Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=1 color=#FF0000>MENTERI KESEHATAN</font><br />Tjandra Yoga Aditama

Tjandra dinilai mumpuni menangani persoalan kesehatan masyarakat dan mahir membagi ilmu. Namun kemampuannya mengelola organisasi—setara departemen—perlu ditingkatkan.

19 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARET 2003. SARS tiba-tiba mengguncang dunia. Badan Kesehatan Dunia mengabarkan munculnya penyakit baru itu, severe acute respiratory syndrome atau sindrom pernapasan akut. Penyebabnya belum diketahui. Daya tularnya cepat. Dalam waktu singkat, SARS melanda Hong Kong, Singapura, Vietnam. Dan tersiar kabar penyakit itu sungguh mematikan.

Walhasil, kecemasan pun menjalar ke Indonesia. Bila ada anggota keluarga terserang demam dan batuk-batuk—yang disebut-sebut gejala SARS—orang panik. Di tengah situasi itu, muncul nama Tjandra Yoga Aditama, 54 tahun. Ketika itu, dia Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.

Melalui sejumlah media, Tjandra menjelaskan ihwal yang lebih lengkap mengenai SARS. Berbekal aneka jurnal ilmiah kesehatan yang dipesannya dari luar negeri, Tjandra menulis berulang kali perihal SARS. Juga memberikan wawancara mengenai penyakit ini di berbagai media. Dia berkeliling meladeni permintaan berbicara di berbagai stasiun televisi serta seminar-seminar.

Singkat cerita, Tjandra Yoga giat memberikan penyuluhan tentang SARS. ”Masyarakat harus mendapat penjelasan dengan benar,” ujarnya dalam suatu wawancara dengan Tempo. Ketika flu burung masuk ke Indonesia pada 2006—disusul flu H1N1 (flu babi) tiga tahun kemudian—wartawan lagi-lagi memburu Tjandra. Dokter spesialis paru ini dianggap mampu menjelaskan secara lugas, dan dalam bahasa yang mudah dimengerti, kedua jenis flu yang dipandang menyeramkan tersebut.

Karier Tjandra bermula sebagai Kepala Puskesmas Bukit Batu, Bengkalis, Riau. Dia mencatat prestasi ketika memimpin Puskesmas Bukit Kapur, Bengkalis: Tjandra meraih penghargaan Dokter Teladan Departemen Kesehatan 1983. ”Dia bekerja dengan prestasi baik, sehingga kariernya cepat menanjak,” kata Mukhtar Ikhsan, dokter ahli paru Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.

Dari Bengkalis, ayah empat anak itu kembali ke Jakarta, menempati pos Kepala Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit Persahabatan (1992-1996). Selama 14 tahun, Tjandra bekerja di Persahabatan. Jabatan terakhirnya di rumah sakit ini adalah Direktur Medik dan Keperawatan (2001-2006).

Pada 2007, Tjandra mendapat tugas baru. Dia menempati kursi Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, di bawah Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Dua tahun kemudian, dia naik jenjang menjadi Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan—jabatan yang masih dia pegang sampai sekarang.

Menurut Mukhtar Ikhsan—rekan sekerjanya—Tjandra tidak cuma mahir ilmu kedokteran, tapi juga manajemen rumah sakit serta kesehatan masyarakat. Wajar, karena Tjandra Yoga adalah lulusan terbaik 1998 untuk program administrasi rumah sakit di Universitas Indonesia. ”Pengetahuannya luas. Dia cepat mengambil keputusan, efisien mengelola waktu, dan mampu berkomunikasi dengan baik,” ujar Mukhtar kepada Tempo.

Tjandra memperkaya diri melalui dunia penelitian. Bahkan dia sempat meraih penghargaan The Best Young Researcher 1999 dari Universitas Indonesia. Hal ini membuat dia terlatih memberikan informasi dengan dukungan fakta dan data. Berbekal data dan fakta pula Tjandra gencar menyebarluaskan bahaya merokok.

Komunitas antirokok dalam negeri serta organisasi internasional mengenal baik sosok Tjandra. Perang terhadap rokok mengantarkannya ke World Health Organization’s Tobacco Free World Award 1998. Persoalan tuberkulosis yang masih mencengkeram Indonesia tak luput dari perhatiannya. Juga demam berdarah dan diare.

Sederet prestasi yang telah dia capai, terutama perhatiannya yang besar terhadap kesehatan masyarakat, membuat Tempo memilihnya sebagai Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tim panelis Tempo yang memilih tokoh Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN berpendapat sosok yang tepat adalah orang yang memahami masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan serta punya visi dan perhatian luas terhadap masalah kesehatan publik. Tjandra Yoga dinilai memenuhi syarat tersebut.

Tentu saja dia bukan tanpa kekurangan. Salah satu poin kelemahannya, menurut tim panelis, adalah pengalaman yang belum cukup untuk mengurusi organisasi Departemen Kesehatan. ”Persoalan di Departemen Kesehatan sudah sedemikian kompleks, sehingga secara manajerial kemampuan Tjandra masih diragukan,” kata Iskandar Sitorus dari Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan. Sejak menduduki posisi direktur jenderal, Tjandra juga dinilai tak segarang dulu dalam memperjuangkan isu rokok dan tembakau.

Pendapat lain datang dari Ari Fahrial Syam, pengurus Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Ari mengatakan, tantangan yang dihadapi Menteri Kesehatan mendatang bukan cuma persoalan pemberantasan penyakit menular dan usaha meningkatkan kesehatan masyarakat. Ada hal penting lain yang mesti dipikirkan, dari asuransi kesehatan, tenaga medis, rumah sakit, harga obat, penanggulangan bencana nasional, hingga budaya korupsi di lingkungan Departemen Kesehatan.

Apa kata Tjandra Yoga? Dari Jenewa, Swiss ,dia mengirim pesan pendek. ”Rasanya tidak pas saya berkomentar tentang hal ini,” dia menulis. Tjandra agaknya selalu kembali ke almamater di tengah segala kesibukannya. Sampai sekarang, dia masih tetap mengajar pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus