Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Marzuki Alie dituduh hendak menyalip di tikungan dalam kisruh Partai Demokrat. Di tengah sorotan pada kepemimpinan Ketua Umum Anas Urbaningrum, ia mengirim pesan yang isinya "bersayap" ke Susilo Bambang Yudhoyono, ketua dewan pembina partai itu. Kata dia, manajemen kepemimpinan tak efektif lagi ketika partai diterjang badai setelah terbongkarnya aneka skandal yang melibatkan Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum.
Sejumlah pendukung wakil ketua dewan pembina ini juga mulai bergerak, membongkar "luka-luka lama"-sisa persaingan kongres Partai Demokrat, Mei tahun lalu. Kepada Anton Septian dan Budi Setyarso dari Tempo, Jumat pekan lalu, Marzuki mengatakan masalah kongres sudah selesai. Sambil sarapan di meja kamar tidur-bagian dari ruang kerja Ketua Dewan Perwakilan Rakyat-sehabis olahraga, Marzuki terlihat santai. "Saya tidak punya ambisi apa-apa," ujarnya.
Mengapa Anda mengirim pesan pendek ke Yudhoyono dan mengatakan manajemen partai tak lagi efektif?
Begini, ketika Dewan Kehormatan memutuskan pemecatan, Nazaruddin-yang merasa sebagai orang dekat-marah. Ia merasa tidak dibela. Sehari sebelum pergi ke Singapura, ia ketemu saya. Dia bilang, "Saya merasa ditusuk dari belakang." Saya nasihati dia: politik itu dunia yang gelap. Kita tidak tahu besok seperti apa. Bahkan bisa-bisa besok masuk penjara. Kalau kita masuk, harus bersedia menerimanya, tabah, ikhlas.
Belakangan, ternyata Nazaruddin menyerang terus. Itu membuat saling serang antarkader. Saya melihat itu tidak etis. Keluarlah instruksi dari Dewan Pembina agar para kader tidak saling menyerang. Ternyata hal itu masih dilakukan. Lalu saya telepon Pak Amir Syamsuddin: ini sudah melanggar peraturan, melanggar kebijakan Dewan Pembina. Kalau dibiarkan, partai akan hancur. Pak Amir bilang, adukan saja ke Pak SBY. Makanya saya kirim SMS ke Ketua Dewan Pembina.
Kenapa pakai SMS?
Komunikasi saya dengan SBY itu sejak 2003. Kalau tidak bisa ketemu, ya lewat SMS saja. SBY kan sibuk. Saya tidak boleh terlalu mengganggu pekerjaannya. Bahasa saya selalu terang, blakblakan. Orang menerjemahkannya macam-macam. Nah, tadinya, saya pikir sudah pas dengan memberi tahu SBY. Tapi kemudian saya minta sekretariat meneruskan ke semua, 31 orang, anggota Dewan Pembina.
SMS Anda ke SBY bocor. Siapa penyebarnya?
Mungkin ada anggota baru Dewan Pembina yang tidak pernah tahu komunikasi saya dengan SBY. Komunikasi informal itu lebih efektif.
Menerima SMS Anda, apa tanggapan SBY?
Ini bukan sesuatu yang meminta pendapat SBY, melainkan saran. Jadi saya tidak berharap menerima tanggapan.
Anda terkesan berambisi menyingkirkan Anas?
Ambisi? Saya dulunya direktur BUMN, lalu diminta SBY menjadi sekretaris jenderal partai. Baik, saya tinggalkan posisi lama saya. Setelah di dalam, saya diperintah jadi Ketua DPR. Mana saya berambisi?
Anda masih mengincar kursi ketua umum?
Begini, pada kongres tahun lalu, saya punya konsep: partai punya sistem jaringan, lalu ada bisnisnya, katakanlah, untuk sewa gedung. Mereka yang mau menjadi ketua pengurus harus memenuhi persyaratan yang sudah dibuat. Ternyata saya tidak diamanati Tuhan, ya sudah. Buat apa saya paksakan? Orang salah besar kalau menafsirkan saya ingin jadi ketua umum.
Pendukung Anda sekarang bergerak?
Tidak. Mereka memang marah sekali terhadap politik uang pada kongres tahun lalu. Tapi saya sudah bilang ke Pak SBY, hasil kongres jangan dibatalkan. Bagi saya, kongres sudah selesai.
Benarkah akhir-akhir ini Nazaruddin sebenarnya lebih dekat ke Anda daripada ke Anas?
Nazar dekat dengan saya atas restu Ketua Umum. Waktu dia mengklaim direstui, saya tanya: mana buktinya? Lalu kami bertemu.
Anda pernah membantu bisnis Nazaruddin?
Saya bilang akan membantu untuk pekerjaan yang profesional. Kalau pekerjaan yang berhubungan dengan calo anggaran, saya enggak mau. Jadi clear saya ngomong ke Nazar waktu itu. Saya ingatkan dia pada awal tahun ini.
Ketika itu Anda sudah mendengar soal sepak terjang Nazaruddin?
Kan, saya dengar dia mencari uang untuk partai. Saya bilang, "Boleh, tapi Anda sebagai bendahara umum harus cari duit yang baik-baik." Perkara yang muncul-muncul sekarang ini kejadian-kejadian lama, sebelum saya ngomong ke dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo