Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Penyerang Bernomor Punggung 14

Anas Urbaningrum giat menghimpun dukungan di pelbagai daerah, antara lain dengan bendera ”Sahabat Anas”.

18 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanpa melepas kacamata hitam, Anas Urbaningrum berlari mengejar bola. Larinya lamban. Bola keburu disambar bek tim lawan sebelum disepak Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Satu babak saja Anas bermain pada Jumat pagi pekan lalu, tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-42. Selama setengah jam ia banyak berlari di area tim musuh. Ia memang berposisi sebagai penyerang. Tak ada gol yang ia cetak, tim kaus biru yang ia bela menang 2-0 atas tim kaus putih.

Tawa semua pemain berderai ketika babak pertama itu habis. Tak ada yang kecewa dengan hasil pertandingan, termasuk Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, yang bergabung dengan tim kaus putih. Ibas, yang sama-sama berposisi sebagai penyerang, tampak enjoy. Senyumnya tetap lebar meski tiga kali membuang peluang mencetak gol.

Pertandingan itu memang main-main. Pemainnya pun gabungan petinggi Demokrat, selebritas, dan wartawan. Satu babak hanya 30 menit, permainan ini merupakan acara pembuka program Tunas Garuda, yang kali ini digelar di Jakarta. Selama tiga hari, panitia memilih empat remaja yang akan bergabung dengan 32 pemain lain hasil seleksi di delapan kota.

Kelak pada September, jumlah mereka akan diciutkan lagi hingga tinggal 18 orang. Selama tiga pekan para remaja terpilih itu akan mengikuti pelatihan sepak bola di klub Arsenal, Inggris, dan menyaksikan langsung pertandingan di Stadion Emirates, kandang klub asal London tersebut.

Sebagaimana di kota lain, kali ini spanduk acara Tunas Garuda bergambar Anas dan Ibas dengan tangan terkepal ke udara, dan logo Demokrat, berderet di kompleks Senayan. Tunas Garuda merupakan program resmi partai itu. ”Sepak bola jangan diberi jaket politik, tapi didukung politik boleh,” kata Anas sebelum pertandingan.

Ketika membuka acara Tunas Garuda pertama kali di Bandung, Mei lalu, Anas terang-terangan mengatakan ­program itu bagian dari kampanye Demokrat. Orang dekat Anas bercerita proyek ini untuk menjaring calon pemilih pada 2014. Tiga tahun lagi para remaja berumur 14-16 tahun itu akan jadi pemilih pemula.

Mudah dibaca, program ini juga sekaligus mengenalkan Anas kepada para remaja itu. Bila kelak memilih Demokrat, bukan tak mungkin mereka juga bakal mencoblos Anas. Seorang sumber di Demokrat berkata, dengan posisinya sebagai ketua umum partai, jalan Anas bila maju sebagai calon presiden atau wakil presiden pada 2014 hampir lempeng.

Dari pelariannya di luar negeri, Muhammad Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Demokrat, mengungkapkan ancang-ancang Anas. Nazar mengaku telah mengucurkan duit Rp 20 miliar bekal kampanye Anas menjelang 2014 lewat Irfan Asy’ari Sudirman atau Ipang Wahid. Sebelumnya, Nazar juga mengklaim menebar duit Rp 50 miliar untuk memenangkan Anas pada kongres di Bandung.

Ipang Wahid membenarkan yang dimaksudkan Nazar adalah dirinya. Putra Kiai Salahuddin Wahid ini memang bergelut di bisnis jasa konsultan komunikasi politik lewat perusahaannya, FastComm, dalam beberapa tahun terakhir. Ia pernah menggarap iklan kampanye Soetrisno Bachir, bekas Ketua Partai Amanat Nasional, pada 2009, dan Adang Daradjatun pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2007.

Kendati begitu, Ipang membantah menerima duit Rp 20 miliar dari Nazar. ”Anggaran program Tunas Garuda itu kurang dari Rp 1 miliar,” katanya. Jumlah itu sangat kecil dibanding ketika ia menerima order dari Adang, yang angkanya mencapai Rp 25 miliar.

Menurut Ipang, ia adalah konsultan Demokrat, bukan Anas pribadi. ”Makanya Ibas selalu dilibatkan,” katanya. Sejak tiga bulan lalu, Ipang merancang program Demokrat Bakti Negeri, gerakan untuk menumbuhkan potensi masyarakat, mulai bidang olahraga, kuliner, ekonomi, kesenian, pendidikan, hingga wirausaha. Di bidang olahraga, Tunas Garuda salah satunya. ”Kami juga memberi beasiswa sekolah,” kata Ipang. Sejauh ini, kata Ipang, anggaran totalnya hanya sekitar Rp 2 miliar.

Kepada Ipang, Anas tak pernah menyinggung rencana pencalonan 2014. ”Anas tahu untuk hal-hal demikian Cikeas sangat sensitif,” katanya. Menurut Ipang, Anas tak punya tim sukses seperti yang dituduhkan sejumlah sumber.

Kontrak Ipang dengan Demokrat ini merupakan kelanjutan dari kongres di Bandung. Saat itu Ipang bersama Denny Januar Ali dari Lingkaran Survei Indonesia menjadi konsultan tim Anas. Sebagaimana sekarang, kata Ipang, ia tak dibayar mahal. ”Pasang iklan di koran pun memakai duit Denny J.A.,” katanya.

Tak cuma itu. Lewat orang-orangnya, Anas juga mulai menghimpun dukungan di luar partai. Misalnya lewat ”Sahabat Anas Urbaningrum”. Dideklarasikan menjelang kongres di Bandung, Mei tahun lalu, perwakilan komunitas ini berkembang di banyak daerah. Mereka juga menggelar kegiatan sosial atas nama komunitas, bukan partai.

Satu-satunya penghambat bagi Anas untuk maju pada 2014 adalah Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Dewan Pembina. Semua tahu Yudhoyono adalah orang yang paling menentukan di Demokrat. Tapi, kata sumber yang tadi, Yudhoyono bukan tidak bisa ditaklukkan. Bila kelak seluruh daerah solid di belakang Anas, Yudhoyono akan kesulitan menolak.

Untuk itu, mulai sekarang Anas menggarap daerah. Ia kerap berkeliling dari satu kantor cabang ke kantor cabang lain, bukan melulu untuk konsolidasi partai. Lewat musyawarah daerah, Anas dituding merombak kepengurusan daerah serta cabang dan menempatkan orang-orangnya.

Potensi dukungan itu makin berarti bila disokong dana melimpah. Politikus membutuhkan duit untuk menggarap calon pemilihnya. Bila tak punya uang sendiri, ia harus memiliki bohir. Sumber lain bercerita, Anas ”disukai” banyak pengusaha. Kemenangan Anas di Bandung atas Andi Mallarangeng, jagoan Yudhoyono, meyakinkan mereka. ”Anas bukan pengusaha sehingga tak akan ada conflict of interest bila ia jadi presiden,” kata sumber itu.

Salah seorang pebisnis yang disebut menyokong Anas adalah pemilik hotel besar di Jakarta. Meski mengatakan kenal dengan pengusaha itu, Anas membantah berkaitan dengan urusan politik. ”Kalau ada yang mengaitkan dengan pemilihan presiden 2014, itu halusinasi,” ujarnya.

Disebut bersiap maju sebagai calon presiden sejak sekarang, Anas berkata jalan menuju itu masih panjang. ”Ini masih saatnya salat zuhur,” katanya, ”tidak tepat menunaikan salat asar.”

Ketika Anas Urbaningrum, yang mengenakan nomor punggung 14—mengingatkan pada ”14” pada tahun 2014—bermain bola bersama para petinggi Demokrat di Senayan, Marzuki Alie memilih berolahraga di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat bersama stafnya. Ditanya kenapa tidak ikut bermain bersama pengurus partai, setengah bergumam ia menjawab, ”Ah, itu kan sepak bola politik.”

Anton Septian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus