Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEWAKTU kecil, Khoirul Anwar bermimpi ingin menjadi jagoan seperti tokoh komik kesukaannya: Batman, Superman, dan Bima. Kini tokoh khayalan sejenis itu menginspirasinya menemukan teori 4G tanpa Cyclic Prefix (CP).
Ceritanya berawal ketika ia mendampingi putrinya menonton film animasi Dragon Ball. Khoirul, 34 tahun, terkesima melihat jurus Genki Dama andalan Son Goku, tokoh jagoan dalam film itu, tatkala membasmi musuh-musuhnya. Jurus ini, kata Khoirul, pada prinsipnya bekerja dengan mengambil energi dari segala arah. Dari situ terciptalah kombinasi kekuatan mahadahsyat. "Nah, saya langsung teringat, bagaimana jika 4G berjalan tanpa CP. Ini pasti bisa," katanya.
Seperti jurus Genki Dama, Khoirul ingin 4G atau fourth-generation technology—istilah dalam telekomunikasi yang mengacu pada pengembangan teknologi telepon seluler berbasis Internet protocol terintegrasi penuh—juga dapat memanfaatkan energi sekitar. Selama ini 4G disertai Cyclic Prefix, yakni proses menyalin "ekor" dari blok sinyal pertama kemudian diletakkan di "kepala" blok sinyal, untuk selanjutnya membuat efek berputar. Efek ini berguna menghilangkan interferensi atau gangguan pada gelombang elektromagnetik.
Jadi, menurut Khoirul, gangguan penerimaan sinyal itu sebenarnya datang dari kedua blok sinyal itu sendiri. "Maka saya tinggal menghimpun energi dari blok depan dan blok belakang yang kemudian membesar, ini disebut mutual information untuk menghilangkan interferensi," ujarnya.
Bila diibaratkan sebuah kereta api supercepat, Khoirul membuat setiap rangkaian gerbong terhubung dengan cara menyambungkan bagian ekor dan kepala tiap gerbong. Ini dilakukan agar rangkaian kereta atau informasi bisa saling mendorong. Sedangkan rel adalah daya listrik yang dibutuhkan.
Nah, supaya informasi yang sampai runut dan utuh, Khoirul memastikan setiap gerbong yang sarat muatan informasi tadi tetap pada lintasannya dan berjalan stabil. Ini penting. Sebab, jika rangkaian gerbong tadi bergeser ke rel lain, dipastikan informasi yang terkirim terpotong.
Kestabilan itu bisa didapat jika arus listrik tak melonjak-lonjak. Dalam telekomunikasi ada yang disebut teknologi Carrier Interferometry Fast Fourier Transform Orthogonal Frequency Division Multiplexing (CI-FFT/OFDM). Teknologi ini membuat bit rate atau kecepatan laju tiap kepingan informasi menjadi tinggi. Namun, karena CI-FFT/OFDM yang memiliki puncak daya yang terkadang sangat tinggi dan sangat rendah itu boros listrik, Khoirul lantas mengubah gelombang frekuensi sehingga kebutuhan daya listriknya stabil. "Karena itu, tidak perlu membuat power back-off atau tenaga cadangan," ujarnya.
Nah, teori inilah yang kemudian ia terapkan pada 4G tanpa CP, yakni 4G dengan kondisi listrik stabil. Temuan yang terinspirasi jurus Genki Dama ini pun menjadi Best Paper Presentation di International Conference on Sustainable Future for Human Security and 186 Symposium on Humanosphere, Universitas Kyoto, Jepang, pada Oktober 2011.
Setahun setelah Khoirul mendesain ulang CI-FFT/OFDM pada 2006, barulah keluar patokan teknologi 4G versi lembaga standar dunia 3rd Generation Partnership Project (3GPP) untuk proses uplink. Pedoman teknologi 4G ini mirip dengan temuan Khoirul. "Inilah cikal-bakal 4G," kata pemilik paten teknologi satelit multicarrier dan uplink 4G tanpa CP itu.
Ketertarikan Khoirul terhadap dunia sains dan teknologi terlihat sejak kecil. Ketika masih di bangku sekolah dasar, selain menyukai tokoh komik, ia mengidolakan ilmuwan besar, seperti Albert Einstein, Galileo Galilei, dan Isaac Newton. Bahkan, saking antusiasnya, peraih gelar doktor dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST) ini menggambar wajah ilmuwan tadi beserta rumus ciptaannya. Lantas ia pajang rumus-rumus itu di dinding kamar.
"Ini yang membuat saya hafal rumus-rumus yang ternyata baru diajarkan di SMP," kata suami Sri Yayu Indriyani yang kini menjadi asisten profesor di Japan Advanced Institute of Science and Technology itu.
Khoirul mengaku saat kecil lebih banyak belajar sendiri. Orang tuanya, Sudjianto (almarhum) dan Siti Patmi, adalah petani. Tak jarang ia membantu mereka di sawah. Tapi, jika masa ujian tiba, ia meminta izin tidak ke sawah karena harus belajar.
Sejak kecil, ia sangat menyukai bidang ilmu matematika dan fisika. Tak mengherankan bila ia berhasil lulus dengan predikat cum laude dari Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung pada 2000. Setelah itu, ia memilih Jepang sebagai tempat mengembangkan diri. Di Negeri Sakura inilah Khoirul menemukan idola baru: Profesor Yagi dan Profesor Uda. Mereka adalah penemu desain antena Yagi-Uda Array, yang dipakai di hampir seluruh pelosok desa di Indonesia sebagai alat penerima sinyal televisi ultra-high frequency (UHF).
Khoirul ingin temuannya kelak seperti temuan Yagi-Uda Array: bisa dipakai masyarakat Indonesia secara luas. "Beberapa kali saya mengajukan proposal ke pemerintah, tapi belum berhasil," katanya. Yang pasti, temuannya sangat mungkin diterapkan di sini. "Saya siap membantu jika diperlukan."
Khoirul Anwar
Tempat dan tanggal lahir: Dusun Jabon, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 1978
Pekerjaan:
Pendidikan:
Penghargaan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo