Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

"Indonesia itu Penjajah Seperti Belanda"

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abu Said Anan, 50, adalah satu keping dari mosaik bernama Aceh. Pentolan Gerakan Aceh Merdeka ini mewakili gambaran secara umum sebagian rakyat Aceh yang belum bisa menerima Indonesia, sebuah proyek nasionalisme pascapenjajahan Belanda yang berpusat di Jakarta. Aksen bicaranya bernuansa Melayu yang sangat kental. Pemahaman keagamaannya menyangkut ajaran Islam berbau "Sayyid Qutb", cendekiawan muslim Mesir yang cenderung konservatif. Persepsinya tentang Indonesia? "Indonesia hanyalah menyambung penjajahan Belanda," katanya. Anan, dan juga GAM, karenanya adalah pemberontak di mata pemerintah Indonesia. Oleh kalangan militer, GAM juga disebut Gerombolan Bersenjata Pengacau Keamanan—sebutan yang menghadirkan wajah buruk, keras, dan liar. Padahal, secara fisik, Anan tidak mewakili dunia keras itu. Lelaki yang berperawakan tinggi kurus dengan kulit gelap ini memiliki wajah yang memancarkan ketenangan. Bila warga menjumpai Anan, mereka mencium tangannya dan mengucapkan salam dalam tradisi muslim. Lelaki lulusan pesantren itu kini menjadi Ketuha (semacam gubernur) GAM wilayah Passe. Sebagai tokoh yang bergabung dengan GAM sejak awal 1980, Anan selalu berpindah-pindah tempat untuk mengamankan diri dari incaran militer Indonesia. Dia mudah lolos dari kepungan militer berkat bantuan warga desa yang bersedia melindunginya. Kepada wartawan TEMPO Hendriko L. Wiremmer dan Zainal Bakri, Anan berbicara tentang tujuan perjuangan GAM, persiapan perang yang dilakukannya, dan soal pengungsian di Aceh yang masih berlangsung hingga kini. Wawancara dilakukan di sebuah masjid tua di pelosok Desa Aceh Timur, awal Juli lalu. Ia harus berjalan kaki sejauh beberapa kilometer dan dikawal tiga orang untuk keluar dari persembunyiannya ke tempat wawancara. Kemeja kotak-kotak berwarna merah-putih yang dikenakannya tampak lusuh. Pistol kaliber 22 selalu ia bawa ke mana-mana. Berikut petikannya:

Apa tujuan perjuangan GAM?

Ada empat tujuan kami: nak (hendak) selamatkan rakyat Aceh, dunia dan akhirat, selamatkan budaya Aceh, harta pusaka, dan selamatkan agama Allah.

Apakah Aceh akan dijadikan negara Islam?

Ya. Namanya Negara Islam Aceh Sumatra Merdeka. Di luar negeri, kami memiliki organisasi Aceh Sumatra National Liberation Forum.

Bagaimana cara GAM berjuang?

Kami berjuang dengan lima cara: politik, diplomasi, propaganda, ekonomi, dan kalau perlu angkat senjata. Sekarang, kami sudah berada pada tahap empat. Kalau Indonesia tak segera angkat kaki dari bumi Aceh sampai akhir tahun ini, GAM akan menyatakan perang.

Bagaimana kesiapan GAM untuk itu?

Kami cukup memiliki senjata, tentara, dan semua perlengkapan militer. Sejak 1994, persiapan itu sudah kita lakukan.

Apakah GAM memiliki alternatif selain merdeka?

Kami tetap ingin merdeka, bukan referendum, otonomi, atau federasi. Bagi kami, Aceh ini tidak sah dimasukkan ke Indonesia. Dan Indonesia kami anggap menyambung penjajahan Belanda.

Berapa personel pasukan yang dimiliki GAM?

Banyak, tapi kami tidak bisa mengatakan jumlahnya. Kami juga punya pasukan elite.

Katanya, mereka digembleng di luar negeri?

Mereka dilatih di Libia, Swedia, Norwegia, dan beberapa negara Eropa lainnya. Juga di negara-negara Asia Tenggara, misalnya Malaysia dan Thailand.

Apa senjata standar yang dipakai GAM?

AK-47 buatan Rusia. Kita juga punya bazoka dan senjata berat lainnya.

Apakah GAM menjalin kerja sama dengan gerakan Islam di Thailand dan Filipina?

Kita tidak berhubungan langsung dengan mereka. Tapi kita satu hati dengan mereka.

Apakah benar wanita juga dilatih untuk berperang?

Ada juga wanita. Melihat sejarah, wanita di Aceh sama dengan laki-laki. Mereka tetap akan diikutkan bila perang terjadi.

Apakah penambahan jumlah anggota terjadi sejak GAM dibentuk?

Ketika GAM dibentuk pada 1976, hanya sebagian kecil orang yang ikut, tapi sekarang mayoritas masyarakat Aceh—kecuali yang bekerja untuk Indonesia—ikut GAM.

Apa persyaratan untuk menjadi anggota GAM?

Kita lihat perilaku orangnya, antara lain sembahyang dan budi pekertinya. Mereka juga tidak pernah mengisap ganja dan tidak pernah mencuri. Karena kita ini tentara Islam, pelanggar peraturan itu akan kita keluarkan. Jadwal mereka, siang latihan dan malam belajar. Membaca buku dan pengajian agama diwajibkan bagi semua personel GAM. Pelajaran bahasa Inggris juga kita berikan.

Apa bentuk dukungan masyarakat?

Jika tentara Indonesia mencari kami, masyarakat akan melindungi kami.

Dari mana GAM memperoleh dana?

Dari masyarakat Aceh. Kami tidak mau menerima bantuan dari luar negeri.

Kabarnya GAM pernah meminta bantuan ke perusahaan-perusahaan besar di Aceh?

Benar. Kami pernah minta uang ke PT Arun senilai US$ 1,5 miliar. Mereka sudah mengabulkannya (Pihak PT Arun menolak memberi komentar soal ini—Red).

Bagaimana sosialisasi GAM ke masyarakat?

Kami menyampaikan ceramah di kampung-kampung dan masjid.

Jika Aceh merdeka, apakah GAM telah mempersiapkan kabinetnya?

Kami telah menyiapkan menteri-menteri sejak 1976. Departemen Pertahanan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Agama, dan Departemen Luar Negeri adalah di antara yang paling siap. Kita hanya belum siap dengan departemen yang mengurusi ekonomi.

Bagaimana struktur militer GAM?

Menteri Pertahanan membentuk Panglima Angkatan Darat. Setiap wilayah di Aceh—semuanya 17—dipimpin oleh seorang panglima wilayah. Struktur di bawahnya adalah panglima muda, yang memimpin tingkat daerah, dan panglima sago, memimpin tingkat kecamatan.

Bagaimana hubungan GAM dengan masyarakat di sini?

Baik sekali. Mereka mendukung kami habis-habisan karena mereka merasa sama-sama sebagai pihak yang dijajah. Kalau mereka disakiti oleh TNI, kamilah yang melindungi mereka.

Apakah benar GAM mengimbau warga untuk mengungsi sebelum TNI masuk ke perkampungan?

Benar. Kami pernah menjelaskan kepada masyarakat, lebih baik mereka mengungsi bila TNI masuk kampung.

Ada tuduhan bahwa GAM-lah yang meneror masyarakat sehingga mereka mengungsi. Benarkah?

Tidak benar itu. Tidak ada program GAM untuk menganiaya masyarakat. Provokator dan ABRI sendirilah yang melakukan. Biasanya kita menangkap 10 orang intelijen dan provokator setiap harinya. Mereka yang tertangkap, ya, habislah.

GAM yang membakar gedung-gedung?

Kantor kecamatan, GAM yang melakukannya. Tapi kami tidak membakar sekolah. Untuk apa kami membakarnya? Tapi kantor instansi pemerintah, camat, bupati, dan gubernur, kalau dapat pun kami habiskan.

Berapa korban jatuh dari pihak GAM?

Tujuh orang selama tiga bulan terakhir ini.

Bagaimana cara Anda berjuang menyiasati penjagaan aparat?

Sebelum mereka melancarkan operasi, kami sudah mengetahuinya karena kami punya intel di Komando Distrik Militer (Kodim) dan Komando Resor Militer (Korem). Kita pun sudah mengetahui saluran informasi ABRI. Sekarang, kami juga memakai handphone untuk komunikasi.

Kabarnya generasi muda GAM bobrok, tak seperti generasi tua yang islami?

Generasi muda sekitar 400 orang itu adalah masyarakat simpatisan. Sebagian dari mereka memang kurang pendidikan. Memang ada yang mencuri kendaraan dan tanaman. Jadi betul, itu pernah terjadi dan meresahkan masyarakat. Sekarang, yang seperti itu kita tangkap, dan kita tanamkan ajaran agama ke otak mereka. Itu melecehkan GAM. Kita hendak menyelamatkan masyarakat, bukan menganiaya mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus