Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#FF9900>Panji Gumilang:</font><br />Saya Hanya Memimpin Pesantren

20 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAT Jumat belum lama usai. Di Masjid Al-Hayat di Pesantren Al-Zaytun itu Syekh Abdus Salam Panji Gumilang memberikan wejangan kepada anak didiknya. Mengenakan peci hitam, kacamata hitam, dan jas hitam, ia berdiri di atas mimbar. Kata-katanya mantap. ”Kalian tidak usah khawatir terhadap berbagai kabar yang beredar di luar sana. Biar Syekh yang menghadapi,” kata Panji disambut tepuk riuh.

Siang itu, Panji berusaha menenangkan ribuan santrinya. Namanya kembali jadi kepala berita. Pria kelahiran Desa Sambuanyar, Gresik, Jawa Timur, ini dituding sebagai imam Negara Islam Indonesia. Pesantren yang dipimpinnya disinyalir sebagai pusat gerakan NII. Laporan khusus Badan Intelijen Keamanan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, yang disusun pada Mei 2008, mempertegas keterlibatan Panji dalam NII.

Hendropriyono, bekas Kepala Badan Intelijen Negara, berkali-kali membela Panji. Sejumlah kalangan meyakini alumnus Pesantren Gontor itu—yang punya lobi kuat dengan pembesar di negeri ini—pernah dibina intelijen.

Tempo mewawancarai bekas aktivis Gerakan Pemuda Islam ini, akhir April lalu, di teras kediamannya yang jembar di kompleks Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

Anda kembali dituding sebagai imam NII. Apa tanggapan Anda?

Saya hanya pimpinan Yayasan Pesantren Indonesia dan Ma’had Al-Zaytun. Gerakan NII sudah tidak ada sejak S.M. Kartosoewirjo ditangkap. Sekarang yang ada hanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tapi kenapa setiap 7 Agustus dibacakan teks proklamasi NII di pesantren ini....

Mana ada cerita itu? NII sudah selesai. Kami hanya melaksanakan kegiatan pendidikan di sini.

Bukankah melalui Abdul Karim Hasan Anda masuk NII pada 1978?

Saya tak pernah masuk dan tak pernah keluar organisasi itu. Abi Karim itu tokoh Muhammadiyah. Saya kenal karena pernah mengajar di madrasahnya.

Anda kabur ke Sabah ketika terjadi penangkapan tokoh-tokoh Islam pada 1980-an?

Saya ditugasi M. Natsir, yang menjadi Ketua Rabithah Alam al-Islami di Jakarta, untuk mengajar di sana. Beberapa tahun kemudian, saya minta izin ke beliau pulang ke Tanah Air karena ingin membangun ma’had (pesantren).

Informasi yang kami peroleh, sepulang dari Sabah, Anda aktif merekrut anggota NII di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah?

Saya sudah lama aktif di UIN. Saya bahkan pernah menjadi ketua ikatan alumni selama dua periode. Saya sangat menjaga nama UIN.

Penelitian di UIN menyebutkan terjadi perekrutan anggota NII secara masif di kampus itu ketika Anda menjadi ketua ikatan alumni....

Informasi itu terbalik sama sekali. Semasa saya di sana, justru suasana tenteram.

Kami mempunyai foto-foto saat Anda menerima tongkat estafet dari Adah Djaelani, Imam NII sebelumnya. Apa penjelasan Anda?

Saya tidak bisa menjelaskan sesuatu yang tidak saya pahami. Saya hanya memimpin pesantren sejak 1994.

Lalu bagaimana dengan foto-foto itu?

Berdampingan dengan siapa pun kan bisa saja. Foto saya berdampingan dengan presiden dan wakil presiden juga ada. Foto dengan Soeharto dan jenderal juga ada.

Kalau bukan imam NII, kenapa Anda memiliki struktur kabinet?

Itu struktur Yayasan Pesantren Indonesia. Apa salahnya menamakan diri menteri? Kami susun sedemikian rupa agar masing-masing bisa bekerja. Ada posisi bagian pangan dan produksi. Ada juga yang lain.

Banyak politikus dan bekas petinggi militer datang ke sini. Anda menawarkan suara buat pemilu?

Saya mengikuti perkembangan politik. Tapi, sebagai pendidik, saya dilarang terjun ke politik praktis. Apa yang bisa saya tawarkan? Saya belum pernah menjadi tokoh politik praktis.

Soal penggunaan uang yayasan Rp 32,2 miliar. Benarkah dana itu dibawa ke Spanyol tapi investasi itu gagal?

Itu tidak benar. Saya berangkat ke Spanyol karena ingin melihat bagaimana Cordoba membangun peradaban Islam. Semuanya untuk belajar membangun rahmatan lil alamin.
Dalam kesempatan terpisah, Imam Prawoto, putra pertama Panji Gumilang, menambah beberapa keterangan melalui sambungan telepon.

Pesantren Al-Zaytun dituding sarang NII?

Dari kunjungan Menteri Agama Suryadharma Ali, sudah jelas bahwa tak ada lagi isu NII di sini.

Informasi yang kami dapat, Panji Gumilang bagian dari intelijen?

Mohon maaf, jangan memperpanjang masalah. Saya hanya mau membahas masalah pendidikan.

Benarkah sosok Panji dekat dengan Pitut Soeharto?

Saya tidak mau menjawab pertanyaan itu lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus