Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ada Orang yang Usil dengan Saya

4 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Richard Joost Lino mendapat kabar bahwa dia menjadi tersangka satu jam sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi mengumumkan status hukum itu kepada media. Kala itu, 18 Desember 2015, Lino dan timnya berkumpul di sebuah ruangan di Hotel Mulia, Jakarta. Mereka sedang bersiap-siap menghadapi Panitia Khusus Pelindo di Dewan Perwakilan Rakyat. "Saya sangat kaget," kata Lino ketika menceritakan lagi peristiwa itu kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Lino rupanya belum bisa menerima kenyataan itu. Bersama kuasa hukumnya, Maqdir Ismail, ia menggugat penetapan tersangka ke jalur praperadilan. Di tengah kesibukan menghadapi praperadilan, Lino memberi waktu wawancara khusus kepada Tempo di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Selama wawancara, ia berkali-kali menekankan alasan menunjuk langsung perusahaan asal Cina dalam pengadaan tiga unit quay container crane (QCC) yang diusut KPK. "Jangan dilihat secara parsial. Sebelum penunjukan langsung, sudah sembilan kali digelar lelang, tapi selalu gagal," ujarnya.

* * * *

Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menetapkan Anda sebagai tersangka kasus pengadaan tiga QCC...

Saya kaget. Tidak pernah terbayang menjadi tersangka di KPK, meski saya pernah berpikir menjadi tersangka sebagai skenario paling buruk.

Mengapa kaget? Anda kan pernah diperiksa KPK pada pertengahan 2014?

Ketika itu, pertanyaannya seputar proses pengadaan. Pertanyaannya biasa-biasa saja. Saya merasa pengadaan itu tidak bermasalah.

KPK mengusut pengadaan tiga QCC antara lain berdasarkan audit investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan...

Betul. Tapi saya bingung ini dianggap bermasalah. Sebelum saya bergabung dengan Pelindo II, sejak 2007 sudah enam kali lelang dan selalu gagal. Ketika saya masuk Pelindo II pada 2009, proses lelang dilanjutkan dan tiga kali gagal. Maka, pada akhir 2009, saya memutuskan penunjukan langsung.

Apa dasar Anda melakukan penunjukan langsung?

Ada aturan internal Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 5 Tahun 2008 yang menyatakan penunjukan langsung bisa dilakukan setelah lelang dua kali gagal. Padahal kondisi saat itu, di pelabuhan, kapal antre hingga lebih dari dua minggu. Dalam surat keputusan menteri itu juga diatur penunjukan langsung dapat dilakukan untuk aset penting. Nah, crane kan aset penting untuk bongkar-muat.

Bagaimana proses penunjukan langsung itu?

Sebelum penunjukan langsung, kami mencoba pemilihan langsung. Dua produsen diundang dari Cina dan Korea untuk pengadaan QCC tipe single lift dengan kapasitas 40 ton. Harga penawaran perusahaan pertama di bawah plafon, tapi dengan pilihan jenis twin lift berkapasitas 61 ton. Penawaran pertama bahkan lebih murah daripada tipe single lift pada penawaran kedua.

Bukankah syarat penunjukan langsung itu antara lain keadaan darurat?

Bagi saya, saat itu kondisi sudah sangat darurat. Sebelum saya benahi, misalnya, ongkos bongkar-muat di Pelabuhan Pontianak sampai Rp 6 juta. Sekarang hanya dua jutaan rupiah.

Keadaan darurat harus ditetapkan oleh kementerian?

Enggak ada itu. Bayangkan, sembilan kali lelang selalu gagal. Bila saya tidak cepat mengambil keputusan, justru negara akan rugi. Saya dibayar mahal untuk mengambil keputusan (Lino mengaku mendapat gaji Rp 7,5 miliar per tahun). Karena kapal di mana-mana sudah numpuk, ya, saya ambil kesempatan itu. Pada 2012, kami mengadakan lelang dengan membeli dari supplier yang sama dengan barang yang sama. Namun harganya memang lebih mahal.

Saat memutuskan penunjukan langsung, Anda berkoordinasi dengan Kementerian BUMN?

Tidak perlu. Itu keputusan manajemen, tak perlu melalui BUMN.

KPK menyebutkan ada dugaan markup dengan indikasi pengubahan spesifikasi QCC dari single lift ke twin lift….

Intinya begini. Single lift itu bisa mengangkat 600-700 ton barang. Kalau twin, itu bisa mengangkat 1.000-1.100 ton. Jadi jauh beda.

Apakah kondisi pelabuhan Palembang, Pontianak, dan Panjang cocok untuk twin lift crane?

Bisa Anda cek di lapangan bagaimana twin lift dapat sangat membantu tiga pelabuhan itu.

Ketika bekerja di AKR, Cina, Anda pernah membeli twin lift crane dari Wuxi HuaDong Heavy Machinery (HDHM)?

Betul. Sewaktu saya bekerja di Cina, proses pengadaan juga mengundang dua perusahaan, yakni ZPMC dan HDHM. Bila membeli barang dari Cina dan tak tahu perusahaannya, itu bisa salah pilih. Dengan pengalaman pernah di Cina, saya tahu itu. Dan saya undang dua perusahaan itu.

Apakah pengalaman itu mempengaruhi keputusan Anda untuk kembali membeli dari HDHM?

Kami mengundang tiga perusahaan. Saya yakin, bila salah satu di antara mereka menang, tidak akan bermasalah secara teknis.

Anda kenal dekat dengan orang-orang HDHM?

Ya, kenal, tapi tidak terlalu dekat.

Pengalaman membeli dari HDHM itu bisa disebut konflik kepentingan....

Apakah karena saya tahu (produk dari HDHM) lantas menjadi salah? Saya tahu itu, maka saya manfaatkan.

Seberapa bagus kualitas produk QCC dari HDHM?

Itu alat utama di pelabuhan. Ada dua perusahaan Jerman yang mengawasi manufaktur perusahaan tersebut.

Pelabuhan lain yang menggunakan alat HDHM di mana saja?

Di Indonesia, hanya Pelabuhan Tanjung Priok yang menggunakannya. Di luar Indonesia, ratusan produk itu digunakan di Cina. Itu perusahaan besar, kok, dan tercatat di bursa saham.

Bagaimana dengan biaya perawatan QCC yang juga dianggap kemahalan?

Biaya perawatan itu untuk masa lima tahun, satu paket dengan pembelian QCC. Saya tidak pernah mengurusi itu, bukan urusan direktur utama.

Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI juga mengusut pengadaan sepuluh mobile crane. Secara substansi, apa bedanya dengan kasus di KPK?

Markas Besar Polri mempersoalkan pengubahan rencana pengadaan sepuluh mobile crane. Awalnya mobile crane untuk delapan pelabuhan, kemudian diubah peruntukannya ke Pelabuhan Tanjung Priok karena ada kebutuhan di sana.

Sejauh mana Anda terlibat dalam pengadaan mobile crane?

Saya tidak mengurusi sama sekali.

Bukankah ada rapat direksi yang mengubah penggunaan mobile crane dari rencana untuk delapan pelabuhan cabang menjadi untuk Pelabuhan Tanjung Priok saja?

Ya, saya ikut rapat itu. Ada perubahan rencana karena Tanjung Priok lebih membutuhkan alat tersebut pada saat itu.

Keputusan perubahan rencana datang dari direksi?

Ya, dari direksi.

Dalam pengadaan mobile crane, mengapa sampai ada adendum kontrak?

Saya tidak tahu, enggak mengikuti. Itu direktur teknik yang menentukan.

Direktur Teknik Pelindo II telah menjadi tersangka di Badan Reserse Kriminal. Apa persisnya kesalahan dia?

Saya juga bingung. Ada orang yang usil dengan saya, tapi dia yang kena, kan?

Mengapa Anda menolak mengundurkan diri dan memilih dipecat dari Pelindo II?

Menurut saya, dipecat oleh pemegang saham itu lebih terhormat daripada mengundurkan diri, karena saya tak merasa bersalah.

Pada 2014, Anda batal menjadi menteri. Nama Anda ditandai oleh KPK karena kasus QCC?

Banyak orang yang berpikir saya ingin menjadi menteri. Padahal, berulang kali mendapat tawaran, saya menolaknya. Saya tidak mau jadi menteri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus