Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEREK ini bermakna ganda karena diambil dari dua sumber. Pertama, pucuk daun teh yang bagus alias Golden Orange Pekoe, lalu dari nama tengah lima pemuda keluarga Kwee, yaitu Kwee Pek Tjoe, Kwee Pek Hoey, Kwee Pek Lioe, Kwee Pek Lo, dan Kwee Pek Yauw. Kwee Pek Tjoe, anak tertua, mengusulkan usaha keluarga ini pada 1940. Tadinya Kwee Pek bekerja sebagai staf administrasi di perusahaan perkebunan teh di Slawi, Jawa Tengah.
Ketika Teh Gopek diserahkan ke generasi kedua, Kwee Pek Tjoe menunjuk anaknya Hantoro sebagai penerus bisnis. Tapi bisnis keluarga ini tak selamanya mulus. Ada anggota keluarga menggunakan modal bukan untuk berbisnis.
Walhasil, pada masa generasi kedua (1940-1998) Gopek sangat tertinggal dibanding pesaingnya, seperti Sosro dan Dua Tang. Teh Gopek baru bangkit pada 1998, setelah Hantoro lengser dan menunjuk putra tunggalnya, Soediono, sebagai ahli waris bisnis keluarga itu.
Di tangan Soediono, nilai penjualan teh ini terus menggelembung. Sebelumnya pertumbuhan penjualan Teh Gopek hanya berkisar 2 persen, di zaman Soediono bisa mencapai 20 persen.
Keberhasilan ini tak lepas dari perjuangan Soediono menghadapi pesaing tangguh. Dari trik yang halus hingga paling kasar: para pesaing memborong teh—termasuk Teh Gopek—dan menghancurkan hadiah gelas yang mereka siapkan untuk pedagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo