Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak ada tanda kelelahan di wajah Jean Noel Bironneau dan Irawan D. Kadarman, Senin pekan lalu. Padahal Presiden Direktur dan Corporate Affairs Director Carrefour Indonesia itu baru menandatangani perjanjian akuisisi Alfa Retailindo pada dini hari, yang didahului acara makan malam. Carrefour membeli Alfa dari Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd.
Masih pada hari yang sama, siang harinya, proses transaksi di bursa pun sekaligus dituntaskan. Maka akuisisi 75 persen saham Alfa senilai Rp 674 miliar itu pun rampung. Dengan penandatanganan penjualan itu, Sigmantara dan Prime, yang tadinya masing-masing memiliki 55 persen dan 45 persen di Alfa, kini tinggal mengantongi 20 persen.
Meski sempat menimbulkan kekhawatiran dari pelaku pasar tradisional dan pemasok pasar modern, proses akuisisi berjalan sangat mulus dan terbilang cukup cepat. Setelah Ramayana tak jadi mencaplok Alfa pertengahan tahun lalu, segera merebak rumor giliran Carrefour yang melirik Alfa. Waktu itu saham yang hendak dibeli 55 persen dan Ramayana menawar Rp 1.600 per lembar saham.
Rumor yang berkembang di pasar sempat dibantah Alfa, tapi kenyataannya lima bulan kemudian, tepatnya 17 Desember lalu, kedua perusahaan meneken nota kesepahaman. Nota ini menandai dimulainya proses negosiasi pembelian Alfa oleh perusahaan retail raksasa asal Prancis itu. Proses pembelian yang cepat ini diakui oleh Irawan.
Bahkan sumber Tempo yang mengetahui dari awal rencana dan proses akuisisi tersebut meyakini bahwa sebenarnya negosiasi sudah rampung sepekan setelah penekenan nota kesepahaman. Namun manajemen Carrefour merasa perlu meneliti bunyi segala aturan yang ada agar tak tersandung hukum di kemudian hari.
Keceriaan Bironneau dan Irawan bisa jadi berkebalikan dengan tanggapan Djoko Susanto, Presiden Komisaris Alfa Retailindo. Sumber Tempo yang dekat dengan pria berusia 50 tahun ini mengungkapkan, Djoko jelas merasa sedih terpaksa melepas Alfa. Tapi ia memang tak punya pilihan lain karena bisnis supermarket yang dilakoni Alfa tak lagi kemilau.
Djoko sendiri saat ditanyai mengibaratkan pelepasan perusahaannya seperti melepas anak menikah. Sebagai orang tua, tentu ia bahagia anaknya mendapat pasangan yang baik. Tapi ia mengakui bisnis retail sekarang makin kompetitif. Meski tak langsung menunjuk Carrefour, Djoko menengarai bisnis supermarket rontok setelah hipermarket masuk.
Ternyata Carrefourlah yang jadi pembeli, bukan Ramayana. Indonesia memang merupakan pasar yang sangat legit bagi Carrefour. Sejak perusahaan itu masuk ke Indonesia sepuluh tahun lalu, tren penjualannya terus menanjak, rata-rata di atas 10 persen setiap tahun. Pada 2001, misalnya, penjualan Carrefour di Indonesia masih Rp 2,8 triliun, tapi tahun lalu sudah Rp 10,5 triliun atau naik 275 persen dalam enam tahun.
Di Asia Tenggara, penjualan Carrefour di Indonesia juga jauh lebih tinggi dibanding di Malaysia, Thailand, dan Singapura. Jumlah gerai pun melesat dengan cepat. Sampai akhir tahun lalu, sudah ada 37 gerai. Selama tiga tahun terakhir, ekspansi penambahan gerai digenjot habis, rata-rata 8-9 gerai. Bulan depan, tiga gerai lagi dibuka.
Kini, dengan mengakuisisi Alfa Retailindo, Carrefour mulai merambah ke pasar supermarket, sehingga memperkuat posisinya dalam bisnis retail di Indonesia. Alfa kini memiliki 29 gerai yang tersebar di 11 kota. ”Kami tidak leluasa jika hanya bermain di sektor hipermarket,” kata Bironneau. Irawan menambahkan, Alfa baru akan berekspansi pada tahun depan.
Bisnis retail untuk sektor tertentu memang masih menjanjikan. Direktur Pengembangan Retail dan Bisnis AC Nielsen Indonesia Yongky Surya Susilo mengatakan pertumbuhan hipermarket tahun lalu mencapai 20 persen dan minimarket tumbuh 30 persen. ”Supermarket hanya tumbuh enam persen,” katanya. Tahun ini, supermarket diperkirakan malah hanya naik satu persen.
Itu sebabnya jauh-jauh hari AC Nielsen, yang saban tahun melakukan survei pasar, sudah mengingatkan agar pemilik supermarket yang segmentasi pasarnya sangat terbatas segera berbenah. Perusahaan tak bisa hanya menawarkan harga murah, tapi juga harus menjalankan usaha secara multiformat. Tinggal selangkah lagi bagi Carrefour untuk menguasai bisnis retail di Indonesia, yakni masuk ke bisnis minimarket.
Grace S. Gandhi
Penjualan Carrefour di Asia (juta euro) | |||
---|---|---|---|
Negara | 2007 | 2006 | Perubahan (%) |
Cina | 2.964 | 2.482 | 19,4 |
Malaysia | 281 | 251 | 11,7 |
Thailand | 558 | 503 | 10.9 |
Indonesia | 763 | 689 | 10.8 |
Taiwan | 1.391 | 1.390 | 0,1 |
Singapura | 96 | 102 | (6,6) |
Total Asia | 6.052 | 5.417 | 11,7 |
Sumber: Carrefour Group |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo