Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Nieta Pricillia Puspitasari gencar mempromosikan berbagai produk usaha olahan keju rumahan miliknya.
Ia memasarkan produknya menggunakan akun Instagram.
Berupaya keras agar usahanya tidak gulung tikar di tengah pandemi Covid-19.
Memanfaatkan akun Instagram @mazaraatartisancheese, Nieta Pricillia Puspitasari gencar mempromosikan berbagai produk usaha olahan keju rumahan miliknya. Dengan pengikut berjumlah 20,7 ribu, akun Instagram itu cukup efektif untuk memasarkan produk, tanpa harus mengeluarkan ongkos buat tenaga pemasaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Instagram membantu Mazaraat Cheese menekan biaya produksi di tengah pandemi Covid-19. Nieta melakukan berbagai penyesuaian karena pandemi membuat omzet usahanya anjlok hingga 50 persen akibat daya beli masyarakat yang turun. Dalam kondisi normal, Nieta menghasilkan omzet Rp 200 juta per bulan. Pandemi membuat omzetnya turun secara signifikan menjadi Rp 100 juta per bulan dalam empat bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di awal masa pandemi, selama dua bulan, orang justru memburu produk Mazaraat berupa turunannya, krim. Orang mencari asupan yang sehat untuk menjaga imunitas tubuh. Pelan-pelan, daya beli masyarakat turun saat terjadi gelombang kedua Covid pada 2021. “Ngelus dada karena pandemi. Tapi kami tak mau menyerah,” kata Nieta di toko Mazaraat Cheese di Kampung Rotowijayan, Yogyakarta, Rabu, 12 Agustus 2021.
Nieta dan suaminya putar otak agar usahanya tidak kolaps. Mereka beradaptasi dan melakukan penyesuaian untuk menjaga produksi. Nieta mengurangi jumlah produksi keju dari 1.000 menjadi 700 hingga 900 liter per hari. Selama pandemi, pesanan dari Bali, yang menjadi andalan pengiriman berbagai produk keju, berhenti.
Pemeriksaan kematangan keju Mazaraat Cheese di Kampung Rotowijayan, Kota Yogyakarta, 11 Agustus 2021. TEMPO/Shinta Maharani
Sebelum pagebluk, dalam sepekan Nieta mengirim minimal 60 kilogram keju ke Bali. Mayoritas konsumennya adalah ekspatriat. Belakangan, dia berhenti mengirim ke Bali. Produk keju Nieta saat ini memenuhi permintaan konsumen dari Bandung dan Jakarta.
Selain mengurangi jumlah produksi keju, Nieta juga menggelar promosi produk dan berkolaborasi dengan berbagai usaha makanan sehat lokal. Untuk menarik pembeli, Nieta tidak menurunkan harga jual produk, melainkan menawarkan berbagai harga promosi. Keju produk Mazaraat dibanderol Rp 20 ribu hingga Rp 57 ribu per 100 gram.
Penyesuaian lainnya adalah mengurangi bonus tahunan pekerja. Cara-cara itu, menurut Nieta, berhasil menjaga usahanya agar tidak gulung tikar. Selama pandemi, Nieta sama sekali tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 12 karyawannya.
Dia juga tidak memotong gaji bulanan karyawan, yang ia upah sesuai dengan upah minimum regional. Nieta justru mengupah empat orang yang sedang magang di tempat produksi keju di Cangkringan. “Harus bertahan, karena saya harus menghidupi karyawan dan peternak susu,” kata Nieta.
SHINTA MAHARANI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo