Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=verdana size=1>Saham rontok</font><br />Tak Kuasa Menahan Longsor

Saham pertambangan dan perkebunan ikut berguguran. Tekanan belum akan berakhir.

28 Januari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emas selalu menggoda. Bukan sekadar menjadi perhiasan, logam kuning itu bisa mendatangkan fulus berlimpah, terutama di saat harganya terus merangkak naik seperti sekarang ini.

Dua tahun lalu, harganya masih berkisar US$ 636,7 per troy ounce (setara 31,1 gram) atau sekitar Rp 192 ribu per gram. Tapi Januari ini, harganya di New York Mercantile Exchange sempat melejit ke angka US$ 916,1 per troy ounce. Harga tertinggi sepanjang masa.

Meski begitu, kemilau emas rupanya belum benar-benar mampu menopang harga saham PT Aneka Tambang Tbk. (Antam). Harga saham perusahaan tambang emas, nikel, dan bijih besi ini malah ikut terpuruk pada awal pekan lalu di saat indeks saham di berbagai bursa dunia anjlok hebat.

Hanya dalam dua hari, Senin dan Selasa, harga saham Antam di Bursa Efek Indonesia rontok 20,9 persen dari Rp 3.700 menjadi tinggal Rp 2.925 per saham. Meski dua hari berikutnya harganya berbalik naik, tetap saja belum pulih ke posisi Senin. Apalagi jika dibandingkan dengan harga di akhir tahun lalu, harga saham berkode ANTM ini masih jauh dari memuaskan.

Nasib serupa dialami perusahaan tambang batu bara Bumi Resources, Perusahaan Gas Negara, dan saham-saham perusahaan perkebunan, seperti PP London Sumatra, Astra Agro Lestari, atau Bakrie Sumatera Plantations. Kendati harga batu bara dan komoditas seperti kelapa sawit, di pasar dunia tengah membubung mengikuti pergerakan harga minyak bumi, harga saham perusahaan-perusahaan itu ikut longsor ketika bursa global dilanda aksi jual saham oleh investor pada Selasa lalu.

Sebagai gambaran, lihat saja harga minyak kelapa sawit dunia. Kamis pekan lalu, misalnya, minyak kelapa sawit diperdagangkan dengan harga 3.188 ringgit Malaysia per ton di Bursa Komoditas Malaysia. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga rata-rata November 2007, yang masih berkisar 2.965 ringgit Malaysia. Tapi, kenyataannya, tetap saja daya pikat minyak sawit dan batu bara tidak mampu menahan sentimen negatif di lantai bursa (lihat tabel).

Adrian Rusmana, Kepala Riset PT Kresna Graha Sekurindo mengatakan, sangat wajar bila saham perusahaan pertambangan, energi, dan perkebunan terkoreksi. ”Sebelumnya kan harganya sudah naik cukup tinggi,” katanya. Dia bahkan memperkirakan tekanan terhadap saham pertambangan, energi, dan perkebunan belum akan berhenti. ”Harganya masih akan terus berfluktuasi.”

Soal kenaikan harga saham di akhir pekan lalu, menurut analis saham Finan Corfindo Nusa Edwin Sinaga, banyak dipengaruhi kebijakan bank sentral Amerika Serikat yang memotong suku bunga sebesar 75 poin atau 0,75 persen menjadi tinggal 3,5 persen. Namun, dia belum bisa memperkirakan berapa lama sentimen positif akhir pekan lalu itu bakal bertahan. Pengaruh dari bursa regional seperti Hong Kong dan Singapura akan menentukan.

Dalam jangka pendek, menurut Adrian, ada beberapa faktor yang bakal berpengaruh. Pertama, persepsi terhadap kondisi perekonomian Amerika Serikat. Kalangan investor masih menyangsikan efektivitas kebijakan stimulasi ekonomi yang diluncurkan kantor Presiden George W. Bush. Kedua, apabila ekonomi AS lesu, maka permintaan terhadap komoditas seperti minyak kelapa sawit dan komoditas pertambangan juga bakal menyusut. ”Apalagi harganya juga sudah kelewat tinggi,” katanya. Terakhir, gejolak bursa saham membuat sebagian investor memilih menunggu.

Sapto Pradityo

Perbandingan Harga Saham

28 Des 2007SeninSelasaRabuKamis
BukaTutup
Astra Agro28.00030.55029.40027.00029.65028.950
London Sumatera10.65012.70011.85010.05011.05011.100
Aneka Tambang4.4753.7003.3252.9253.3753.275
Bumi Resources6.0005.6505.0504.7005.4255.400
PGN1535012.85012.05010.20012.35012.800
Astra Int.27.30026.90024.90022.50025.00025.900
Telkom10.1509.2008.9008.4008.8509.050
Indosat8.6507.1006.8005.8506.5506.750
BCA7.3006.9006.6006.3006.6506.900
Bank Mandiri3.5003.0502.8502.6252.9753.100
Sumber: Bursa Efek Indonesia

 Penutupan Selasa thd. Pembukaan SeninPenutupan thd. Pembukaan Selasa
NominalPersenNominalPersen
Astra Agro-3550-11,6-2400-8,2
Lonsum-2200-17,3-1800-15,2
Aneka Tambang-775-20,9-400-12,03
Bumi Resources-950-16,8-350-6,9
PGN-2650-20,6-1850-15,35
Astra Int.-4400-16,4-2400-9,6
Telkom-800-8,7-500-5,6
Indosat-1250-17,6-950-13,97
BCA-600-8,7-300-4,54
Bank Mandiri-425-13,9-225-7,89
Sumber: Bursa Efek Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus