Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Roby Muhammad, 37 tahun, jejaring sosial bukan ajang gaul belaka. Status akun Facebook atawa kicauan Twitter seseorang bisa dipakainya sebagai bahan penelitian. "Dari tweet bisa dibuat riset untuk mengukur indeks kebahagiaan publik," katanya ketika ditemui Juni lalu.
Bidang ilmu jaringan sosial menggunakan metodologi Internet sebagai alat riset merupakan ranah yang digeluti Roby. Dia mengenal bidang ini saat mengambil program master dan doktor di Universitas Columbia, Amerika Serikat, dari 2002 hingga 2010. Dalam dua tahun terakhir, Roby mengembangkan ilmu tersebut di laboratorium penelitian Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Pada 2003, penelitian bersama dua rekannya, Profesor Duncan J. Watts dan Dr Peter Sheridan Dodds, mengenai Riset Dunia Kecil (An Experimental Study of Search in Global Social Networks) menjadi perhatian publik Amerika. Beberapa media besar, seperti CNN dan The New York Times, serta jurnal Science menulis penemuan mereka.
Roby dkk membuktikan keabsahan teori jaringan sosial dalam six degrees of separation. Teori ini dirilis psikolog sosial legendaris Universitas Harvard, Amerika, Stanley Milgram, yang meninggal pada 1984.
Milgram bereksperimen dengan mengirim 300 paket surat ke sembarang alamat di Kansas dan Nebraska, Amerika Serikat, pada 1967. Para penerima diminta meneruskan surat via pos menuju target akhir melalui koneksi sosial yang mereka miliki. Akhirnya, setelah enam kali estafet, 60 dari 300 surat tersebut sampai juga ke target akhir di Kota ÂBoston.
Milgram membuktikan koneksi antarindividu secara acak di Amerika Serikat dengan mengirim surat, sementara riset Roby dkk melalui e-mail atau dunia maya. Hasil riset dengan menggunakan dunia maya menemukan, semua orang di dunia terhubungkan dengan orang lain hanya dalam 5-7 derajat pertemanan. Saat Roby melakukan penelitian, Internet belum berkembang masif seperti sekarang. Roby, yang tak pernah akrab sebelumnya dengan dunia komputer, kala itu membuat model pemrograman web selama satu tahun di apartemennya.
Bidang jaringan sosial bersifat interdisipliner yang membutuhkan kerja sama antara ilmu komputer dan berbagai bidang, seperti psikologi, sosiologi, politik, dan ekonomi. Menurut Roby, ilmuwan sosial memerlukan kerja sama dengan ahli komputer karena riset dengan data yang besar memerlukan keahlian khusus untuk mengelola dan menganalisisnya.
Model riset sosial yang menggunakan data digital baru menjadi tren dalam lima tahun terakhir di Amerika Serikat. "Mungkin di Indonesia akan ÂboÂomÂing sepuluh tahun ke depan," katanya. Dengan berbasis Internet, menurut Roby, skala riset akan menjadi lebih besar, bisa menjangkau data jutaan orang. Pergulatannya dalam ilmu jaringan itu pula yang, menurut dia, membuatnya sebagai ilmuwan agnotis. "Saya tak hanya meyakini satu bidang ilmu, tapi banyak."
Roby, yang banting setir ke ilmu sosiologi, mengaku bukan anak pintar. "Hanya saat SD saya mendapat ranking pertama. Saat SMP dan SMA, saya di ranking belasan dan puluhan," kata suami Tika Sukarna ini sembari tersenyum. Ketika remaja, ia senang bermain musik. "Sebagian besar waktu saya habis untuk main musik." Ia pernah menjadi pemain gitar pada band yang beraliran blues.
Beranjak dewasa, ketertarikannya bergeser pada penciptaan alam semesta. Roby mengulas lubang hitam dalam skripsinya, dan mengkaji teori string atau "teori M" untuk tesisnya di Institut Teknologi Bandung.
Rasa ingin tahunya yang besar terpupuk sejak kecil berkat kebebasan yang diberikan orang tuanya. Ayahnya, Prof Dr Wahyu Karhiwikarta, spesialis kedokteran olahraga; dan ibunya, dr Hanariah Wahyu, spesialis anak, menurut Roby, memberi pengaruh besar dalam pembentukan semangatnya sebagai ilmuwan.
Saat Roby kecil, ayahnya membimbing dia belajar matematika dengan materi yang tingkatan lebih tinggi daripada pelajaran di sekolah. Ketika ia kecil itu pula sang ayah memperkenalkan buku sains kedokteran untuk perguruan tinggi. "Saat itu belum ada buku sains untuk anak," katanya.
Beberapa penghargaan dan prestasi yang diterima orang tuanya yang membuat ia yakin pekerjaan ilmuwan merupakan hal besar. Ia ingat ayahnya pernah mendapat penghargaan dan beritanya dimuat di majalah Tempo pada Februari 1984 dengan judul "Resep Baru Dokter Wahyu". "Ini merupakan kebanggaan keluarga," ujarnya.
Pada 1986, orang tuanya mengajak ia dan tiga saudaranya ke luar negeri. Sekeluarga mereka mengunjungi Amerika Serikat dan sejumlah negara lain. Biaya jalan-jalan tersebut dari penjualan tanah 400 meter persegi dan mobil sang ayah. Menurut Roby, perjalanan itu bukan sekadar pelesir. Itu cara orang tuanya memperkenalkan putra-putri mereka dengan dunia luar. "Kami menganggap perjalanan itu investasi yang diberikan Ayah dan Ibu untuk memberikan pelajaran dan pengalaman luas bagi anak-anak mereka," ujar Roby.
Roby Muhammad
Tempat dan tanggal lahir: Bandung, 17 Mei 1975
Pekerjaan:
Institusi:
Pendidikan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo