RATUSAN pesawat penerima teve kini sudah nongkrong di
rumah-rumah penduduk Kota Gorontalo dan sekitarnya. Memang sulit
disembunyikan, sebab antene teve mencuat tinggi di atas
atap-atap rumah. "Ada yang sudah keluar uang sampai Rp 100 ribu
untuk pemasangan antene teve saja," ujar seorang jebolan
mahasiswa asal Gorontalo di Jakarta yang baru pulang dari
kampung halamannya.
Toh mutu penerimaan siaran TV-RI di kotamadya Gorontalo -- dan
kabupaten Gorontalo umumnya -- masih jelek. Seperti juga di
Kepulauan Sangihe Talaud nun jauh di utara Manado, gambar yang
tampak di layar teve masih penuh 'salju'. Wajah penyiar-penyiar
manis jadi babak-belur seperti disengat tawon.
Maka timbullah ide di benak Bupati Gorontalo, Kasmat Lahay BA
dan Walikota Gorontalo drs J. Bilondatu untuk membangun stasiun
bumi TVRO (television receive only) berikut stasiun relei di
Gorontalo sendiri. Ide ini dirangsang oleh tawaran seorang
pengusaha muda, yang menyanggupkan untuk membangun stasiun bumi
dan relei TV-nya dengan biaya Rp 70 juta. Peralatan
telekomunikasi itu sendiri hasil rakitan PT Radio Frequency
Communication di Bandung, yang dikelola staf ahli Laboratorium
Radar Microwave ITB.
Pembayaran tak perlu kontan. Nanti kalau stasiun bumi sudah
berdiri dan para pemilik TV sudah dapat menangkap siaran TV-RI
Jakarta dengan pantas, pemilik TV itulah yang dikutip Rp 35
ribu/pesawat -- yang langsung disetorkan di bank. Jadi semacam
pembiayaan di muka (voorfinanciering) dari pihak pengusaha
swasta asal Gorontalo itu.
Perum Telkom
Gubernur HV Worang sudah akur. Juga Dirjen RTF sendiri dalam
suatu edaran persnya yang sampai ke tangan Bupati dan
Walikotamadya Gorontalo pernah menganjurkan Pemda-Pemda
membangun sendiri stasiun relei TV berikut stasiun bumi TVRO.
Maka akhir April lalu, kedua pejabat Gorontalo itu mengirim
surat ke alamat Direktur TV-RI di Jakarta, mohon izin penggunaan
kanal siaran TV-RI di Gorontalo. Pihak pengusaha sendiri sudah
mengadakan survei di sekitar Gorontalo, mencari tempat yang baik
untuk kedudukan stasiun bumi. Maka dipilihlah gunung Dempu dekat
Kota Gorontalo. Di sanalah antene parabol stasiun bumi TVRO
buatan Bandung itu akan mendongak ke arah satelit Palapa.
Namun sebelum ada jawaban dari pihak Deppen, Dirjen RTF atau
Direktur TV-RI, timbul masalah lain. Perum Telkom sendiri, yang
merupakan kordinator dari seluruh program Sistim Komunikasi
Satelit Domestik (SKSD) Palapa, ternyata punya rencana tahun
ini membangun stasiun bumi pula di Gorontalo. Stasiun bumi
Telkom di Gorontalo itu merupakan bagian dari paket 10 stasiun
bumi yang masih akan dibangun tahun ini di seluruh Indonesia,
sebagai tambahan bagi 40 stasiun bumi SKSD yang sudah berdiri.
Kalau begitu, bakal ada dua stasiun bumi berdiri di Gorontalo?
"Rencana Bupati membangun stasiun bumi TVRO, masih harus
mendapat persetujuan Dirjen Postel selaku pimpinan Dewan Telkom
Indonesia," sahut ir Djiwatampu dari Perum Telkom. Ada
kemungkinan rencana bupati dicoret Dirjen Postel, kalau dianggap
stasiun bumi TVRO itu mengganggu siaran telefon, telegram dan
telex Kantor Telepon Gorontalo. Atau mengganggu kerja stasiun
bumi yang mau dibangun Telkom sendiri di daerah itu.
Konon kabarnya, para pejabat di Gorontalo sendiri belum
tahu-menahu tentang rencana Telkom membangun stasiun bumi tahun
ini di sana. Namun menurut ir Djiwatampu: "Rencana ini sudah
lama kami ajukan ke Bappenas. Dan tak mungkin pejabat di
Gorontalo tak mengetahuinya. Sebab kami pun biasanya lebih dulu
mengadakan survei lokasi stasiun bumi, sehingga setidak-tidaknya
pihak Agraria setempat pasti mengetahuinya." Dia juga heran,
mengapa Gubernur Worang memberi persetujuan membangun stasiun
bumi kepada bupatinya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini