Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sikerei yang Masih Jadi Andalan

Di Siberut, masyarakat tetap meyakini, pengobatan tradisional dengan pemanggilan roh akan tetap menolong mereka.

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI beranda rumah, tiga orang sikerei duduk mencangkung mengelilingi sepiring nasi yang dicampur beberapa batang dedaunan sebagai sesajian. Tangan mereka memainkan lonceng yang menjadi pengiring lagu lirih yang dinyanyikan untuk memanggil roh leluhur.

Ketiganya mengenakan atribut sikerei seperti hiasan kepala dari rangkaian manik-manik, bulu burung dan bunga, kalung manik yang dirangkai dengan cermin, gelang manik dan kabit dari kain merah pengganti celana. Mereka telanjang dada, namun sekujur tubuhnya berhias tato Mentawai yang indah.

Di dekat sikerei, duduk sang pasien, Markus Sabailati, 39 tahun, kepala Dusun Salappak, Pulau Siberut. Sudah seminggu Pak Kepala Dusun mengeluhkan demamnya yang tak kunjung sembuh, ditambah penyakit ikutan lainnya, sakit pinggang dan sakit perut. Tidak tanggung-tanggung, ia memanggil tiga sikerei, sebutan untuk dukun ahli pengobatan yang ada di Salappak.

”Tiap sikerei punya kepandaian masing-masing. Ada yang mahir mengobati demam, yang lain sakit pinggang, yang lain lagi mengobati sakit perut, dan yang paling penting menghilangkan penyakit yang disebabkan guna-guna atau gangguan roh,” kata Markus.

Menurut ”diagnosis” sikerei, penyakit Markus disebabkan oleh roh yang marah melihat ada pekerjaan yang dibiarkan terbengkalai oleh Pak Kepala Dusun. Dalam ritual pengobatan siang itu, seekor babi muda disembelih; dari jantungnya akan diramal untuk melihat penyakit Markus.

Ini hari kedua ritual pengobatan. Pada hari pertama, ketiga sikerei hanya memberi Markus ramuan dari dedaunan. Dilanjutkan keesokan harinya ritual memanggil roh leluhur serta pengusiran roh-roh jahat yang menyebabkan penyakit.

Ketiga sikerei terus mengumandangkan mantra, menyanyikannya lirih, dengan dentingan lonceng serta entakan kaki di lantai kayu yang kali ini untuk mengusir roh jahat dari tubuh Markus. Ketiga sikerei berdiri mengelilinginya, memutar-mutar piring ke atas kepalanya dan tangan lainnya seperti sedang mengusir roh dengan dedaunan. Roh jahat dalam tubuh anak dan istri Markus juga diusir.

Ritual ini akan dilanjutkan pada malam hari dengan turuk sikerei, atau tarian sikerei untuk menghibur roh-roh yang ada di sekitar mereka agar jiwa atau roh Markus tidak akan meninggalkan tubuhnya. Gerakan yang ditampilkan dalam tarian sikerei ini adalah gerakan yang meniru tingkah laku hewan seperti monyet, burung, dan ayam.

l l l

”Saya percaya pada pengobatan sikerei dan juga pengobatan modern, karena ini berbeda. Pengobatan modern hanya bisa mengobati fisik, sementara sikerei, selain fisik juga mengobati kalau terkena gangguan roh atau guna-guna,” kata Markus, yang mengaku demamnya berkurang dan perutnya tidak lagi sakit setelah meminum ramuan obat sikerei.

Menurut dia, 70 kepala keluarga yang ada di Dusun Salappak, satu-satunya dusun bentukan pemerintah di Sungai Silaoinan, masih sangat bergantung pada pengobatan sikerei. Selain sudah merupakan tradisi, juga karena pengobatan modern tidak sampai di Salappak. Pemerintah sudah membangun Pondok Bersalin Desa di Salappak. Tetapi bangunan itu kosong melompong, tidak ada peralatan kesehatan dan perawatnya tidak pernah datang.

”Kalau sakitnya makin parah, warga di sini akan pergi ke puskesmas di Muara Siberut,” kata Markus. Sukemi Satoinong, 45 tahun, salah seorang sikerei yang mengobati Markus, mengatakan bahwa sikerei tidak hanya ahli mengusir roh, tetapi juga punya keahlian meramu tumbuhan obat yang merupakan kekuatan pengobatan sikerei. ”Mulai dari ramuan untuk penyakit ringan seperti sakit kepala dan flu, hingga penyakit berat seperti dipatuk ular, luka bacokan, penyakit kulit, menghentikan perdarahan ibu melahirkan, dan sakit perut. Banyak jenis tumbuhan yang kami gunakan, misalnya pohon kelapa, mulai dari kulitnya, lidinya, daunnya, bisa menyembuhkan sakit perut. Ramuan tumbuhan obat sikerei ini tabu dibicarakan, harus tetap dirahasiakan,” kata Sukemi.

Ia sikerei paling muda, karena meneruskan ilmu sikerei dari ayahnya. Untuk jasanya itu, sikerei tidak memungut bayaran. Mereka hanya diberi imbalan daging babi dan beberapa ekor ayam. Padahal pilihan menjadi sikerei adalah dilema tersendiri, karena para sikerei ini tidak bisa leluasa mengolah ladang atau ternak. Selama masa pengobatan, sikerei dan istrinya dilarang melakukan aktivitas, karena obatnya bisa tidak manjur.

”Karena itu setiap mengobati orang, istri sikerei biasanya ikut, daripada tidak bisa melakukan apa-apa di rumah,” kata Sukemi. Sikerei tidak hanya dibutuhkan untuk mengobati, tetapi juga berkait dengan kepercayaan orang Mentawai di Siberut kepada roh-roh yang mendiami alam di sekitar mereka. Kepercayaan itu terkenal dengan kepercayaan Arat Sabulungan, yang didasarkan kepada kepercayaan mereka terhadap kekuatan daun-daun.

Dalam konsep Arat Sabulungan, alam dikuasai oleh roh-roh pelindung yang melindungi mereka. Roh pulalah yang menghukum mereka jika melanggar pantangan atau berbuat kesalahan. Karena itu orang Mentawai dikenal sering melakukan ritual. Untuk menghubungkan mereka dengan dunia roh inilah peran sikerei dibutuhkan.

Kekayaan pengetahuan tanaman obat sikerei telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Pusat Studi Tumbuhan Obat Universitas Andalas, Padang, beberapa tahun lalu di Rokdok, di pinggir Sungai Sarereket.

”Bersama sikerei kami berhasil mengumpulkan 209 koleksi tumbuhan obat yang digunakan sehari-hari oleh sikerei di sana. Dari 209 koleksi itu, 154 tumbuhan diketahui jenisnya, yaitu tergabung dalam 53 famili daun. Yang menarik di sini, 85 persen atau 176 dari koleksi tumbuhan tersebut diketahui khasiat dan penggunaannya secara tradisional oleh sikerei di sana,” kata Doktor Amri Bakhtiar, penanggung jawab penelitian.

Penyakit terbanyak yang bisa diobati adalah sakit perut, batuk, dan berbagai ”penyakit perempuan”. Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah Rubiaceae (20 jenis), Zingiberaceae (19 jenis), dan Euphorbiaceae (14 jenis).

Jenis tumbuhan itu ada yang digunakan secara tunggal, namun yang terbanyak berupa ramuan beberapa jenis tumbuhan dan kadang-kadang dicampur dengan bahan lain. Namun Amri mengakui rahasia tumbuhan sikerei baru sedikit yang terungkap, ditambah lagi keteguhan sikerei merahasiakan ramuannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus