Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMBILAN bulan sudah Nunun Nurbaetie berlabuh di Singapura. Dituduh berperan besar dalam pengguyuran cek pelawat Rp 24 miliar ke anggota Dewan Perwakilan Rakyat setelah pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004, ia sebetulnya dicegah ke luar negeri. Tapi Nunun telah terbang sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi menerbitkan surat pencegahan.
Berkali-kali dipanggil Komisi, Nunun hanya hadir sekali. Jawabannya sebatas ”tak tahu” atawa ”lupa”. Ingatannya jadi pendek. Menurut dokter pribadinya, itu gara-gara stroke. Toh, sejumlah orang memergoki Nunun melenggang-lenggang di pusat belanja di Singapura—tetap dengan menenteng belanjaan barang mewah.
Anne L. Handayani, Muchamad Nafi, dan Yuliawati dari Tempo mewawancarai Adang Daradjatun, suami Nunun, di restoran D’Lounge milik keluarganya, Selasa pekan lalu. Mantan Wakil Kepala Kepolisian RI yang kini menjadi anggota Dewan dari Partai Keadilan Sejahtera ini didampingi pengacaranya, Ina Rahman, dokter pribadi Nunun, Andreas Harry, dan dua anggota stafnya.
Soal cek buat anggota Dewan, sebenarnya seperti apa?
Terus terang, sebagai suami, saya tanya, bagaimana sih sebetulnya. Ibu menjawab tidak pernah memberikan kepada Arie. Kalau asal-usulnya, saya tidak tahu.
Arie Malangjudo mengaku diperintahkan membagikan cek ke anggota Dewan.
Arie itu mitra, pemegang saham. Jangan dikecilkan, seolah-olah dia disuruh Ibu. Kenapa hanya Ibu yang selalu diuber-uber? Bukti materiil, yang mengasih cek (ke anggota Dewan) kan Arie.
Arie itu siapa?
Dia itu jago di bidang palm oil, yang awalnya ingin bermitra dengan Ibu. Lalu ia duduk sebagai direktur. Memiliki sembilan ratus dari seribu saham. Jadi, bagi saya lucu, peran Arie dikecilkan. Kalau berbicara tentang fakta hukum, empat anggota Dewan—Dudhie Makmun Murod, Hamka Yandhu, Udju Djuhaeri, dan Endin Soefihara—sudah dihukum tanpa kesaksian Ibu. Artinya, Ibu bukan saksi kunci. Lebih-lebih dihubungkan dengan 26 orang. Terus terang, saya sedih, kok istri saya digebukin terus.
Istri Anda dekat dengan Miranda?
Seperti yang Bu Miranda sering bilang, kebetulan anaknya sama-sama bersekolah di Amerika dengan anak kami. Itu saja.
Bukankah sering bertemu di pesta sosialita?
Tidak, tidak ada hubungan Ibu dalam konteks Miranda.
Sekarang di mana istri Anda?
Kalau lihat Ibu, kasihan. Saya tidak akan buka di mana Ibu. Kondisinya depresi berat, dan pelupanya semakin hebat. Sekarang sudah 61 tahun, mendengar ginian bisa klepek-klepek.
Kabarnya sempat pergi ke Bangkok?
Ada yang bilang Ibu ke Tiongkok, atau waktu di Singapura pernah ketemu orang-orang. Semua tidak benar. Hanya di Singapura.
Ada sumber kami melihat istri Anda berbelanja di Paragon dengan tiga pengawal.
Ada fotonya? Saya minta dibuktikan. Keluarga kami tidak model-model seperti itu. Pengawal tidak ada, hanya pendamping.
Masih suka belanja?
Kata Tempo, tas Hermes Ibu satu kamar. Rasanya tidak, deh.
Selain tas Hermes, apa yang disukai lagi?
Tidak adalah. Nanti ditulis lagi. Ibu memang senang mengadakan kegiatan sosial, tapi bukan konteks sosialita yang wah.
[Dokter Andreas menambahkan, Nunun terserang stroke pertama pada 25 Juni tahun lalu. Ada pengecilan pada jaringan korteks otak, status memori menurun. Lalu dibawa ke Singapura, direkomendasikan Nunun pakai alat bantu. Nunun juga disuruh tetap aktif, seperti melukis dan berkebun. Bahkan seorang pakar neurologi menyarankan Nunun berdansa. ”Jadi, kalau melihat Ibu berjalan di toko, makan siang, itu wajar,” kata Andreas.]
Istri Anda tinggal di Apartemen Scott 28?
Di apartemen. Setelah ramai-ramai, di mana saja boleh. Supaya sehat kembali.
Sudah memperoleh status permanent resident?
Belum.
Kenapa? Tidak capek bolak-balik mengurus administrasi?
Biarin saja capek mengurus istri. Wong sayang.
Anda ada rumah di Holland Village?
Saya tidak mau jawab deh yang seperti itu. Saya agak tersinggung dengan pertanyaan itu.
Anda bolak-balik ke Singapura untuk menengok?
Ya.
Setiap pekan?
Tidaklah, ha-ha-ha….
Apa kegiatannya?
Di rumah saja, terapi.
Apa tidak mungkin hadir memenuhi panggilan pengadilan?
Orang berat seperti itu, harus bed rest, dan sewaktu-waktu harus check-up.
Jadi, istri Anda tidak akan pulang?
Kalau sudah sembuh, ya mungkin saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo