Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LIHATLAH pemuda itu. Di lengan kirinya ada tato burung elang, dan tepat di bawahnya tampak gambar sepotong tangan. Dadanya dihiasi tato sarang laba-laba dan sketsa perempuan telanjang. Tato si pemuda berbeda sekali dengan sikerei yang duduk di sebelahnya.
Tato sang sikerei lebih indah dan simetris. Kedua lengan, mulai dari bahu hingga siku, dihiasi tato motif spiral dan motif gelang di lengan sebelah bawah. Sedangkan bagian dada dengan motif garis-garis lengkung, ditambah dengan garis lengkung di pinggul dan garis-garis mendatar di paha dan betis.
”Ini gambar tato zaman sekarang, kalau itu sudah kuno,” kata Anto Satoinong, 20 tahun, membandingkan tatonya dengan tato yang melekat di tubuh sikerei Sadodolu Sabailati, 70 tahun, di sebelahnya. Persamaannya, kedua tato itu dibuat dengan teknik dan peralatan yang sama kunonya, menggunakan jarum yang dicelupkan ke air tebu dan jelaga.
Sadodolu Sabailati menyayangkan pendapat sang pemuda. Menurut dia, titi (sebutan untuk tato) adalah budaya Mentawai dan bentuknya lebih bagus dan punya arti. Namun ia mengaku hanya tinggal generasinya yang menggunakan titi.
”Anak-anak saya juga tidak ada yang mau ditato, karena melihat banyak orang luar yang tidak memakai tato dan merasa tato kuno. Selain itu, mereka tidak mau ditato karena rasanya sakit,” kata Sadodolu. Ia sendiri ditato saat masih remaja. Ketika itu semua tubuh lelaki dan perempuan berhias tato sebagai ganti pakaian.
”Membuat titi ini butuh waktu berhari-hari dan berdarah. Apalagi kalau dibawa mandi rasanya sakit sekali. Ada juga yang pingsan saat dibuat titi,” kata Sadodolu.
Tradisi bertato memang mulai ditinggalkan di Siberut, seiring dengan pengaruh dunia luar. Menurut Urlik Tatubeket, Ketua Dewan Pengurus Aliansi Masyarakat Adat Peduli Mentawai, tato tidak hanya dikenal di Siberut, tetapi di semua kepulauan Mentawai lainnya seperti Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Tetapi di sana tradisi tato sudah duluan hilang sejak 1950-an.
”Sejak tahun 1950-an, setelah pemerintah mewajibkan penduduk harus memeluk salah satu dari lima agama besar yang diakui pemerintah, orang Mentawai tak lagi menghias tubuhnya dengan tato, kecuali di beberapa kampung pedalaman di Siberut,” kata Urlik
Protestan, yang masuk ke Mentawai sejak 1901, menurut Urlik, merupakan agama yang paling keras melarang kepercayaan Arat Sabulungan yang dianut orang Mentawai. Tato dianggap bagian dari kepercayaan itu, karena selama mengerjakannya disertai dengan punen patiti atau upacara penatoan.
”Saya masih ingat waktu kecil ada orang Mentawai bertato yang diusir dari jemaat oleh pendeta,” kata Urlik, yang juga pendeta GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai) Saurenuk, Pulau Sipora, dan tidak memiliki tato. ”Selain itu, orang Mentawai yang bersekolah ke luar daerah juga tidak mau menato dirinya karena takut dianggap primitif.”
Terlepas dari itu, sebenarnya tato tradisional Mentawai adalah khazanah dunia. Ady Rosa, peneliti tato Indonesia dari Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Padang, menyimpulkan bahwa tato Mentawai termasuk tato tertua di dunia karena seni tato mulai dikenal di Mentawai sejak orang Mentawai datang tahun 1500 sampai 500 sebelum Masehi. Mereka adalah suku bangsa protomelayu yang datang dari Yunan, kemudian berbaur dengan budaya Dongson.
”Tato di Siberut sudah jauh sebelum bangsa Mesir mulai membuat tato sekitar tahun 1300 sebelum masehi. Jadi bukan tato Mesir yang tertua di dunia, tapi tato Mentawai,” kata Ady Rosa. Menurut Ady, ada sekitar 160 motif tato yang ada di Siberut. Masing-masing berbeda. Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan, bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya.
Ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai. Pertama sebagai tanda kenal wilayah dan kesukuan. Ini tergambar lewat tato utama, semacam kartu tanda penduduk. Lalu sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan apa profesi si pemakai, misalnya sikerei, pemburu binatang, atau orang awam. Ketiga, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato melalui gambar-gambar yang indah.
Febrianti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo