Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Kami Sediakan Lebih Banyak Vaksin

Wawancara dengan Duta Besar Amerika Serikat yang baru, Sung Y. Kim. Ia lahir di Seoul dari orang tua Korea Selatan. Ia paham soal Asia karena karier diplomatiknya ia habiskan di kawasan tersebut. Ini adalah wawancara pertamanya dengan media sejak ia tiba di Jakarta pada Juni 2021. Membicarakan bantuan vaksin, pembelian alutsista, hingga kerja sama mitigasi perubahan iklim.

17 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y. Kim di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, 2 Juli 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Menurut Kim, Amerika akan terus bekerja sama dalam pembelian alutsista dengan Menteri Prabowo Subianto.

  • Ia juga menyoroti kerja sama mitigasi perubahan iklim.

  • Yang terbaru adalah bantuan vaksin Moderna untuk booster tenaga kesehatan.

DI tengah lonjakan angka kasus infeksi Covid-19 varian delta, Indonesia mendapatkan bantuan vaksin dari pemerintah Amerika Serikat. Dalam waktu empat hari, Negeri Abang Sam telah mengirimkan 4,5 juta dosis vaksin Moderna. Pengiriman lewat jalur kerja sama Covid-19 Vaccines Global Access (Covax) ini dilakukan dalam dua gelombang: 3 juta dosis pada 11 Juli dan 1,5 juta dosis pada 15 Juli 2021.

Amerika Serikat juga mendonasikan 1.000 unit ventilator yang kini digunakan di lebih dari 600 fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. “Anda bisa melihat," kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim, "ketika laju vaksinasi meningkat, jumlah kasus Covid-19 langsung menurun.”

Kim, 61 tahun, mulai bertugas secara penuh di Jakarta saat angka kasus infeksi Covid-19 melonjak tajam Juni lalu. Sejak ditunjuk sebagai duta besar untuk Indonesia pada Oktober 2020, diplomat karier ini lebih banyak menghabiskan waktu di Washington, DC. Dengan pengalaman lebih dari tiga dasawarsa di bidang Asia Timur, Presiden Joe Biden mendapuknya sebagai duta besar di beberapa negara Asia Tenggara. “Saya baru saja melawat ke Seoul untuk berkonsultasi dengan pemerintah Korea Selatan dan Jepang tentang masalah Korea Utara,” ujar Kim di kantor Kedutaan Amerika di Jakarta pada 2 Juli lalu.

Kepada wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi dan Gabriel Wahyu Titiyoga, ia menjelaskan banyak hal: dari vaksin hingga kerja sama pertahanan dan hubungan Amerika-Cina. Diplomat yang lahir di Seoul ini tumbuh di Los Angeles mengikuti kedua orang tuanya. Sebelum bertugas di Indonesia, ia menjadi Duta Besar di Korea Selatan lalu pindah ke Filipina, sembari menjadi utusan khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana cerita pemerintah Amerika mendukung vaksinasi di Indonesia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak awal masa pandemi, Amerika Serikat dan Indonesia telah bekerja sama. Pemerintah Amerika melalui USAID (United States Agency of International Development), CDC (Centers for Disease Control and Prevention), Departemen Luar Negeri, dan lembaga pemerintah lain memberikan bantuan penanganan Covid-19. Yang lebih penting lagi, Amerika menyumbangkan banyak vaksin. Pertama, kami adalah kontributor terbesar Covax. Kami telah memberikan kira-kira US$ 4 miliar kepada Covax untuk mendistribusikan vaksin secara global. Indonesia menerima lebih dari 8 juta dosis melalui Covax. Kedua, seperti diumumkan Presiden Biden, Amerika mendonasikan vaksin secara bilateral kepada negara-negara sahabat, termasuk Indonesia. Kami berharap akan ada lebih banyak donasi ke depannya.

Vaksin apa saja yang dikirimkan?

Kiriman 3 juta vaksin Moderna segera datang ke Indonesia. Kami berharap itu hanya permulaan. Kami mencari peluang lain untuk menyediakan lebih banyak vaksin, tapi juga memberikan dukungan lain untuk Indonesia.

Kampanye vaksinasi membuat 46 persen penduduk Amerika mendapatkan suntikan vaksin. Apa yang bisa dipelajari Indonesia dari Amerika soal vaksinasi dan penanganan pandemi?

Saya pikir banyak negara telah mengambil pelajaran penting dari seluruh situasi pandemi. Begitu pula kami di masa awal masa pandemi. Amerika telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam memvaksinasi hampir 50 persen populasi. Anda bisa melihat, ketika laju vaksinasi meningkat, jumlah kasus (Covid-19) langsung menurun. Jadi saya pikir penting bagi semua negara berfokus memvaksinasi penduduknya karena terbukti memberikan perlindungan yang signifikan. Hasilnya mungkin tidak sempurna karena setiap vaksin memiliki tingkat kemanjuran berbeda. 

Apakah ada upaya khusus dari pemerintah Amerika dalam vaksinasi?

Pendistribusian vaksin di Amerika sangat efisien dan efektif. Lalu ada banyak pesan publik untuk mendorong warga Amerika mendaftar vaksinasi dan diproses secepat mungkin.

Ada banyak iklan paket wisata vaksin ke Amerika untuk warga negara asing. Apakah ini program resmi dari pemerintah Amerika?

Tidak. Vaksin tersedia secara luas di seluruh Amerika. Banyak orang asing, termasuk orang Indonesia, memilih pergi ke Amerika untuk mendapatkan vaksin. Itu adalah keputusan individu dan banyak orang berpikir melakukannya, yang menurut saya masuk akal.

Pemerintah Amerika terbuka terhadap orang asing untuk divaksinasi di sana?

Iya. Mereka tentunya harus mendapatkan visa, tapi tidak ada batasan bagi orang asing mendapatkan vaksin di Amerika.

Soal hubungan bilateral Amerika dan Indonesia, apa yang akan menjadi fokus Anda?

Saya mendapat hak istimewa menjalankan hubungan Amerika dengan Asia, keterlibatan Amerika di Asia, selama 30 tahun. Sejak awal karier diplomatik saya, saya berfokus pada Asia. Jadi saya memiliki perspektif cukup bagus tentang prioritas Amerika untuk Asia. Saya bisa memastikan bahwa membangun dan memperkuat kemitraan strategis antara Amerika-Indonesia adalah salah satu prioritas terpenting kami.

Apa saja bidang kerja sama yang akan diperkuat?

Saya ingin semua bidang, he-he-he…. Hubungan kedua negara mencakup banyak hal. Kerja sama keamanan dan hubungan ekonomi sangat kuat. Begitu pula di bidang kesehatan, pendidikan, dan budaya. Ada juga bidang kerja sama lain, seperti perubahan iklim dan kontraterorisme. Saya berharap kita bisa memperdalam kerja sama di semua bidang itu. Bahkan mungkin mencari bidang kerja sama baru.

Contohnya?

Tidak ada alasan mengapa kami tidak dapat menemukan bidang kerja sama baru. Saya harus menyoroti (isu) perubahan iklim secara khusus karena saya kemarin berdiskusi dengan Menteri (Lingkungan Hidup) Siti (Nurbaya). Saya juga tetap berhubungan dekat dengan Menko Luhut (Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan). Isu ini adalah masalah besar, tidak hanya mempengaruhi Amerika dan Indonesia. Perubahan iklim merupakan tantangan global dan membutuhkan kerja sama global. Indonesia adalah negara yang sangat penting dalam konteks ini. 

Seberapa serius pemerintahan Biden membahas isu perubahan iklim dengan Indonesia?

Inilah alasan Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, John Kerry, sangat berfokus pada Indonesia. Dia tetap berhubungan dekat dengan Menteri Luhut dan Menteri Siti. Dia berharap mengunjungi Indonesia ketika situasi Covid-19 sudah stabil.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana membeli alutsista (alat utama sistem persenjataan) dalam jumlah besar, salah satunya dari Amerika lewat skema Foreign Military Sales. Bagaimana perkembangannya?

Saya memiliki kesempatan bertemu tidak hanya dengan Menteri Pertahanan Prabowo, tapi juga dengan banyak jenderal senior di Indonesia. Tentu saja saya juga berbicara dengan banyak jenderal senior di Amerika. Kedua belah pihak, termasuk militer, sangat berkomitmen memperkuat hubungan ini. Kami memiliki lebih dari 200 kerja sama setiap tahun, mencakup latihan dan lawatan. Itu jumlah yang banyak. Saya berharap kami akan memperdalam hubungan antarmiliter ini. Pembelian peralatan militer adalah bagian yang sangat penting dari proses itu.

Sejauh mana prosesnya?

Proses Foreign Military Sales sudah dimulai untuk beberapa item, termasuk pesawat tempur dan helikopter. Prosesnya berjalan lancar. Saya yakin perusahaan Amerika menawarkan peralatan terbaik. Mengingat kedalaman hubungan antara kedua militer, saya pikir masuk akal jika militer Indonesia akan memilih peralatan Amerika.

Apa jenis pesawat tempur dan helikopter yang dibeli pemerintah Indonesia?

Sejauh yang saya ketahui, F16 dan helikopter Apache adalah salah satu item-nya. 

Rencana pembelian alutsista menuai kritik karena anggaran berasal dari pinjaman luar negeri. Tanggapan Anda?

Saya tidak yakin apakah saya tepat mengomentari hal ini. Menurut saya, penting bagi setiap negara, terutama negara seperti Indonesia, melakukan investasi untuk melindungi diri sendiri dan membantu meningkatkan stabilitas dan keamanan di kawasan. Sulit melakukan itu tanpa investasi. Saya mengerti proses penganggaran selalu sulit karena ada kebutuhan lain yang bersaing. Tapi saya mengikuti pemerintah Indonesia untuk membuat keputusan yang bijaksana tentang bagaimana mereka mengalokasikan anggaran. 

Kunjungan Prabowo ke Amerika tahun lalu dikritik beberapa legislator Amerika. Apakah latar belakang Prabowo, yang disorot dalam isu hak asasi manusia, bisa menghambat hubungan Indonesia-Amerika?

Saya belum menjadi duta besar untuk Indonesia saat Menteri Prabowo mengunjungi Washington. Tapi dalam pemahaman saya, dia melakukan kunjungan yang sangat produktif, pertemuan yang baik dengan rekannya di Pentagon (Menteri Pertahanan Mark Esper) dan pejabat lain, serta berkunjung ke beberapa perusahaan Amerika. Kami akan terus bekerja sama dengan Menteri Prabowo, meningkatkan semua aspek penting dalam kemitraan pertahanan.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Prabowo Soebianto, di Jakarta, November 2020. Dok. Humas Kemhan

Indonesia dan Amerika telah membangun Pusat Pelatihan Maritim Badan Keamanan Laut senilai US$ 3,5 juta di Pangkalan Armada Batam, Kepulauan Riau. Apakah ini bagian dari strategi Amerika untuk mengimbangi pengaruh Cina di Asia Tenggara?

Saya tidak akan mengatakan ini adalah soal pengaruh. Kami ingin mendukung kemampuan militer dan penjaga pantai Indonesia. Keamanan maritim jelas kebutuhan yang sangat penting di kawasan ini dan kami sudah lama menjalin kemitraan yang kuat dengan Badan Keamanan Laut. Pusat pelatihan ini bisa digunakan oleh petugas Bakamla untuk meningkatkan kemampuannya.

Bagaimana dengan isu Laut Cina Selatan?

Secara lebih luas, Amerika dan Indonesia sama-sama berkomitmen mempromosikan supremasi hukum, Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, bertindak sesuai dengan hukum internasional. Sayangnya tidak semua negara memiliki pandangan yang sama dan inilah alasan penting bagi negara-negara seperti Indonesia membangun kemampuannya.

Cina mengirimkan kapal-kapalnya ke Laut Cina Selatan dan beberapa kali sangat dekat dengan perairan Indonesia dan negara lain. Apa strategi Amerika untuk memastikan Cina tidak mengklaim wilayah perairan Laut Cina Selatan?

Aktivitas ekspansionis agresif Cina di wilayah yang disengketakan sangat memprihatinkan. Ini harus menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya negara-negara pengklaim di Laut Cina Selatan. Mengingat jumlah perdagangan global yang masuk ke wilayah tersebut, hal ini menjadi perhatian besar bagi semua komunitas internasional. Inilah sebabnya kami meminta Cina konsisten berperilaku sesuai dengan hukum, komitmen, dan kewajiban internasional.

Selepas pemerintahan Donald Trump, apa pendekatan yang diambil Washington dalam merespons perang dagang dengan Cina?

Saya yakin Anda telah melihat pernyataan Presiden Biden, Menteri Luar Negeri (Antony) Blinken, dan pejabat senior lain. Pendekatan kami ke Cina adalah kami akan bersaing, bahkan bernegosiasi. Jika memungkinkan, kami akan menjalin kerja sama. Tapi kami juga siap menghadapinya jika diperlukan. Kami akan sangat konsisten dalam mengambil pendekatan multifaset ini terhadap Cina.

Amerika Serikat menjadi salah satu negara pertama yang mengutuk kudeta militer di Myanmar. Bagaimana upaya Amerika menghentikan krisis Myanmar?

Kami terus menyerukan kepada rezim militer (Myanmar) membebaskan semua tahanan politik yang ditawan secara tidak adil, menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa, dan memulihkan demokrasi. Saya percaya itulah yang diinginkan rakyat Myanmar dan itu pantas mereka dapatkan.

Apakah Amerika akan mendorong agenda pembahasan krisis Myanmar kembali ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa?

Saya belum mengetahui perkembangan terbaru tentang hal itu. Menteri Blinken dan Menlu Retno (Menteri Luar Negeri Retno Marsudi) sempat berdiskusi singkat di Eropa dan saya kira sebagian besar diskusi terfokus pada situasi Myanmar. Kami akan bekerja sangat erat dengan Indonesia dan negara-negara penting lain di kawasan ini, termasuk Jepang dan Korea Selatan, untuk melihat apakah kami dapat membujuk militer membuat keputusan tepat dan memulihkan demokrasi di Myanmar.

Bagaimana hubungan antara pemerintah Amerika dan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar?

Kami tetap berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan di Myanmar. Kedutaan kami di sana dan Washington terus menjalin komunikasi.

Pemerintah Amerika masih membuka kantor kedutaan di Myanmar?

Iya. 

Sejauh mana pengakuan politik yang diberikan Amerika terhadap NUG?

Ini sebenarnya wawancara pertama saya dengan media di Indonesia. Jadi saya lebih suka kita berfokus pada hubungan Amerika-Indonesia daripada terlalu banyak detail tentang masalah lain.

Kami mendapatkan informasi pemerintah Amerika mengambil pendekatan berbeda terhadap Palestina dengan melibatkan Otoritas Palestina dalam setiap perundingan. Bisa Anda jelaskan?

Secara sederhana, seperti yang telah dijelaskan Menteri Blinken dan pejabat senior lain, Washington berkomitmen membangun hubungan baru dengan Otoritas Palestina dan rakyat Palestina. Ini akan menjadi hubungan yang dibangun atas dasar saling menghormati. Saya juga senang Amerika melanjutkan kembali pemberian bantuan melalui UNRWA, badan PBB yang bertugas menyediakan kesehatan sosial dan jenis bantuan kesejahteraan lain kepada Palestina. Itu pendekatan kami dan kami berharap ini akan terus berlanjut.

Menteri Blinken telah menyebutkan soal solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Apakah ini akan menjadi strategi baru pemerintahan Presiden Biden?

Saya pikir baik Presiden Biden maupun Menteri Blinken telah berbicara tentang pentingnya solusi dua negara. Jadi masih terus berjalan.


SUNG Y. KIM | Tempat dan tanggal lahir: Seoul, Korea Selatan, 1960 | Pendidikan: S-1 di University of Pennsylvania, S-2 Hukum di Loyola University, Magister Hukum dari London School of Economics | Karier: Jaksa di Los Angeles, California; Kepala Kantor Urusan Korea di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Agustus 2006-Juli 2008); Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan (2011-2014); Perwakilan Khusus untuk Kebijakan Korea Utara dan Deputi Asisten Sekretaris untuk Korea dan Jepang di Washington, DC (2014-2016); Duta Besar Amerika Serikat untuk Filipina (2016-2020); Pelaksana Tugas Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik (Januari 2021-Juni 2021); Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara (sejak Mei 2021); Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia (sejak Oktober 2020) | Penghargaan: Doktor Kehormatan dari Catholic University of Korea dan Holy Name University of the Philippines

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mahardika Satria Hadi

Mahardika Satria Hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus