Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GUNA menjaga kepekaannya menghidu gambir dan bunga melati serta mencicipi racikan daun teh, Willyanto rela tidak sarapan pagi tiap hari. ”Agar lidah bisa netral," kata ahli waris bisnis teh merek Bandulan asal Pekalongan, Jawa Tengah ini. Urusan bunga gambir dan melati bukan main-main karena jadi ciri khas teh Bandulan.
Willyanto adalah cucu Thang Tjeng Kiat dan Nyonya Kho Pek Ngoo yang meneruskan usaha yang dirintis kakek-neneknya. Kini dia satu-satunya yang bisa mengecap bahan baku teh Bandulan. Untuk mendapatkan cita rasa pas, ahli waris bisnis teh yang berdiri sejak 1933 ini hanya mau menerima daun teh dari Sukabumi dan bunga melati dari Purbalingga.
Thang Tjeng Kiat meracik tehnya di gudang rumah di Gang Sugih Waras, Pekalongan. Kini cucunya, Willy, punya pabrik seluas 1,5 hektare di Jalan Ahmad Yani di kota yang sama. Pada masa lalu, perluasan wilayah pemasaran teh sering dilakukan tanpa sengaja. Pada 1950-an, 10 bungkus teh dititipkan ke saudara Thang Tjeng yang tinggal di Semarang sebagai oleh-oleh. Hasilnya? Makin banyak pesanan muncul.
Ingin menaklukkan Jakarta dan Jawa Barat, Willy menyimpan cita-cita lain, "Kami ingin membuat minuman berenergi seperti Extra Joss atau Kratingdaeng yang berasa dan beraroma teh,” ujarnya kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo