Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=navy>Anas Urbaningrum: </font><br />Saya Disebut Empu Politik

11 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tercatat dalam daftar penerima dana dari Muhammad Nazaruddin, bekas bendahara umum partai itu. Ia membantah meski mengakui pernah ”dipinjami” mobil oleh koleganya itu. Menolak ditemui, Anas, 42 tahun, menjawab pertanyaan Anton Septian dari Tempo melalui pesan pendek telepon seluler.

Anda menerima US$ 250 ribu dari Nazaruddin sebelum kongres?

Tidak benar.

Mungkin tim sukses Anda?

Saya tidak yakin. Justru ada yang bilang dia mendapat untung dari kongres. Saya tidak pernah tanya soal itu, tidak tertarik, dan tidak ada urgensinya. Dana tim sukses dari bantingan dan bantuan beberapa teman. Jumlahnya tidak besar. Teman-teman tim sukses tahu semua.

Tercatat di laporan pengeluaran Nazar….

Itu tidak ada dan tidak benar.

Nazar pernah memberi Anda sedan Camry?

Tidak benar kalau diberi. Yang benar adalah saya pernah dipinjami dan hanya beberapa bulan. Sudah dikembalikan tahun 2009.

Anda menjadi komisaris di PT Panahatan dan perusahaan keluarga Nazar yang lain?

Saya sudah mundur semua sejak lama. Sudah pernah dijelaskan oleh Pak Amir (Amir Syamsuddin, Sekretaris Dewan Kehormatan Demokrat).

Benarkah Nazar memberi banyak dana buat partai?

Faktanya, kas kami kosong. Kegiatan partai berjalan karena gotong-royong dari para kader dan simpatisan. Kalau diberi banyak dana, Partai Demokrat sudah menjadi partai yang berkecukupan, dong? Kenyataannya kan tidak begitu.

Tapi Nazar pernah memberi dana ke kader partai, termasuk Anda?

Soal orang lain, saya tidak tahu. Kalau tentang saya, jauh-jauh hari sebelum kongres, bahkan sebelum pemilu legislatif, sudah saya selesaikan. Termasuk soal pinjam pakai mobil itu.

Sebenarnya bagaimana awal kedekatan Anda dengan Nazar?

Dia kan wakil bendahara umum periode lalu. Suatu hari, dia bilang disuruh ibunya belajar politik ke saya. Mungkin karena Pak Hadi Utomo suka menyebut saya ”empu politik”.

Bagaimana hubungan Anda dengan Nazar setelah kongres?

Setelah kongres, dia curhat ke beberapa teman, mengapa kok Ketua Umum jaga jarak. Itu memang sikap saya agar dia sadar.

Mengapa Anda melaporkan Nazar ke polisi?

Teman-teman menilai saya terlalu sabar. Saya memang tidak suka ribut. Ketika dia melempar fitnah-fitnah yang sudah kelewat takaran, ya dibawa saja ke jalur hukum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus