Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Abang Sakti di Tapal Batas

Brigadir Kepala Harahap terkenal di Entikong. Banyak "berjasa" meloloskan barang masuk perbatasan.

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berada sekitar seratus meter dari kantor Kepolisian Sektor Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, sebuah rumah dua tingkat bercat krem tegak berdiri. Catnya yang mengkilat, seperti baru disapukan, membuat rumah itu mencolok dari kejauhan. Di samping kiri ada garasi terbuat dari kayu beratap asbes. Di dalamnya terparkir sebuah Toyota Kijang Innova dan Honda CR-V. Itulah rumah Brigadir Kepala Martalela Pandapotan Harahap, polisi yang sehari-hari bertugas di Polsek Entikong.

Nama Harahap, 37 tahun—bersama Idha Endri Prastiono—ngetop dua pekan terakhir ini. Bukan lantaran berprestasi membekuk penjahat, melainkan ya itu: dicokok Polisi Diraja Malaysia. Keduanya diduga bagian dari jaringan pengedar narkotik internasional.

Seorang pria bernama Ardi membenarkan rumah itu milik Harahap. Ardi, anggota Polsek Entikong, ditemui Tempo di bagian belakang rumah Harahap. Menurut dia, Harahap sudah cukup lama bertugas di Entikong. Sekitar tahun 2000, kata dia, Harahap telah bertugas di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia itu. "Dia adik leting saya. Orangnya baik," ujar Ardi, Kamis pekan lalu.

Harahap menjadi polisi sejak 1999. Jabatan terakhirnya Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polsek Entikong. Ardi mengenal Harahap sebagai pribadi yang pintar bergaul. Harahap kerap ditunjuk menjadi pengawal pejabat, baik kepolisian maupun instansi lain, jika mereka berkunjung ke Entikong.

Tak hanya di kalangan polisi, Harahap juga terkenal di kalangan penduduk perbatasan. Anton Siregar, salah seorang kuli pengangkut barang di pos perlintasan batas Entikong, mengenal Harahap sebagai sosok penolong. Sehari-hari Anton dan kawan-kawan mencari makan dengan bekerja sebagai pemikul barang-barang keluar dari pos perlintasan tanpa melalui pemeriksaan resmi. "Dia biasanya yang bilang ke petugas, 'Biarkan saja mereka cari makan di sini'," kata Anton.

Tak hanya "berbudi", Harahap juga dikenal taat beribadah. Dia menjadi Ketua Kring Gereja Paroki Entikong. "Karena itu, banyak orang tidak percaya dia bagian jaringan narkotik internasional," ujar Ardi.

Tapi seorang mantan atasan Harahap di Polsek Balai Karangan, Sanggau, yang kini bertugas di Kepolisian Resor Sanggau, mengaku tak heran dengan tertangkapnya Harahap. Menurut dia, Harahap memang salah satu orang yang membekingi masuknya berbagai barang ilegal ke Entikong. Polisi ini mengaku sudah mencium sepak terjang Harahap sejak beberapa tahun lalu, saat bertugas dengan Harahap.

Dia bahkan sempat menegur Harahap, yang membiarkan masuk berbagai barang dari Malaysia ke Indonesia. Kepada dia, saat itu Harahap mendebat dengan menyebutkan masyarakat Entikong membutuhkan bahan kebutuhan pokok dari negeri jiran tersebut. "Tapi siapa yang tahu di dalamnya ada narkotik," katanya. Dia mengaku sempat mengadukan hal ini kepada Kepala Polres Sanggau. "Eh, malah saya yang dipindah," ujarnya.

Seorang pengusaha asal Pontianak menceritakan bagaimana "sakti"-nya Harahap. Suatu hari, kata dia, saat menuju Kuching, ia tertahan di pos penjagaan Tebedu, wilayah Malaysia. Panik, pemilik salah satu restoran terkenal di Pontianak, ini lalu menelepon sejumlah rekannya, meminta pertolongan. Dari salah satu rekannya, dia mendapat nomor telepon Harahap, yang kemudian membantunya "lepas" dari pos perlintasan Tebedu. "Dia memang hebat. Teman saya itu juga banyak mendapat bantuan Harahap meloloskan barang-barangnya dari Malaysia ke Indonesia," ujarnya.

Kepala Polsek Entikong Ajun Komisaris M. Husni Ramli menyatakan tak melihat ada hal yang aneh pada anak buahnya ini. "Kinerjanya baik," katanya. Ditanyai Tempo perihal sepak terjang Harahap serta kasus yang tengah menimpanya itu, Kamis pekan lalu, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Hasanuddin menolak berkomentar.

Harahap menikah dengan Ety, pegawai kantor imigrasi yang kini tengah mengikuti pendidikan di Jakarta. Kepada media, Ety bercerita suaminya memang pamit ke Kuching untuk menjemput tamu Polda Kalimantan Barat. Ety mengaku terpukul mendengar suaminya ditangkap. "Soalnya, Abang bilang akan pulang sore, setelah menjemput tamu itu," ujarnya.

Febriyan (Entikong), Aseanty Pahlevi (Pontianak), Yuliawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus