Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=#ff9900>I Gede Bayu Suparta</font><br />Radiografi untuk Masa Depan

12 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA belajar ilmu fisika sejak sarjana strata satu sampai meraih gelar doktor, tapi inovasi terbaiknya justru seperangkat alat medis. Berangkat dari ketakjuban melihat mahalnya alat-alat kedokteran yang sebagian besar produksi luar negeri, I Gede Bayu Suparta penasaran dan mencoba membuatnya sendiri.

Bayu beruntung karena Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menyediakan laboratorium riset untuk mewujudkan impiannya. Di lab yang lebih mirip bengkel karena penuh rakitan batang besi dan lempengan logam itu lahirlah Madeena, sistem radiografi digital asli ciptaan anak negeri.

"Rakitannya kurang praktis dan masih saya sempurnakan," kata Bayu merendah ketika menunjukkan penemuannya, awal Juli lalu. Tapi, dengan versinya yang sekarang saja, alat radiografi sudah cukup membelalakkan mata.

Dilihat sekilas, bentuknya memang tak jauh beda dari radiografi analog biasa yang sering kita temukan di rumah sakit. Bedanya, Madeena bisa mengirimkan citra hasil penyinaran sinar-X pasien langsung ke komputer dokter di mana pun sang dokter berada. "Hasil sinar-X seorang pasien yang diperiksa di Papua bisa dibaca dan dianalisis dokter di Jakarta," kata Bayu. Dan semuanya terjadi dalam hitungan detik.

Pria 47 tahun kelahiran Singaraja, Bali, ini lalu mendemonstrasikan alatnya. Sekali pencet tuts di papan kunci komputer, lima citra digital dari obyek yang disinar sinar-X langsung muncul di layar. Dengan cekatan, lulusan Monash University, Australia, ini memilih beberapa gambar untuk dikirim ke layar komputer kedua. "Di layar kedua, dokter bisa membesarkan dan menggeser gambar untuk analisis medis," katanya.

Meski Madeena canggih dan jelas lebih murah ketimbang alat impor, belum ada rumah sakit yang tertarik menggunakannya. Padahal pasarnya amat luas. Ada 3.000 lebih rumah sakit di ratusan kabupaten dan kota se-Indonesia.

Bayu sudah menawarkan radiografi digital ini ke berbagai instansi kesehatan. Dia bahkan mendirikan perusahaan sendiri untuk memasarkan penemuannya. "Sistem kesehatan kita tampaknya belum memberi ruang untuk produk inovasi teknologi macam ini," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus