Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rapat itu dipimpin langsung oleh Gubernur BI, Syahril Sabirin, dan dihadiri Deputi Senior Anwar Nasution serta empat deputi, yakni Iwan Prawiranata, Achyar Ilyas, Achwan, dan Aulia Pohan. Dua deputi lain, Miranda Goeltom dan Subarjo Joyosumarto, putus di tengah jalan atawa menghilang duluan. Agendanya banyak, tapi yang paling menyita waktu adalah soal hasil audit PricewaterhouseCoopers (PwC). ''Kami berapat sambil tiduran," kata Syahril kepada Wenseslaus Manggut dan Agus S. Riyanto dari TEMPO, yang mencegatnya seusai rapat. Wajahnya tampak letih dan kuyu. Petikannya:
Apa agenda rapatnya, kok sampai pagi?
Banyaklah. Di antaranya adalah perencanaan personalia untuk jangka panjang. Kami merumuskan bagaimana mengader personalia di Bank Indonesia, bagaimana mempromosikan kader-kader itu, dan bagaimana meningkatkan kualitas mereka. BI sedang merancang sebuah sistem pengaderan yang matang dalam jangka panjang.
Rapat tadi juga membahas hasil audit PwC?
Ya.
Bagaimana penilaian BI?
Kelemahannya adalah waktu pelaksanaan yang sangat singkat. Di Bank Indonesia, kami punya kebiasaan kalau ada wawancara, mestinya transkrip hasil wawancaranya diserahkan kepada kami, lalu ditandatangani atau dibicarakan bersama-sama. Ada berita acaranya juga. Tetapi, kali ini mereka menafsirkan sendiri, sehingga banyak yang salah dan perlu kami tanggapi, kami koreksi. Malam ini kami sedang membuat surat tanggapan. Pokoknya, kesimpulan PwC itu terlalu cepat diambil dan tidak berdasarkan pada fakta yang benar.
Bisa Anda sebutkan salah satu contohnya?
Pokoknya salah banyaklah. Mestinya, kalau saya diwawancarai, mereka harus mengirimkan kepada saya hasil wawancara itu. Lalu, kita membicarakannya bersama-sama. Kalau ada bagian-bagian tertentu yang perlu dikoreksi, kita mengoreksinya. Setelah itu, baru kita tanda tangani. Ini kan kesimpulan mereka secara sepihak saja. Saya tidak tahu mengapa bisa terjadi seperti itu.
Dalam laporan PwC disebutkan, beberapa pejabat kecipratan dana EGP.
Saya tidak tahu itu. Yang berkaitan dengan BI, itu aliran rekening EGP. Kalau mereka menginginkan aliran rekening tersebut, tentunya kami beri. Tetapi, kalau di luar itu, BI tidak mungkin membuka rekening orang. Kalau pejabat BI akan diperiksa rekeningnya, kami terbuka. Silakan. Kami akan berikan surat kuasa. Jadi, supaya mereka tahu bahwa kami itu tidak ada apa-apanya. Pokoknya audit PwC banyak kelemahannya dan terlalu sederhana.
Bisa Anda rinci kelemahannya?
Pokoknya banyaklah. Kalau saya sebutkan, nanti dikira membuka rahasia PwC.
Laporan PwC ada dua versi: satu versi memuat nama pejabat, yang satu lagi nama mereka dihapus. Benarkah?
Mungkin juga. Saya tidak tahu. Yang saya terima, ya, cuma itu. Mungkin BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) lebih tahu tentang hal itu.
Dalam Catatan Harian Rudy Ramli disebutkan bahwa Anda kerap ikut rapat-rapat dengan tim Baramuli. Benarkah?
Tidak benar itu. Saya memang sering bertemu dengan Pak Baramuli di DPA. Kadang kalau ada waktu, kami pergi makan bersama. Tetapi kami tidak pernah membicarakan masalah Bank Bali itu. Kalau masalah perbankan, banyak juga orang yang bertanya kepada saya, baik menteri, bankir, maupun para pengusaha lainnya. Sebagai gubernur bank sentral, saya melayani pertanyaan mereka. Dan saya tidak pernah menganakemaskan bankir-bankir atau pengusaha-pengusaha tertentu. Saya juga sering berpesan kepada anak buah saya untuk taat pada ketentuan yang ada.
Komentar Anda tentang penjelasan Rudy Ramli di DPR?
Saya tidak tahu bagaimana si Rudy Ramli menafsirkan catatan harian itu. Sewaktu Rudy Ramli diminta melihat satu per satu isi catatan hariannya, Rudy Ramli tidak secara tegas membenarkan isi catatan harian itu. Tentang surat bantahan yang dibacakan oleh Pak Muladi, Rudy Ramli menjawab bahwa dia sekadar menandatanganinya, tetapi tidak membuat bantahan itu. Yah..., saya juga kalau mengirim surat bukan saya yang membuatnya. Saya hanya tinggal tanda tangan saja.
Rapat malam ini juga membahas tentang pengunduran diri Anda atas desakan IMF?
Tidak. Siapa yang mau menggantikan saya? Tidak gampang menggantikan saya kalau tidak oleh DPR. Bahkan presiden saja tidak bisa. Atas nama hak apa IMF mendesak saya untuk diganti? Tidak ada itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo