Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita perompak Somalia membajak kapal Indonesia tak menyurutkan citacita Rudi Eko Hartanto, 22 tahun, mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, untuk menjajal kerja di kapal pesiar. ”Kapal pesiar ini kan ukurannya seperti kapal Titanic. Enggak mungkin dibajak,” kata Rudi dengan mantap kepada Tempo di Jakarta, pekan lalu.
Lantaran keinginannya bertualang itulah Rudi memilih kuliah di jurusan pariwisata. Alternatif lainnya, bekerja di hotel di negaranegara Eropa. ”Saya ingin punya pengalaman kerja di luar negeri,” ujarnya.
Menurut Asep Parantika, salah satu dosen STP Sahid, program double degree bakal memudahkan mahasiswa yang lulus punya peluang kerja lebih luas karena gelar gandanya. Jika ingin bekerja di Indonesia, alumni bisa memakai ijazah dari universitas di Indonesia. Sebaliknya, jika ingin bekerja di luar negeri, alumni bisa memakai ijazah dari mitra universitas di luar negeri. ”Kalau single degree kan lulus hanya dapat satu ijazah yang hanya diakui di Indonesia,” katanya.
Buktinya, kata Asep, alumni pertama program double degree STP Sahid bekerja sebagai chef di Grand Hyatt Macao, Cina. ”Dia dapat pekerjaan itu karena waktu semester akhir magang di Hotel Hyatt di Prancis,” ujarnya.
Terbukanya peluang kerja yang luas inilah yang menarik minat lulusan sekolah menengah atas untuk kuliah di jurusan pariwisata. Sahid menjanjikan lulusan kampusnya tak melulu bekerja di sektor perhotelan, tapi juga di kapal pesiar—dengan adanya kerja sama dengan salah satu perusahaan kapal pesiar besar Italia—dan kepala rumah tangga kedutaan.
STP Sahid memiliki kerja sama dengan beberapa pihak, seperti perhotelan Sahid Jaya, The Ritz Carlton, ShangriLa Jakarta, Mandarin Oriental Jakarta, Marriott, Ayana Bali, dan Hard Rock Cafe.
Manfaat lain gelar ganda: bisa untuk mencari gelar S2. Yogie Pratama, 20 tahun, mahasiswa STP Sahid, juga ingin memakai ijazah asingnya untuk kuliah lagi di Eropa. ”Lebih mudah sekolah lagi di luar kalau ada ijazah double degree,” ucap Yogie.
Hera Oktadiana, Kepala Jurusan Hotel Management and Hospitality and Tourism Management Binus International, sependapat. ”Peluang kerja pariwisata dengan gelar ganda lebih luas dibanding yang gelar tunggal,” katanya. Misalnya di maskapai penerbangan, agen travel, penyelenggara acara rapat, pameran dan konferensi, taman wisata, perbankan, pusat belanja, dan usaha hotel dan restoran. Dia menambahkan beberapa alumnusnya bahkan membuka usaha sendiri.
Pasar kerja, menurut dia, juga lebih bergairah menerima lulusan gelar ganda karena alumninya diyakini mempunyai wawasan bahasa dan pengetahuan pariwisata lebih luas dan jaringan yang lebih banyak dibanding alumni gelar tunggal. Soalnya, mahasiswa Binus belajar dan dilatih bekerja melalui program magang satu tahun di hotelhotel bintang 4 dan 5 di Indonesia maupun di luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Program magang di luar negeri memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.
Dari sisi karier, menurut Hera, lulusannya pun bisa mencapai level manajerial melalui magang di level ini saat kuliah. ”Kurikulum kami memungkinkan orang belajar dari sisi manajerialnya, tak hanya operasional,” katanya.
Kevin Halim, 27 tahun, mahasiswa semester empat Binus, sebenarnya telah memiliki gelar S1 ekonomi dari satu universitas di Kanada. Sekembali ke Indonesia, ia memutuskan mengambil double degree di Binus. ”Kalau dibanding S1 biasa yang belajar perhotelan, double degree di sini belajar banyak hal sekaligus: perhotelan, pariwisata, dan ekonomi manajemen,” kata pria yang berkeinginan memiliki usaha resort ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo