Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

9 Dari 10 Sabun Ternyata Sama

Hasil-hasil pengujian lembaga konsumen. banyak produk yang dihasilkan secara serampangan. ada sambal berulat, ada minuman penyebab sakit kepala, mentega berbeling dan saus ubi.

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA seorang karyawati mengadu ke Yayasan Lembaga Konsumen (YLk) Sebotol mentega kacang merk Malino, yang di belinya di Pasar Grogol (Jakarta), ternyata mengandung banyak .... pecahan kaca! Pemeriksaan laboratorium milik pemerintah membenarkan pengaduan tersebut. Bahkan "kadar kaca"nya positif, lebih kurang 10%. Mungkin hanya satu botol itu saja yang kebetulan buruk. Sebab botol lain, yang dibeli YLK di toko yang sama, diketahui tak sedikit pun mengandung beling. Tapi memang ada barang-barang yang diketahui YLK dibuat oleh pabrik secara serampangan. Misalnya seperti yang diadukan seorang pegawai negeri Sebotol sambal cap 4 buah cabai merah, yang dibelinya di Pasar Mayestik (Kebayoran Baru Jakarta), tampak jelas berulat. YLK membenarkan. Sebab pemeriksaan laboratorium menyatakan sambal tersebut mengandung koloni kuman dalam jumlah yang sangat tinggi dan sudah berjamur pula. Hal itu menurut penilaian YLK, disebabkan cara membikin yang memang tidak beres: kurang bersih proses pembuatan dan kemasannya. Juga, misalnya, sangat berlebih-lebihan mencampurkan bahan pengawet--lebih tiga kali lipat dari yang diperkenankan. Dari lebih 80 macam komoditi yang pernah diuji YLK, seperti beberapa contoh di hawah ini, memang banyak yang dibuat oleh produsennya tanpa menghldahkan standar mutu yang resmi maupun ketentuan-ketentuan kesehatan. TEH DALAM BOTOL. Minuman yang dapat diperoleh "di mana saja dan kapan saja" ternyata teh dalam botol. Dijajakan di hampir setiap warung dan kaki-lima, minuman jenis ini dipelopori Teh Botol Sosro yang muncul dari Slawi (Ja-Teng) sejak 1976. Yang dijual sebenarnya air teh biasa. Hanya, sebelum dikemas dalam botol, air teh tersebut telah melalui proses sterilisasi--dibebaskan dari kuman-kuman berbahaya. Bersamaan dengan meluasnya para penggemar, bermunculanlah berbagai merk, terdaftar maupun tidak. Rasanya juga berbeda-beda. Tak jarang si peneguk terpaksa memuntahkan kembali minumannya karena ternyata rasanya tak keruan. Itu tentu akibat tangan jahil yang memalsukan isi dengan memanfaatkan botol teh merk terkenal. Untuk menghindari kejadian yang demikian, YLK memujikan kemasan Putri Gunung, yang menyegel tutup botolnya. Tahun lalu YLK mencomot beberapa botol dari 12 merk yang beredar di Jakarta (Putri Gunung, Jambore, Super Teh, Botol Sosro, Ayam Merak, T.O.P., Segar, Ginseng, Slawi, S.A.P., Galilia dan Sakura). untuk diuji di laboratorium. Hasilnya: soal manis adalah selera konsumen--jadi YLK merasa tak perlu menggubris kadar gula. Yang jelas, sewaktu diuji, semua merk menggunakan gula asli sebagai pemanis. Hanya dari kesemuanya, Super Teh dan TOP yang tidak menggunakan bahan pengawet. Sementara Galilia ternyata menggunakan bahan pengawet yaitu asam benzoat, melebihi takaran. Dan Sakura mengandung total-bakteri tinggi tapi bukan bakteri yang berbahaya. Meskipun pengujian terhadap teh dalam botol tidak menunjukkan ancaman lagi bagi konsumen, YLK mempertimbangkan segi harga. Sebotol teh 'kan berharga tak kurang dari Rp 75? Maka YLK menganjurkan konsumen untuk menyeduh teh sendiri saja. KEMBANG GULA. Tentang kembang gula YLK hanya menyarankan. jangan mengkonsumsi berlebih-lebihan agar terhindar dari kekroposan gigi atau kegemukan - begitulah gampangnya. Dari 20 jenis kembang gula dari berbagai merk, menurut pengujian laboratorium pemerintah yang diminta YLK tahun lalu, keadaannya baik-baik saja. Mutunya? Memang belum ada standar mutu kembang gula dari Departemen Kesehatan, Perdagangan maupun Perindustrian. Yang jelas tak satu contoh pun dari yang diuji menggunakan bahan pemanis buatan seperti siklamat atau sakarin. Hanya, menurut YLK, hati-hatilah terhadap permen yang berwarna hijau. Sebab menurut pengujian waktu itu, warna hijau dari kembang gula Jackson, Sea Gull dan Windmollen ternyata dari zat pewarna Naphol Green B yang tak termasuk dalam daftar zat pewarna yang diizinkan Departemen Kesehatan. TEH BUNGKUS. Adapun terhadap mutu teh dalam bungkusan, YLK mencocokkannya dengan syarat-syarat pada peraturan Wajib Uji DKI Jakarta. Merk Bintang, Botl Slawi, Tjatoet, Sedap, Goal Para, Botol Super Quality, Giju, Gopek, Botol kwalitet Istimewa dan Bunga Mawar yang diuji YLK tahun lalu, tak satu pun yang dinilai kurang mutunya. Tak ada yang mengandung logam berbahaya. Hanya ada terlihat unsur tembaga pada beberapa merk, tapi jumlahnya kecil, sehingga tak membahayakan. Kadar airnya juga baik (sedikit) sehingga tak sampai ada teh yang dijual dalam keadaan berjamur. HANYA teh cap Bunga Mawar dan Botol Kwalitet Istimewa yang dinilai YLK tidak istimewa mutunya: "Kadar ekstrak tournya"-nya atau sari teh yang larut bila diseduh, ternyata kurang. (Tapi bukankah ada konsumen yang mengemari teh yang tak terlalu pekat?). Di samping itu Bunga Mawar juga mengandung "kadar abu" lebih dari yang lain. Sedangkan Goal Para dan Setap dinilai terlalu banyak mencampurkan batang dan serat teh. Namun kemasan kedua merk tersebut dari kertas aluminium, merupakan pembungkus yang baik. KOMPOR. Penyebab kebakaran nomor dua (setelah karena listrik), menurut YLK, adalah kompor. Baik karena kelalaian si pemakai maupun kecerobohan si pembuat. Karena itu pada awal kegiatannya, YLK memeriksa 24 kompor dari 19 merk yang ada di pasar-pasar. Hasilnya harus diperhatikan: hanya kompor merk Butterfly dan Kupu-kupu yang boleh bisa dipakai dengan selamat. Lainnya dinilai YLK waktu itu "mutu suhu minyaknya"-nya buruk (lebih 40øC). Rumus yang dikemukakan adalah: "Apabila suhu minyak berada di atas titik bakar, suatu percikan api kecil saja yang masuk ke dalam bejana, dapat menyebabkan kompor meledak". Ketebalan logam yang dibuat untuk kompor rata-rata memang cukup baik. Tapi panas dan warna api yang dihasilkan, misalnya dari merk Express, ketika diuji tidak menjamin keselamatan. SIRUP MINUMAN RINGAN DAN SARI BUAH. Untuk menguji berbagai sirup, minuman ringan dan sari buah, YLK memerlukan waktu 5 bulan pada awal kegiatannya dan dua kali menggunakan laboratorium milik pemerintah. Yang jadi sasaran adalah 17 merk sirup dan 23 merk minuman ringan dan sari buah. Patokannya: persyaratan Wajib Uji DKI Jakarta dan Standar Industri. Hasilnya: ada sirup biasa (bukan dikhususkan bagi penderita penyakit gula) yang sama sekali tidak mengandung gula asli. Pemanisnya sakarin atau siklamat, diawetkan dengan asam benzoat secara berlebih-lebihan dan dipekatkan dengan zat pengental. Misalnya yang dijual dengan merk Swan (mocca). Yang dianggap bermutu baik misalnya Saragsari. Gayabaru dan Royal. Minuman jenis cola, seperti Coca-cola, Pepsi Cola dan RC Cola, berdasarkan penelitian YLK 4 tahun lalu, dinilai berkadar kafein tinggi: 6 s.d. 7 kali lebih tinggi dari yang dibolehkan di AS. Minuman jenis itu di sini, menurut YLK, dapat menyebabkan si peneguk sakit kepala, sukar tidur dan ketagihan bila mereguk terlalu banyak. SABUN. Bagaimana membeli sabun mandi? YLK menyerahkan pada selera konsumen saja. Sebab, pengujian terhadap 41 contoh dari 23 merk yang dikumpulkan dari berbagai kota besar tahun lalu, tak ada sabun mandi di bawah standar mutu. Perbedaan karakteristik pada setiap merk tak menyolok. Sehingga, menurut YLK, harga mahal dari sesuatu merk belum tentu menunjukkan keunggulan mutu. Karena itu tak usah membeli sabun yang terlalu mahal--begitu disarankan. Sebab kelebihan harga hanyalah untuk membayar kemasan, parfum dan terutama . . . mengganti biaya kampanye cleansing cream atau "9 dari 10 bintang film". TPI membcli sabun cuci memang harus hati-hati. Dari 22 merk yang diuji di laboratorium, YLK dapat menunjuk (merk bermutu kelas D dan 6 merk kelas II. Selebihnya, seperti cap Serimpi, Stuir Perahu, Kunci Buka, Dayung Sampan dan Tupai, jauh di bawah mutu. Yang jadi ukuran ialah jumlah asam lemak (daya pembersih), alkali bebas (zat kimia yang dapat merusak warna dan kulit si pencuci -- harus mendekati netral) dan derajat keasaman atau pH. makin mendekati netral makin baik pengaruhnya bagi kulit. KAYU LAPIS. Sepintas lalu membeli kayu lapis atau plywood itu mudah. Pilih saja yang permukaannya rapi: tanpa mata kayu, lubang bekas gigitan serangga, retak, tambalan, sambungan atau cacat warna. Untuk itu YLK, yang menguji 10 merk tahun lalu, memilibkan bagi anda kayu lapis cap Badak. Merk Kuda Laut dan Gajab kurang bagus- apalagi Matahari. Merk-merk lain (Prabu Barang, Ikan lumba-lumba, KTI, Burung Kakaktua dan Singa), begitu diuji YLK bersama Departemen Perdagangan mutunya lumayan saja. Namun disarankan agar pemakainya untuk keperluan dalam (interior). Karena kayu lapis buatan sini, setelah diteliti daya rekat setiap lapisannya tak teguh untuk dipakai di luar (eksterior) . KOPI BUBUK. Ada konsumen mengadu ke YLK setelah minum kopi bubuk cap Bola Mas, Bulu Tangkis dan Matabai kontan menderita sesak napas, mual dan perut mulas. Itulah sebabnya awal tahun ini yayasan tersebut belanja kopi bubuk secara besar-besaran. Dari berbagai pasar di Jakarta dibeli berbungkus-bungkus kopi dari 13 merk, lalu diperiksakan ke laboratorium. Jelaslah kini apa yang membuat konsumen tiga merk di atas sesak napas dan sakit perut. Sebab yang mereka minum bukanlah kopi bercampur jagung, tapi Jagung bercampur kopi. Dari rasa dan aromanya saja sebenarnya sudah kelihatan kopi bubuk dari ketiga merk tadi tidak layak kopi. Apalagi kalau memperhatikan harganya yang memang terlalu murah: pada saat harga kopi biji mentah Rp 4.000/kg, Bola Mas menjual bubuknya Rp 137,50/kg, sedangkan buatan Bulu Tangkis dan Matabari bisa diperoleh dengan harga Rp 275/kg. Kopi bubuk merk lain seperti Bis Kota, Dua Orang (yang dinilai YLK bermutu baik sekali), Warung Tinggi, Holden, Ayam Merak (bermutu baik), Mazda, Nusa Indab, Perabu Layar, Jamaica dan Ayam Jago (mutu sedang), boleh dipilih menurut selera dan kemampuan pembeli. SAUS TOMAT. Tomat adalah tomat - bukan ubi atau labu. Sehingga konsep standar perdagangan menyebutkan: yang dimaksud dengan Saus tomat adalah bubur kental berwarna merah dari daging buah tomat masak (minimal 4%) yang diolah dan dibumbui menjadi penyedap makanan. Tapi YLK bersama Direktorat Standardisasi, Normalisasi dan Pengendalian Mutu Departemen Perdagangan, dua tahun lalu menemukan "saus tomat" dari berbagai merk yang "tak layak tomat". Dari 24 merk yang dibeli dari berbagai pasar di Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Ujungpandang dan Medan, ternyata hanya saus bikinan luar negeri saja yang patut disebut sebagai saus tomat. Yang lain? Kalau tak terbikin dari labu, ya ubi. Yang tak bertomat tapi tak berbahaya, menurut YLK, masih terhitung lumayan. Misalnya dari merk Ching Yuan yang tidak mengandung zat pewarna tambahan atau Sumber Mas yang menggunakan pewarna tambahan (sintetis) tapi diizinkan Departemen Kesehatan. Namun merk-merk lain (seperti Tiga Tomat, Eagle Raja, Bahagia, Delecious, Nine, Tong Ping, Djuhi, Sedapwangi, Sakti Jaya, Sarirasa, Sinarsari, Sukawangi, Sariwangi dan Harumsari), menggunakan zat pewarna (Orange Red, Rhodamin B, Ponceau 4 R dan lain-lain) yang dapat menimbulkan keracunan. Yang agak lumayan, menurut YLK saus tomat" dari berbagai merk tadi dijual dalam keadaan tidak rusak atau berjamur -- kecuali, menurut pengujian waktu itu, pada Bahagia dan Sukawangi. Hanya saja pada semua saus bikinan dalam negeri terdapat kadar zat pengawet yang melebihi takaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus