Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

"Saya Berada di Belakang 48 Partai"

12 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADI Sasono boleh jadi memang tokoh kontroversial. Namanya hampir selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa mutakhir di republik ini. Bekas aktivis lembaga swadaya masyarakat ini, misalnya, dituduh berada di balik pembunuhan dukun santet di Banyuwangi, kerusuhan di pelbagai tempat, dan penyelewengan dana program jaring pengaman sosial (JPS). Sampai-sampai majalah Far Eastern Economic Review menyebutnya "The Indonesian Most Dangerous Man?" Ia juga disebut "Robin Hood" oleh majalah The Economist.

Hari-hari ini namanya kembali menghiasi bibir orang, setelah Partai Daulat Rakyat mencalonkannya sebagai salah satu kandidat presiden. Reaksi orang bermacam-macam. Kedekatannya dengan partai itu, misalnya, menimbulkan spekulasi bahwa Adi hanya sedang menyiapkan dukungan politik terhadap program ekonomi kerakyatannya, sekaligus menggalang dukungan bagi terpilihnya kembali B.J. Habibie sebagai presiden dalam Sidang Umum MPR mendatang. Sebagian lagi menyinyalir Menteri Koperasi/Pengusaha Kecil dan Menengah itu sedang melakukan politik main uang.

Apa kata menteri yang menolak berkampanye buat Partai Golkar tentang semua itu? Berikut ini petikan wawancara Arif Zulkifli dan Hardy R. Hermawan dengan Adi Sasono di kediamannya, di Kompleks Menteri Widya Chandra, Kuningan, Jakarta, Jumat malam pekan silam.


Anda bersedia dicalonkan sebagai salah satu kandidat presiden dari Partai Daulat Rakyat (PDR)?

Saya tidak tahu. Saya tidak pernah ngobrol-ngobrol sebelumnya. Ini bisa dikatakan wangsit saja dari PDR. PDR kan baru kemarin sore. Kita jangan terlalu pagi membuat penilaian. Kita lihat saja besok.

Berarti ada kaitan antara Anda dan PDR? Sebab, yang jelas-jelas menyatakan ekonomi kerakyatan sebagai program partai adalah PDR.

Ketetapan MPR Nomor 16 Tahun 1998 menyebutkan ekonomi kerakyatan. Jadi, itu bukan hal yang baru, tapi sudah menjadi program nasional.

Tapi Anda menerima pencalonan sebagai presiden yang diajukan oleh PDR?

Saya tidak berpikir tentang masalah itu. Itu sesuatu yang belum menjadi agenda pribadi saya.

Anda belum siap menjadi presiden?

Ah, itu terlalu spekulatif. Ha-ha-ha.

Bukankah Anda berdiri di belakang PDR dan melalui partai itu Anda menuju kursi presiden?

Saya tidak mau menjawab. Itu juga terlalu spekulatif. Saya tidak merasa seperti itu.

Mungkin peran Anda di PDR mirip Gus Dur di Partai Kebangkitan Bangsa dan Nahdlatul Ulama?

Itu penilaian Anda. Saya rasa penyamaan itu tidak tepat karena orang tidak datang kepada saya dengan mencium tangan. Ha-ha-ha....

Bagaimana dengan penilaian banyak orang bahwa Anda berdiri di atas dua kaki: secara formal Anda masih Ketua Golkar, secara informal Anda berada di belakang PDR?

Mungkin bisa 48 kaki. Saya berada di belakang 48 partai, sepanjang mereka memperjuangkan ekonomi rakyat.

Adakah korelasi antara kesediaan kembali Habibie dicalonkan sebagai presiden dan pernyataan PDR yang mencalonkan Anda serta Habibie sebagai presiden?

Saya kira tidak ada hubungannya, tuh. Teman-teman PDR itu kan tidak berhubungan dengan Pak Habibie.

Kriteria calon presiden PDR harus anti-KKN dan peduli ekonomi kerakyatan, dan ternyata "menuju" kepada Anda dan Habibie. Itu bagaimana?

Saya tidak tahu, dong. Tanya sama mereka saja.

Anda mendukung Habibie untuk kembali menjadi presiden?

Saya kan sekarang pembantu presiden. Tentu saya harus membantu kebijakan-kebijakan pemerintah. Yang penting, pemilu berhasil dengan jurdil (jujur dan adil) dan demokratis. Siapa pun yang menjadi presiden tentu kita dukung. Habibie atau siapa saja kita dukung.

Kenapa tidak secara tegas saja Anda menyatakan mendukung Habibie?

Itu kan satu kemungkinan. Saya kira kita lihat perkembangannya. Kalau saya, sih, menteri koperasi, ya, mengurus koperasilah. Masa, menteri koperasi disuruh milih? Itu kan tugas MPR.

Bagaimana dengan tuduhan politik main uang PDR melalui Departemen Koperasi dan Koperasi Distribusi Indonesia (KDI)?

Itu tidak ada hubungannya. PDR tidak berhubungan dengan Departemen Koperasi. KDI tidak ada hubungannya dengan PDR. Itu orang bisa-bisanya saja bilang. KDI itu lembaga independen yang dikontrol anggotanya dan diaudit, dan belum cukup sinting untuk melakukan hal itu.

Sepertinya Anda terlalu defensif terhadap semua pembicaraan yang berkembang di luaran?

Bagaimana mungkin saya tiap hari harus mengatakan kalau omongan orang itu mengada-ada? Ada pembunuhan dukun santet, saya dituduh. Ada kerusuhan, saya dituduh. Ada JPS, saya juga yang dituduh. Saya doakan saja yang suka memfitnah itu dimaafkan Tuhan. Kasihan mereka, kan. Dosanya besar. Saya tidak perlu melakukan apa-apa karena saya merasa benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus