Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Tendang Burma ke Luar Asean

Aung San Suu Kyi terancam dijebloskan ke penjara. ASEAN masih terus membisu.

25 Mei 2009 | 00.00 WIB

Tendang Burma ke Luar Asean
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

IRONI sedang terjadi di tubuh ASEAN. Perhimpunan negara Asia Tenggara itu punya slogan resmi: one nation, one identity, one community. Tapi, dengan aksi rezim diktator militer Burma yang terus pamer kekerasan, slogan itu ramai dipelesetkan menjadi one blood, one voice, one command.

ASEAN memang hampir selalu membisu terhadap perilaku brutal junta militer di Burma. Teror dan ketakutan adalah menu utama rakyat di negeri Sungai Irawadi itu. Pada 1988, militer membantai 3.000 orang yang menggelar demonstrasi antipemerintah. Dua tahun lalu, ribuan biksu yang menyerukan reformasi bersemangat metta-sutta atawa cinta kasih dihadapi dengan hujan tembakan. Junta militer juga melarang pekerja kemanusiaan asing datang setelah angin topan Nargis menewaskan 138 ribu jiwa tahun lalu.

Entah sudah berapa banyak darah tumpah di Burma. Hari-hari ini, rezim Jenderal Than Shwe kembali unjuk otot. Aung San Suu Kyi, aktivis kemanusiaan dan peraih Nobel Perdamaian, diajukan ke pengadilan dengan tuduhan melanggar ketentuan mengenai tahanan rumah dan menyelundupkan orang Amerika ke rumah tahanan.

Sebuah tuduhan yang menggelikan. Sebab, keamanan area tahanan jelas bukan berada di tangan Suu Kyi. Tempat itu dijaga ketat oleh ratusan tentara. Mustahil ada yang bisa menembus barikade tentara jika tak ada skenario khusus di baliknya. Lalu, sesuai dengan janji Than Shwe setelah ditekan dunia internasional, seharusnya Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumah pada 15 Mei lalu.

Teranglah sudah bahwa junta militer cuma mencari-cari alasan supaya bisa terus mengurung Suu Kyi dalam tahanan. Junta tak ingin lawan politiknya itu kembali berjaya menjelang pemilu tahun depan. Dua dasawarsa lalu, Liga Nasional yang dipimpin Suu Kyi menang dalam pemilihan parlemen. Kemenangan ini ditelikung junta, Suu Kyi pun bolak-balik masuk tahanan.

Dunia internasional tak pernah sepi mengutuk Burma. Pekan lalu, Amerika mengumumkan perpanjangan sanksi ekonomi dan larangan investasi ke Burma, sampai Suu Kyi dibebaskan. Para pemimpin Eropa pun bergegas menggelar pertemuan membahas sanksi untuk Burma.

ASEAN? Inilah bagian yang pahit. Thailand, sebagai pihak yang ditunjuk ASEAN untuk urusan Burma, merilis pernyataan yang tak bertenaga. Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya menegaskan bahwa ASEAN terus mendorong Burma segera melakukan rekonsiliasi nasional. Tuan Kasit juga meminta penyelidikan atas masuknya warga Amerika ke kompleks rumah tahanan Suu Kyi. Statement yang hambar.

Tak ada satu pun kecaman, kritik, teguran, apalagi niat untuk menendang Burma keluar dari blok Asia Tenggara itu. Yang mengherankan, Tuan Menteri Kasit bahkan menegaskan sikapnya untuk tidak mempertanyakan cara Burma menyediakan informasi tentang perkembangan kasus Suu Kyi.

Memang, pada 1997, negara-negara ASEAN—dimotori Indonesia—menawarkan pendekatan baru: merangkul, bukan mengucilkan. Istilahnya constructive engagement. Alasannya, aneka bentuk sanksi tidak efektif dan justru membuat rakyat Burma makin sengsara. Pendekatan baru ini pun tanpa hasil.

Pernyataan paling keras hanya pernah muncul dari mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir ketika para biksu ditembaki. Mahathir meminta ASEAN mengirim tim investigasi dan melepas keanggotaan Burma. Namun Mahathir bagai berteriak di gurun pasir.

ASEAN seharusnya malu karena telah menjadi tak lebih dari kumpulan arisan. Perhimpunan ini mestinya bersikap tegas terhadap pelanggaran hak asasi di negara anggotanya. Kecuali jika para pemimpin ASEAN tidak keberatan dengan olok-olok one blood, one voice, one command.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus