Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skenario Masa Muda
White Shoes & the Couples Company // Aksara Records, 2007
Ini hanya album mini atau lazim disebut EP. Tapi harus dibilang isinya lebih besar ketimbang kemasannya. Melalui album inilah mereka menyajikan musik mereka yang sudah lebih rapi, nada-nada retro yang seolah melayangkan orang pada zaman duo The Carpenters, atau malah Burt Bacharach. Mereka mungkin mengikuti jejak The Cardigans, misalnya. Tapi versi mereka lebih menggigit.
Ports of Lima
Sore // Aksara Records, 2008
Musik mereka sulit masuk ke kategori mana pun. Mereka memadukan aneka elemen dan pengaruh, yang paling menonjol adalah musik era 1950-an, 1960-an, dan 1970-an, serta menghasilkan atmosfer yang terasa sekali… Indonesianya. Musik di album ini bisa bergerak ke mana saja, dengan tekstur yang padat. Dibandingkan dengan album sebelumnya (Centralismo, 2005), album ini terasa lebih padu.
Kamar Gelap
Efek Rumah Kaca //Aksara Records, 2009
Mereka merilis album debut yang mengesankan. Tapi itu hanya permulaan. Album yang kedua ini, harus diakui, lebih baik daripada pendahulunya. Mereka masih menyelami tema yang diabaikan oleh banyak band pop—lingkungan, politik, budaya, dan yang sebangsanya. Mereka mengklaim memainkan musik pop. Toh, telinga pendengar yang sudah menjelajah ke mana-mana pasti merasakan elemen post-rock dan psychedelic di sana.
Indonesia Hebat
Kadri Jimmo The Prinzes of Rhythm //Mappa Records, 2009
Bertekad hanya memainkan musik pop dengan sentuhan artistik dari segi aransemen, mereka bagaimanapun sulit melepas sama sekali latar belakang bermusik yang memang kaya dan ”serius”. Seperti yang dilakukan Toto. Mereka masih bicara tentang cinta, tapi bisa dengan cara yang tak klise dan dangkal—dan bahkan bisa dengan sedikit menyentil urusan politik. Ada pop, rock, jazz. Album ini menunjukkan beginilah seharusnya musik pop dibikin.
Visible Idea of Perfection
The SIGIT // FastForward, 2007
Inilah album yang menunjukkan bagaimana seharusnya rock and roll dimainkan dengan spirit zaman ini—heavy, energetik, tanpa kompromi. Kita bisa mengendus Led Zeppelin dan grup hard rock pada 1970-an lainnya; kita juga menjadi teringat pada The Answer, Wolfmother, Parlor dan Mob, tiga dari sekian banyak band dewasa ini yang mengadopsi retro sound ala classic rock. Tapi mereka tetap punya karakter sendiri.
My Diary
Mocca // FastForward, 2002
Dengan pengaruh retro sound dari masa 1970-an, serta elemen swing, bossanova, juga sedikit waltz, mereka sukses melambungkan My Secret Admirer sebagai hit. Di album ini, lagu itu bergabung dengan sederet lagu lainnya yang tak kalah kuat secara melodi dan atmosfer yang memang sengaja dibangun—beat sederhana dengan lirik yang kuat bercerita dari sudut pandang seorang gadis.
The Very First Thing You Must Learn About Flying is Gravity
Everybody Loves Irene // Demajors, 2006
Mereka sudah merilis dua album. Album debut ini meletakkan fondasi yang kukuh bagi bangunan konsep musik mereka—yang lalu dilanjutkan di album kedua. ”Trip hop from Indonesia,” demikian mereka mengklaim. Memang begitulah: ada beat yang perlahan dan elastis ala Massive Attack atau Portishead, yang dibubuhi elemen jazz dan techno. Mereka menciptakan kesan muram yang menggoda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo