Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

'Daulat Rakyat' buat Habibie-Adi?

Partai Daulat Rakyat dideklarasikan Sabtu pekan lalu. Dongkrak politik bagi Habibie dan Adi Sasono?

12 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang menyebutnya orang berbahaya. Ada yang bilang ia mirip Robin Hood, "pahlawan" yang gemar membagi-bagikan uang kepada rakyat kecil. Tapi, apa pun kata orang, ia, Adi Sasono, 56 tahun, memang tokoh kontroversial. Adi memang bersisi banyak: bekas aktivis mahasiswa, pekerja LSM yang kemudian masuk ICMI dan Golkar, dan belakangan disebut-sebut berada di belakang berdirinya "Daulat Rakyat Group", kelompok yang terdiri atas Partai Daulat Rakyat, Persatuan Daulat Rakyat, tabloid Daulat Rakyat, serta gerakan ekonomi kerakyatan. Gerakan "Adi Sasono Inc." ini langsung mengundang kecurigaan, sekaligus decak kagum. Betapa laku politik wong Pekalongan, Jawa Tengah, ini begitu khas dan tiba pada saat yang tepat: mengecam ulah konglomerat dan pejabat yang korup, dan mempergilirkan kesempatan buat rakyat mencicipi rezeki kredit di negeri sendiri. Betulkah kelompok ini berniat mengantarkan Adi ke kursi presiden? Atau inikah bentuk loyalitas Adi kepada Habibie agar presiden ketiga Indonesia itu bisa naik panggung lagi melalui dukungan Adi Sasono and his gang tersebut? Jika dirunut, memang nama Adi Sasono tidak tercantum dalam kepengurusan Partai Daulat Rakyat ataupun Persatuan Daulat Rakyat?kita sebut saja PDR partai dan PDR ormas. Tapi, melihat komposisi personelnya, sulit memang untuk menyangkal bahwa mereka jelas lingkaran dalam Adi Sasono. PDR partai dipimpin oleh Latief Burhan, karib Adi yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur. Sekretaris jenderalnya, M. Jumhur Hidayat, adalah peneliti Center for Information and Development Studies (Cides)?lembaga studi yang didirikan Adi pada 1993. Di ICMI Pusat, Adi, Ketua Golkar yang emoh berkampanye untuk Partai Beringin itu, bercokol sebagai sekretaris umum. PDR ormas tak kalah hebat. Ada Cacuk Sudarijanto, mantan Direktur Utama PT Telkom, yang rela berhenti sebagai Direktur Jenderal Bina Pengusaha Kecil, Departemen Koperasi, demi gerakan besar ini. Jabatan sekjennya dipegang Syahganda Nainggolan, mantan aktivis mahasiswa yang pernah dipenjarakan karena terlibat demonstrasi menentang Menteri Dalam Negeri (waktu itu) Rudini pada 1989 di Institut Teknologi Bandung (ITB)?kampus tempat Adi berasal. Cacuk juga Ketua Ikatan Alumni ITB. Kelompok Daulat Rakyat tentu saja menyangkal bahwa apa yang mereka lakukan adalah kasak-kusuk menjelang pemilu. Tindakan mereka, kata Syahganda, adalah upaya memberdayakan ekonomi rakyat. Tapi, bahwa ada kaitan antara PDR partai dan PDR ormas, ia tidak menyangkal. "Seperti hubungan antara NU dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Di Daulat Rakyat, boleh dikata, Mas Adi memang memberikan dukungan moral," kata Syahganda. Partai yang dideklarasikan Sabtu pekan lalu di Stadion Utama Senayan, Jakarta, ini memang punya "aset" lumayan besar. PDR ormas, misalnya, menghimpun pedagang kaki lima, petani, dan nelayan dalam wadah koperasi-koperasi yang mereka kelola. Mereka juga menjadi penyalur sebagian dari Rp 10,8 triliun kredit berbunga rendah yang mengucur melalui 17 skim kredit. Bisa diduga, kredit murah itu mampu menciptakan citra positif PDR di mata calon pemilih. Kasus saling klaim pemberian kredit usaha tani (KUT) antara PDR dan Golkar di Sulawesi Utara belum lama ini menunjukkan betapa pembentukan citra partai melalui kredit begitu penting. Di samping punya peluru kredit, sebagai sarana sosialisasi politik, PDR mendirikan tabloid Daulat Rakyat. Resminya, seperti diakui Mahmud F. Rakasima, wakil pemimpin redaksinya, tabloid ini diorientasikan sebagai media komersial. Artinya, Daulat Rakyat akan bersaing di pasar, tapi dengan visi ekonomi kerakyatan?sebuah ide yang notabene melekat dalam sosok Adi. "Ia (Adi) menyediakan dananya," kata Mahmud terus terang. Sedemikian kuatkah kelompok Adi Sasono? Fajrul Rahman, mantan aktivis ITB yang mengenal link Adi Sasono, meragukannya. "Siapa bilang kuat? Itu kan klaimnya saja. Nanti kita buktikan berapa sih kursi yang bisa mereka dapat dalam pemilu," kata Fajrul. Ia juga meragukan bahwa jaringan LSM dan mahasiswa berada di belakang klan pria yang gemar berpakaian batik tersebut. Toh, PDR partai tampaknya cukup yakin bisa meraup setidaknya 30 persen suara dalam pemilu kelak. Itu mungkin terlalu muluk. Partai bernomor urut 39 ini harus bersaing dengan partai-partai besar berbasis massa riil seperti PKB atau PDI Perjuangan. Namun, mereka pantang mundur. Kasak-kusuk yang beredar menyebutkan, partai ini berniat mengalihkan dukungan massa Megawati terhadap PDI Perjuangan melalui isu ekonomi kerakyatan?yang selama ini dipakai PDI dengan citranya sebagai partai wong cilik. Lalu, jika memang PDR mampu menang, siapa calon presiden yang dijagokannya? Jumhur Hidayat menyebut nama Habibie dan Adi Sasono. Dugaan lain menyebut dukungan tetap kepada status quo: duet Habibie-Wiranto. Kriteria calon presiden yang dipatok adalah harus bebas KKN dan mendukung konsep ekonomi kerakyatan. Tapi, melihat Adi yang masih malu-malu kucing?sampai saat ini kakinya masih di Golkar dan PDR?pilihan kemungkinan akan jatuh ke Habibie, kecuali kalau pada detik-detik terakhir Adi mengeluarkan kartu truf yang tidak diduga-duga. Siapa tahu. Arif Zulkifli, Henrico L. Wiremmer, Dewi R. Cahyani, Hardy Hermawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus