2013, Erdogan, yang saat itu masih menjabat perdana menteri, menyebut pertemuan dengan saya sebagai rahmat dari Allah. Para pengikut Hizmet dan seluruh kegiatan mereka tetap tidak berubah. Mereka mendirikan sekolah, memberikan beasiswa, membangun layanan kesehatan berkualitas, serta memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga berusia di atas 50 tahun. Justru Presiden Erdoganlah yang telah berubah. Jadi pertanyaan ini lebih tepat diajukan kepadanya.

Presiden Erdogan menganggap Anda sebagai musuh utama. Anda juga bersikap sama terhadapnya?

Saya dan teman-teman tidak pernah menganggap Erdogan sebagai musuh. Kami terus berdoa agar ia menyadari kesalahannya dan kembali ke jalur demokrasi, yang dulu ia bantu bangun ketika Erdogan dan partainya mulai mencapai kekuasaan, serta agar ia meminta maaf atas segala kezaliman yang telah ia lakukan kepada puluhan ribu orang tak bersalah.

Benarkah referendum terhadap konstitusi di Turki baru-baru ini memperkuat posisi Presiden Erdogan?

Amendemen Undang-Undang Dasar kami yang terakhir, yang mengesahkan sistem presidensial eksekutif, sebenarnya menghilangkan sistem checks and balances terhadap kekuasaan presiden. Setiap ahli hukum independen, baik warga negara Turki maupun bukan, sepakat sistem ini akan menghancurkan demokrasi dan supremasi hukum di Turki.

Apa yang menarik dari pemikiran Badiuzzaman Said Nursi sehingga bukunya, Risale-i Nur (Risalah An-Nur), dikaji di kamp ini?

Saya tidak pernah bertemu dengan Badiuzzaman Said Nursi, tapi saya bertemu dengan beberapa muridnya sewaktu remaja. Saat bertemu, saya menyadari mereka menjalani hidup dengan cara serupa dengan para sahabat Rasulullah SAW. Kebersahajaan, keikhlasan, dan pengabdian mereka yang membuat saya tertarik pada karya-karya Nursi. Kemudian saya mulai membaca karya-karyanya dan belajar dari beliau. Nursi berusaha menyelesaikan masalah kontemporer yang dihadapi masyarakatnya saat itu, yakni ketika sains dan agama dianggap bertentangan.

Buku-buku Anda dilarang di Turki sehingga royalti dihentikan. Bagaimana Anda bertahan hidup?

Memang benar penerbit yang menerbitkan karya-karya saya di Turki sudah ditutup. Namun di Amerika masih ada satu penerbit yang terus menerbitkan karya-karya saya. Saya masih mendapatkan royalti dari mereka. Sebenarnya saya tidak butuh banyak dana. Saya sudah 79 tahun dan saya tidak punya apa pun selain buku-buku saya. Saya sudah berpesan kepada teman-teman agar buku-buku tersebut didonasikan kepada yayasan setelah saya meninggal. Saya bisa hidup dengan beberapa ratus dolar per bulan, tapi saya tidak ingin berutang kepada siapa pun.Karena itu, setiap bulan saya memberi donasi kepada kamp ini untuk mengganti biaya hidup saya.

Benarkah Anda berada di belakang pendirian sekolah-sekolah di Indonesia yang terafiliasi dengan Hizmet?

Peran saya dalam pendirian sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya sebatas mendorong masyarakat berinvestasi pada pendidikan. Saya mendorong anak-anak muda mempertimbangkan karier sebagai guru. Saya juga mendorong orang-orang mampu membantu para siswa dengan beasiswa dan membantu sekolah dengan berdonasi. Pada tahun-tahun awal gerakan ini di Izmir, saya secara pribadi terlibat dalam pendirian sejumlah sekolah dan asrama. Namun kini saya tidak pernah lagi secara pribadi mendirikan sekolah. Sekolah-sekolah di Indonesia didirikan oleh para pengusaha dan pendidik yang menghargai pendidikan.

Sebagai sufi, siapa pemimpin waliyullah, baik yang sudah wafat maupun masih ada, saat ini?

Saya tidak menganggap diri saya sebagai sufi, tapi saya sangat menghargai para tokoh spiritual di masa lalu yang mengikuti manhaj ahlussunnah wal jamaah. Salah satu guru pertama saya, Muhammad Lutfi dari Alwar, mengikuti aliran Naqsabandiyah dan merupakan pengagum Abdul Qadir al-Jaelani. Saya tidak mengenal cukup banyak tokoh kontemporer untuk bisa memberikan pendapat.

Anda setuju dengan pembentukan negara Islam?

Apa yang dimaksud dengan negara Islam belum jelas bagi saya. Kelompok yang mengklaim diri mereka sebagai Negara Islam (ISIS) adalah sekelompok penjahat keji yang menodai wajah murni Islam. Mengenai hubungan negara dengan agama, dalam wawancara dengan jurnal Muslim World pada 2005, saya pernah mengatakan, selama negara demokratis dan sekuler mengizinkan warganya mempraktikkan keyakinan mereka secara bebas, umat Islam tidak diwajibkan mencari bentuk pemerintahan lain.

Fethullah Gulen
Tempat dan tanggal lahir: Pasinler, Erzurum, Turki, 27 April 1941 Kebangsaan: Turki Tempat tinggal: Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat Pekerjaan: l Pengajar Al-Quran resmi pemerintah (1959-1965) l Penceramah resmi pemerintah (1965-1981) l Penceramah di AS (2001-sekarang) Organisasi: l Pendiri dan pemimpin Gerakan Hizmet l Pendiri Journalist and Writers Foundation, Istanbul (1994)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus